Welcome to the Planetary Health

1 Feb 2022
Heribertus Suciadi

Welcome to the Planetary Health

oleh | Feb 1, 2022

Wuih ada temuan planet baru nih?

Bukan pake banget. Planetary health ini bukan nama planet, tapi suatu istilah yang sebenarnya refer to kesehatan publik atau masyarakat, gaes.

 

Oh gitu? Explain please…

Jadi kalau kamu baca-baca atau googling tentang planetary health, ini sebenarnya suatu konsep yang meyakini – dan emang beneran gaes – bahwa kesehatan manusia dan kesehatan keseluruhan isi planet tempat manusia hidup itu, berkaitan dan terhubung banget. Jadi nih kalau lingkungan kita hidup itu ga sehat, itu juga ngaruh ke kesehatan manusia. Nah soal lingkungan yang sehat ini termasuk juga dengan hewan peliharaan kita.

 

Setuju banget ini. Terus kenapa tiba-tiba ngomongin planetary apa tadi?

Planetary health! Gini, kami mau cerita soal program kami yang berkaitan dengan upaya merealisasikan konsep planetary health ini. Yaitu dengan vaksin.

 

Wah vaksin untuk covid?

Nggak, ini vaksin untuk hewan peliharaan. Jadi kami baru aja ngasih vaksin ke anjing-anjing peliharaan warga di desa-desa penyangga Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Ada dua desa yang termasuk dalam desa penyangga Taman Nasional  ini yaitu  Desa  Mawang Mentatai dan Desa Nusa Poring di Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Dokter hewan kami sedang memberikan vaksin bagi anjing milik masyarakat (Tim Medis| IAR Indonesia)

Ooh gitu, kenapa bikin program vaksin untuk anjing-anjing ini?

Jadi gini,  hampir seluruh penduduk di dua desa penyangga tadi adalah suku Dayak dan mayoritas punya anjing sebagai hewan peliharaan yang dimanfaatkan untuk menunggu rumah, ladang, atau teman berburu di hutan. Sayangnya, di sana masih banyak anjing yang menderita penyakit kulit dan cacingan. Penyakit ini bersifat zoonosis yang artinya dapat menular dari manusia ke hewan dan sebaliknya. Nah anjing-anjing yang terkena penyakit ini berkeliaran bebas di sekitar rumah dan kontak langsung dengan manusia. Jadi potensi penularan penyakit antara manusia dan hewan cukup tinggi. Nah terus, kebetulan di Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Melawi itu zona merah virus rabies yang sebagian besar penyebab penularannya ke manusia melalui gigitan anjing.

 

Eh jadi rabies ini bisa menular gitu?

Iya. Rabies tuh merupakan penyakit zoonosis atau penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia yang disebabkan oleh virus. Rabies dapat menular dari hewan ke manusia melalui air liur hewan yang terinfeksi virus rabies yang masuk ke tubuh manusia melalui paparan mukosa yang terbuka, yang paling umum adalah luka yang disebabkan gigitan hewan yang terinfeksi virus tersebut. Virus ini menyerang sistem saraf dan gejala umumnya meliputi demam, sakit kepala, kelebihan air liur, kejang otot, kelumpuhan, dan kebingungan mental.

 

Ya ampun ngeri banget

Iya banget. Bahkan penyakit rabies ini dapat menyebabkan kematian pada manusia maupun hewan yang terpapar virus ini kalau gak cepetan dapet pengananan khusus berupa penyuntikan Vaksin Anti Rabies (VAR) maupun dengan Serum Anti Rabies (SAR). Berita baiknya, penyakit rabies bisa dicegah kok. Caranya dengan cara memberikan vaksinasi rabies untuk hewan peliharaan yang berisiko terpapar. Karena itulah, selain ngasi obat cacing dan obat scabies, kita juga ngadain vaksinasi untuk anjing peliharaan yang ada di Desa Penyangga Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

Anjing-anjing yang telah disuntik diharapkan akan bebas dari penyakit rabies (Tim Medis| IAR Indonesia)

Ih bagus banget misinya, jadi penasaran kayak gimana kegiatannya

Jadi nih, kita adakan dulu sosialisasi zoonosis untuk warga desa. Kegiatan ini dilakukan di seluruh dusun yang ada di desa penyangga TNBBBR dari Juni sampai Oktober 2021. Kegiatan ini dilakukan secara door to door dengan sasaran masyarakat yang memiliki hewan peliharaan terutama anjing dan sosialisasi ke masyarakat yang masih melakukan aktivitas berburu dan mengkonsumsi hewan buruan yang rentan menularkan penyakit zoonosis. Sosialisasi yang diberikan bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat seputar pengertian zoonosis, bahaya zoonosis, ancaman zoonosis dari hewan liar hasil buruan, pencegahan zoonosis, dan mematahkan mitos yang beredar di masyarakat seputar vaksinasi rabies pada anjing.

 

Lho ada mitos segala?

Iya, ternyata ada lho. Jadi, ada mitos yang berdar di kalangan warga desa kalau anjing udah divaksin, dia jadi pemalas, termasuk malas ke ladang ikut majikannya. Mereka juga ada yang percaya kalau anjing tidak akan mau menggonggong lagi kalau sudah divaksin. Dan memang masih ada masyarakat yang gak mau anjingnya divaksi gara-gara itu. Untunglah abis kami sosialisasi dan kasih penjelasan, mereka ngebolehin anjingnya divaksin.

 

Syukur deh kalau udah tercerahkan. Abis sosialisasi ngapain lagi?

Selesai sosialisasi, terus kita melakukan juga pendataan populasi anjing dan pemberian obat cacing untuk anjing. Pendataan ini bertujuan untuk menghitung populasi anjing di desa penyangga sebagai acuan untuk melakukan vaksinasi rabies bareng Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Melawi. Setelah didata, tim medis kita ngasiin obat cacing dan treatment penyakit kulit. Dari Juni sampai September 2021 lalu, ada 211 ekor anjing yang udah diberi obat cacing dan scabies.

 

Warga seneng dong anjingnya dapat obat cacing sama obat penyakit kulit?

Senang dong. Selain dapat obat dan perawatan gratis, mereka juga mulai mengerti dengan bahaya zoonosis dan mulai paham dengan tujuan pemberian vaksin. Bahkan mereka tercerahkan atas mitos keliru yang beredar bahwa anjing yang divaksin akan menjadi malas ke ladang.

 

Mantep deh. Udah berapa anjing yang divaksin?

Tanggal 9-12 November ada 124 ekor anjing yang divaksin. Rencananya kami masih akan lanjutin lagi programnya.

Satu dari ratusan anjing peliharaan masyarakat yang telah kita beri vaksin (Tim Medis| IAR Indonesia)

Banyak juga ya? Ada pihak lain yang membantu?

Ada dong, vaksinasi dilakukan oleh dokter hewan kami dibantu dua orang vaksinator dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Melawi. Vaksinnya disuntikan melalui injeksi di bawah permukaan kulit. Proses handling anjing dilakukan oleh pemilik untuk menjaga keamanan vaksinator. Selain menyuntikkan vaksin ke anjing, tim juga melakukan sosialisasi tentang efek samping yang dapat muncul pada anjing pasca vaksinasi dan meminta pemilik untuk selalu memperhatikan anjingnya dan menghubungi tim jika timbul efek samping pada anjing.

 

Terus taunya anjing udah vaksin atau belum gimana? Pake aplikasi semacam Peduli Lindungi?

Ya enggak lah. Anjing yang sudah divaksinasi diberikan kalung merah aja sebagai penanda.

 

Oooh. Hehe. Kirain.. Respon warga terhadap vaksinasi rabies oke ngga?

Oke banget dong. Ternyata mereka mulai sadar akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rabies melalui sosialisasi yang sudah dilakukan sebelumnya. Masyarakat juga senang dan menyambut kegiatan kesehatan hewan ini dengan antusias karena anjing mereka lebih sehat dan bebas dari penyakit kulit setelah dilakukannya pemberian obat cacing dan anti scabies sebelumnya. Mayoritas masyarakat yang awalnya meragukan vaksinasi rabies juga sudah mempersilahkan tim untuk melakukan vaksinasi terhadap anjingnya.

 

Ada kendala nggak selama kegiatan ini?

Ada, tapi enggak banyak sih, dan bisa diatasi kok. Kemarin kendanya sih lebih ke faktor alam kayak hujan deras yang bikin sungai banjir, jadi tim vaksinasi hasur menunggu dulu beberapa jam supaya air sungai surut. Ini karena kami harus lewat sungai untuk pergi ke dusun-dusun itu dan kalau debit airnya tinggi, bisa membahayakan tim. Selain itu, banyak juga masyarakat yang masih membawa anjingnya ke ladang di tanggal yang sebelumnya sudah diinformasikan, sehingga beberapa anjing belum tervaksinasi.

 

Wah terus buat yang belum divaksin ini gimana?

Rencananya vaksinasi susulan akan dilakukan kepada anjing yang belum tervaksinasi dan kami mau bikin program kesehatan hewan peliharaan secara rutin di seluruh dusun di Desa Penyangga TNBBBR.

 

Heribertus Suciadi

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait