Tim Edukasi Libatkan Anak-anak Gelar Observasi Hutan

21 Jul 2010
Admin YIARI

Tim Edukasi Libatkan Anak-anak Gelar Observasi Hutan

oleh | Jul 21, 2010

IAR, Bogor — Memasuki libur sekolah, tim edukasi Pusat Rehabilitasi Satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia mengadakan observasi alam berupa pengenalan lingkungan dan satwa di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun – Salak, Pamijahan, Bogor, Jawa Barat pada 8 Juli 2010 lalu. Kegiatan sesi pertama itu diikuti oleh dua puluh empat anak berusia dibawah 12 tahun.

Peserta terlebih dulu dipecah menjadi empat kelompok yang terdiri dari masing-masing enam anak. Kelompok tersebut diberi nama Kucing, Amoeba, Jamur, dan Daun. Sekitar pukul 08:50, observasi dimulai.

Tim edukasi yang terdiri dari Indri Hapsari, Kusuma Lelana, Nu’man dan Ayu Diah secara bergantian memberikan pengarahan kepada seluruh peserta untuk mengenali tumbuhan dan satwa yang terdapat disekitar hutan. Peserta juga diminta untuk menggambar tumbuhan dan satwa yang mereka temukan selama observasi dilakukan.

“Selain untuk mengisi waktu liburan, anak-anak juga dapat mengetahui keragaman hayati yang ada disekitar taman nasional, ini penting untuk menjaga kelestarian alam,” kata Kusuma didepan para peserta.

Penjelasan yang disampaikan tim edukasi rupanya membuat para peserta bersemangat. Mereka langsung menyebar ke dalam hutan sambil membawa perlengkapan alat tulis seperti pena dan kertas. Setelah satu jam di dalam hutan, mereka kembali lagi ke pos utama.

Tim lalu mengumpulkan kertas hasil pengamatan para peserta. Sebelum diminta menjelaskan gambar yang ditulis, mereka selanjutnya diminta untuk mengadu ketangkasan dengan permainan ‘Tali Genit’. Permainan ini menggunakan seutas tali dalam keadaan terikat dan dilingkarkan ke tubuh. Tali tersebut dijalankan dari tubuh anggota ke anggota lainnya melalui pergelangan tangan tanpa memutus pegangan tangan. Kelompok Daun dan Jamur dinobatkan sebagai pemenang melampaui kecepatan empat kelompok lainnya.

Usai permainan, kelompok Kucing mengumumkan hasil temuannya satu persatu. Mereka mendapatkan burung, laba-laba, kupu-kupu, semut, cacing tanah, jamur tanah, rumput, paku-pakuan, talas, liana, manusia, belalang, kecoa, kaki seribu, capung, jamur payung, pohon pinus, pohon durian, talas, kadal, pohon nanas.

Sementara, kelompok Amoeba mendapatkan burung, kodok, ular, manusia, laba-laba, kupu-kupu, semut, capung, kaki seribu, jamur, rumput, pohon, lumut, kadal, dan pohon nanas.

Kelompok Jamur mendapatkan burung, kadal, kupu-kupu, semut, laba-laba titik, laba-laba pohon, capung, jamur payung, jamur tanah, jamur kayu, pohon, lumut pohon, rumput, semak, kadal, manusia, burung walet, kumbang, kecoa, ulat jengal, ulat bulu, ular, pohon cemara dan pohon sirih.

Terakhir, kelompok Daun menemukan burung, kadal, kupu-kupu, semut, laba-laba, capung, semut merah, capung jarum, cacing tanah, jamur tanah, jamur payung, rumput, pohon salak, pohon durian, kodok, dan lumut karpet.

Sejumlah peserta observasi mengatakan, kegiatan semacam ini selain dapat memberikan pengetahuan dini tentang alam, juga dapat menstimulasi kepedulian anak-anak agar dapat menjaga dan melestarikan alam khususnya bagi generasi penerus seusiannya.

Seperti yang dikatakan Resti, Guli Astria, dan Fajar. Peserta dari kelompok Kucing ini mengaku sangat senang mengikuti kegiatan tersebut. Menurut mereka, selain untuk mengisi masa liburan, kegiatan ini juga dapat membekali diri bagaimana menjaga dan merawat hutan beserta isinya.

“Senang banget bisa mengisi liburan sekolah dengan kegiataan yang bermanfaat. Kami mau ikut kalau ada kegiatan ini lagi,” kata mereka kompak.

Indri Hapsari, anggota tim edukasi menjelaskan, kegiatan ini diharapkan dapat menyadarkan perilaku manusia dari kebiasaan memelihara satwa liar. Anak-anak, kata Indri, adalah generasi yang perlu diselamatkan agar perilaku keliru tersebut tidak menjalar ke generasi muda.

“Selain itu untuk mementingkan animal walfare, juga bagaimana anak memperlakukan satwa. Berharap bila anak-anak menemukan satwa liar agar tidak memeliharanya dan segera melapor ke IAR,” kata Indri.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait