Tiga Ibu Keren Penggerak Kegiatan Konservasi

18 Mei 2022
Ria Utari

Tiga Ibu Keren Penggerak Kegiatan Konservasi

oleh | Mei 18, 2022

Buat kalian yang lagi perlu banget motivasi biar makin semangat ngejalanin hidup, perlu banget nih baca kisah tiga ibu keren dari Kalimantan Barat yang berhasil bikin masyarakat di desa tempat mereka tinggal, untuk ngejaga lingkungan dan bikin kegiatan-kegiatan pertanian lokal yang bisa nambah-nambah pendapatan keluarga. Ciamik kan?

Nah, kisah pertama ini datang dari Bu Nuraini yang biasa dipanggil Bu Siti oleh warga di desanya. Oya, beliau ini tinggal di Desa Pematang Gadung, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Nah di Pega (ini panggilan keren Pematang Gadung, friend), cukup banyak warga yang kerjanya nambang emas secara ilegal. Tapi Bu Siti nggak ikut-ikutan, dia berusaha mengarahkan keluarga, terutama anak-anaknya untuk mencari nafkah yang nggak merusak alam. Hasilnya keren banget nih friend, salah satu putranya, menjadi salah satu teknisi mesin di salah satu perusahaan besar di Ketapang.  So, nggak heran kalau Bu Siti dan keluarganya ini jadi panutan di desanya.

Ibu Siti, salah satu tokoh perempuan di Desa Pematang Gadung (Rudiansyah | IAR Indonesia)

Jadi wajar banget kan kalau kemudian kami menunjuk beliau jadi Fasilitator Desa untuk Desa Pematang Gadung dan Desa Sungai Besar di program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan Yayasan IAR Indonesia. Beliau menyambut baik dan senang banget dengan tugasnya ini. Sejak tahun lalu, Bu Siti aktif ngajak ibu-ibu di desanya untuk melakukan patroli pengawasan api di lahan-lahan yang rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sekitar hutan yang ada di desa Pematang Gadung. Ada cerita keren nih friend, jadi pernah nih Bu Siti menegur seorang Babinsa yang bertugas di desa mereka karena tidak pernah ikut dalam kegiatan patroli dan penyuluhan ke warga setempat terkait karhutla. Teguran Bu Siti ini ampuh banget bikin petugas tadi akhirnya aktif bersama Bu Siti dan kelompok perempuannya untuk melakukan penyuluhan non-formal dan patroli secara rutin ke kawasan-kawasan yang rawan.

Selain Bu Siti, ada juga nih ibu keren lainnya, yaitu Bu Mai, sapaan akrab buat Bu Maimun. Beliau ini tinggal di Desa Sukamaju, di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Lahir pada 20 Oktober 1970, Bu Mai adalah orangtua tunggal yang berhasil membesarkan dua anaknya hingga lulus dari perguruan tinggi. Keren banget kan! Meski kebayang beratnya jadi orangtua tunggal, Bu Mai ternyata tetap bisa aktif untuk memperhatikan desanya. Beliau aktif menjadi motor penggerak berbagai program baik di level desa, maupun kecamatan. Terhitung sejak 1997 hingga sekarang, beliau sudah aktif menjadi kader posyandu balita dan lansia, di PKK Kecamatan Muara Pawan, ketua HWK (Himpunan Wanita Karya Kecamatan Muara Pawan) dan salah satu tokoh penggerak PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) tahun 2010 hingga 2014.

Lengkapnya profil Bu Mai di berbagai organisasi inilah yang jadi alasan kuat buat kami untuk menunjuk beliau sebagai fasilitator desa dan sosok yang bisa mewakili Yayasan IAR Indonesia  dalam menjalankan program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sukamaju. Dengan visi ingin melibatkan perempuan dalam upaya mencegah karhutla yang menjadi permasalahan utama di Desa Sukamaju, beliau mendorong kelompok tani perempuan bernama “Srikandi Berjaya”. Perempuan-perempuan ini aktif menerapkan dan memberikan contoh bagaimana bertani dengan cara tidak membakar lahan, kepada masyarakat sekitar. Saat ini, kelompok Karang Taruna juga ikut berpartisipasi dalam mencegah karhutla dan juga menjaga lahan gambut dengan pengolahan lahan yang menggunakan bahan-bahan organik.

Ibu Mai telah membangun masyarakat di Desa Sukamaju untuk lebih peduli terhadap lingkungan lewat aktivismenya di organisasi desa (Rudiansyah | IAR Indonesia)

Kemudian ada satu lagi nih ibu keren yang telah kami libatkan jadi penggerak kegiatan konservasi di desanya, yaitu Bu Halimah yang berusia 43 tahun, tinggal di Dusun Sekujang, Desa Nusa Poring, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Beliau orangtua tunggal yang membesarkan tiga anaknya sendirian dan merawat ibunya yang sudah berusia 70 tahun. Untuk mencari nafkah, beliau berladang dan berjualan sayur. Berat banget sebenarnya beban hidup Bu Halimah, terutama karena tiga anaknya semua masih bersekolah. Yang terbesar masih duduk di kelas dua SMA, dan dua anak lainnya di bangku SD. Jadilah anak sulungnya ini sekolah sambil bekerja untuk membantu biaya sekolah, dan anak kedua Bu Halimah juga membantu bekerja menyadap karet kalau sedang libur sekolah.

Meski berat, tapi Bu Halimah masih tetap bisa menyediakan waktu untuk aktif di program tani yang kami adakan untuk membantu warga di Nusa Poring. Untuk itulah, rekan-rekan Bu Halimah menunjuk beliau jadi ketua kelompok tani Lacok Kerojo yang artinya rajin bekerja. Di kelompok ini, Bu Halimah ngajak warga di dusunnya untuk melakukan budidaya sayuran lokal di lahan demplot mereka masing-masing, mencari sayur di hutan, dan kemudian menjual sayur ke Serawai. Kegiatan ini tidak hanya mendorong pelestarian jenis tanaman-tanaman sayur lokal, tapi juga memberikan kesempatan bagi para perempuan untuk mandiri dan mampu mencari tambahan nafkah bagi kebutuhan keluarganya.

Bu Halimah aktif di program tani yang kami adakan untuk membantu warga di Nusa Poring (Rudiansyah | IAR Indonesia)

So, keren-keren kan tiga ibu ini? Dengan segala kondisi mereka yang tak mudah dan senyaman kita-kita yang hidup di perkotaan, mereka tak pantang menyerah. Malah menginspirasi dan mendorong warga di desanya untuk ikut terlibat menjaga dan melestarikan lingkungannya.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait