Serba-Serbi Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di 2022

16 Nov 2022
Admin YIARI

Serba-Serbi Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di 2022

oleh | Nov 16, 2022

Nggak kalah dengan banyaknya konser musik di tahun ini setelah tiga tahun kita tahan napas nggak berani ngapa-ngapain karena pandemi, tahun ini Yayasan IAR Indonesia (YIARI) pun mulai banyak banget kegiatan seru yang melibatkan masyarakat nih Sob. Sepanjang tahun ini, tim community development kami terus melakukan inovasi-inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang tinggal berbatasan langsung dengan wilayah hutan.

Cerita seru pertama yang kami mau share adalah kegiatan peningkatan produksi pertanian padi di Desa Pematang Gadung dan pertanian tebu  di Desa Tanjung Baik Budi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Di daerah ini, kami membantu masyarakat meningkatkan hasil pertaniannya dengan memberikan pendampingan dan pelatihan pembuatan dan penggunaan pupuk serta pestisida organik yang dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekitar. Hasilnya gak main-main nih, di lokasi yang sama seluas 2.250 meter persegi, jadi bisa menghasilkan 240 gantang gabah atau sekitar 624 kg, padahal dulunya di lahan yang sama cuma bisa menghasilkan panen 80 gantang atau sekitar 208 kilogram aja. Dengan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan perawatan yang baik dan benar, hasil panen bisa meningkat sampai 3 kali lipat lho! Keren kan ya bapak ibu petani di sana? Oh iya, buat kalian yang bingung, 1 gantang gabah kira-kira 2,6 kg sementara 1 gantang beras kira-kira 4 kg ya.

Program ini diadakan karena kami melihat bahwa minat masyarakat untuk bertani cenderung menurun karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan pertanian sehingga hasil panen tidak maksimal. Penurunan minat ini menyebabkan banyak lahan tidur dan tidak tergarap sementara intervensi dan ancaman terhadap hutan semakin meningkat. Beberapa petani juga masih menerapkan pola pertanian yang tidak ramah lingkungan, misalnya dengan pembukaan lahan dengan cara dibakar dan  penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang justru membahayakan lingkungan dan menurunkan produktivitas pertanian dalam jangka panjang. 

Nggak cuma meningkatkan hasil pertanian, program ini juga berhasil meningkatkan jumlah petani yang menggarap lahannya secara organik dan meningkatkan jumlah lahan. Dari yang sebelumnya hanya 7 petani di lahan seluas 2.259 meter persegi, sekarang sudah menjadi 25.000 meter persegi lahan yang sudah ditanami dengan metode pertanian berkelanjutan dengan melibatkan 23 orang petani yang kita dampingi. Kita tunggu saja hasil panennya tahun depan ya.

Petani tebu binaan kami di Desa Tanjung Baik Budi menunjukkan tebu yang sudah siap panen. (Muffidz Ma’sum | IAR Indonesia)

Kalau di Pematang Gadung kami menanam padi, di Tanjung Baik Budi kami menanam tebu. Kok tebu? Ya karena memang lahannya cocok untuk menanam tebu dan warga desa juga familiar dengan tanaman ini serta penjualan hasil panennya cenderung mudah di Kabupaten Ketapang.

Tebu ini dipasarkan kepada masyarakat sekitar desa maupun pedagang es tebu yang ada di kota Ketapang dengan berkisar antara 4.000 – 5.000 rupiah per batang. Sebagian lagi diolah langsung oleh para petani menjadi gula tebu dengan harga jual 17,000/kg. Pada musim panen pada pertengahan tahun kemarin, penghasilan kotor yang didapat para petani ini mencapai lebih dari 100 juta rupiah. 

Kegiatan ini melibatkan 16 petani dan sudah berjalan sejak awal tahun dengan penanaman 7500 batang tebu di lahan seluas 5000 meter persegi. Sama seperti di Pematang Gadung dan semua pertanian dampingan kami, pertanian tebu ini juga menggunakan pupuk organik. Dengan memanfaatkan lahan tidur yang ada, sekarang para petani ini sedang dalam proses pembuatan demplot di lahan seluas 50.000 meter persegi. 

Kalau kalian penasaran dengan kegiatan pendampingan masyarakat lainnya, tenang saja, kami masih konsisten menjalankan program-program kami kok. Kami masih melanjutkan program-program kami yang lain seperti perahu sayur, pembuatan ecopolybag dan sebagainya. Karena kami yakin, satwa akan sejahtera bila masyarakat juga sejahtera.

Para Ibu Komunitas The Power of Mama sedang belajar merakit drone yang akan digunakan untuk patroli pengendalian api di Kabupaten Ketapang (Heribertus Suciadi | Yayasan IAR Indonesia)

Di tahun ini kami juga menginisiasi pembentukan The Power of Mama, sebuah komunitas yang terdiri dari para perempuan lintas generasi dan terutama kaum ibu, yang tinggal di kawasan desa di sekitar Ketapang, Kalimantan Barat. Komunitas ini memiliki kegiatan yang bertujuan menjadikan kaum perempuan dan para ibu sebagai pelopor dalam menggerakkan kesadaran masyarakat di desa tempat mereka tinggal untuk peduli terhadap lingkungan, terutama dalam kegiatan-kegiatan pelestarian alam di kawasan tempat mereka tinggal.  

The Power of Mama yang didirikan pada 6 Juni 2022 ini terdiri dari para perempuan usia 25 hingga 50-an tahun yang tinggal di empat desa di wilayah Ketapang, Kalbar, yaitu Desa Pematang Gadung, Sungai Besar, Sukamaju, dan Sungai Awan Kiri. Saat  ini kegiatan berfokus pada patroli dan monitoring pencegahan kebakaran hutan dan lahan di  desa masing-masing sebagai bagian dari persiapan dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim.

Kami juga terus melakukan restorasi sebagai salah satu upaya kami untuk mengembalikan keanekaragaman hayati yang rusak akibat kebakaran hutan. Di tahun ini, kami melakukan restorasi di Taman Nasional Gunung Palung, Hutan Desa Pematang Gadung, dan di Desa Sungai Awan. Di tahun ini, sampai bulan Oktober 2020, total kami telah menanam 17.777 pohon di lahan seluas 34 ha. Secara total kami telah menanam lebih dari 115 ribu bibit pohon di lahan seluas 235 ha sejak tahun 2017.

Petani anggota Gapoktan Sumber Makmur sedang menyiram bakal pupuk organik dengan starter pupuk (Tim Comdev | Yayasan IAR Indonesia)

Selain kegiatan pendampingan masyarakat di Pulau Kalimantan, kita juga ada nih program serupa yang dijalankan di Pulau Sumatra, tepatnya di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Di Tanggamus yang kaya akan hutan alami yang masih asri ini, kami mendampingi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam membangun sistem pertanian ramah hutan, yaitu wanatani alias agroforestri yang tidak memerlukan pembukaan lahan hutan. Hingga saat ini sudah ada tiga Gapoktan yang masuk dalam dampingan kami. Mereka terdiri dari sembilan Kelompok Tani Hutan (KTH) yang beranggotakan total 52 orang. Karena mereka sedang membangun sistem pertanian yang ramah hutan, kami mengajak para petani untuk menambah keahlian-keahlian bertani mereka melalui berbagai macam pelatihan. Di antaranya adalah pembuatan pupuk organik, pengendalian organisme pengganggu tanaman, teknik perbanyakan tanaman, hingga peningkatan kapasitas keorganisasian.

Di samping kegiatan peningkatan kapasitas petani Gapoktan kami juga mendampingi kegiatan penyemaian bibit tanaman wanatani sejak tahun 2021. Di tahun kemarin, para petani telah berhasil menyemai sebanyak 2960 benih. Nah di tahun ini, hingga November saja jumlah bibit yang disemai sudah lebih banyak dari tahun kemarin yaitu berjumlah 3895 benih. Benih yang menyemai terdiri dari berbagai macam tanaman produksi. Di antaranya adalah alpukat, durian, pinang betara, dan aren.

Begitu padatnya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang kami lakukan di tahun ini, semoga tahun depan kita bisa terus tancap gas bikin yang lebih seru lagi ya Sob.

Yuk, dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Heribertus Suciadi/Fattreza Ihsan

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait