Rumah Baru Untuk Orangutan Korban Karhutla di TANAGUPA

30 Sep 2019
Reza Septian

Rumah Baru Untuk Orangutan Korban Karhutla di TANAGUPA

oleh | Sep 30, 2019

Tim gabungan Balai Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA), Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi (SKW) I Ketapang Resort Sukadana dan IAR Indonesia mentranslokasikan tiga orangutan korban kebakaran hutan ke kawasan Resort Kubang di dalam areal Taman Nasional Gunung Palung di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Jumat (27/9).

Ketiga orangutan yang diberi nama Arang, Bara dan Jerit ini terpaksa ditranslokasikan karena habitat asal mereka sudah habis terbakar. Arang dan Bara diselamatkan di Desa Sungai Awan Kiri, Senin (16/9) sedangkan Jerit diselamatkan di Desa Kuala Tolak, Kecamatan Matan Hilir Utara pada Sabtu (21/9), meskipun diselamatkan di tempat dan waktu yang berbeda, masalah yang mereka hadapi sama, yaitu kebakaran hutan dan ancaman manusia.

Ketika diselamatkan, kondisi mereka cukup memprihatinkan karena selain badannya sangat kurus , mereka juga mengalami dehidrasi akibat kekurangan makanan. Ditambah lagi dengan ditemukan adanya luka membusuk akibat lilitan jerat di kaki orangutan Jerit dan ditemukan 2 butir peluru di dekat mata orangutan Arang. Kondisi ini menunjukan bahwa selain terancam oleh kebakaran hutan yang menghanguskan rumahnya, orangutan juga rentan mendapat serangan dari manusia ketika terusir dan mencari kehidupan di luar habitat aslinya.

Tim gabungan bergegas mengavakuasi Bara dan Arang ke Pusat Rehabilitasi IAR Indonesia di Sei Awan, Muara Pawan, Ketapang, Kalimantan Barat.

Tim medis IAR Indonesia sudah memastikan kondisi ketiga orangutan ini dalam keadaan baik. “Saat ini kondisi ketiga orangutan ini sudah sehat dan siap dikembalikan ke habitatnya,” ujar AdvisorTim Medis IAR Indonesia, drh. Joost Philippa. “Kami melakukan operasi pengangkatan peluru di muka Arang pekan lalu dan sekarang lukanya sudah sembuh, begitu juga dengan luka akibat jerat di kaki Jerit,” jelasnya lagi.

Tim pelepasan bersiap dari pusat rehabilitasi IAR Indonesia sejak subuh. Tim medis melakukan pemeriksaan terakhir sebelum tim berangkat menuju Batu Barat. Perjalanan darat ditempuh selama 4 jam dan dilanjutkan dengan perahu melintasi sungai selama 1 jam dan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama setengah jam menuju titik pelepasan.

Kawasan Batu Barat yang masuk ke dalam areal TANAGUPA ini dipilih berdasarkan hasil survey pra-pelepasan yang dilakukan oleh Balai TANAGUPA dan tim IAR Indonesia. “Berdasarkan survei lapangan yang telah kami lakukan bersama, jumlah populasi orangutan di kawasan ini masih rendah dan jumlah jenis pakan orangutan masih cukup tinggi sehingga lokasi ini sangat cocok untuk mentranslokasikan orangutan. Selain itu, status kawasan sebagai Taman Nasional juga lebih menjamin keselamatan orangutan di dalamnya,” jelas Manager Lapangan IAR Indonesia, Argitoe Ranting.

Pernyataan Kepala Balai TANAGUPA, Ari M. Wibawanto: Untuk di TANAGUPA sendiri kami memiliki 3 alternatif tempat translokasi yang sudah kami survei daya dukungnya yaitu Riam Bekinjil, Bukit Kubang dan Bukit Daun Sandar. Kami sudah menerima 7 individu Orangutan yang ditranslokasikan ke kawasan kami, 5 diantaranya ke Bukit Kubang. Langkah kami ke depan bersama para pihak terkait yaitu BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia akan melakukan survei lokasi-lokasi lain yang cocok untuk dijadikan tempat translokasi agar populasi Orangutan tidak menumpuk di satu tempat saja. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup Orangutan. Apabila tempat translokasi hanya terbatas di 3 tempat tadi, kami khawatir justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Translokasi sebenarnya adalah solusi terakhir dalam upaya penyelamatan Orangutan. Seharusnya yang kita lakukan bersama adalah menjaga habitat Orangutan yang tersisa sekarang. Arang, Bara dan Jerit adalah contoh bahwa Orangutan benar-benar berada di dalam ancaman. Oleh karena itu saya mengajak semua masyarakat dan juga semua pihak untuk tidak melakukan pembakaran hutan,  tidak menebang hutan dan juga tidak melakukan perburuan liar

Pernyataan Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor: Keberhasilan BKSDA Kalbar bersama mitra YIARI melakukan penyelamatan satwa liar, khususnya orangutan, dari lokasi lahan/hutan yg terbakar kali ini, di satu sisi merupakan sebuah capaian tetapi di sisi lain menggambarkan sebuah keprihatinan yang mendalam. Kegiatan penyelamatan tersebut hanyalah sebuah tindakan kecil, bahkan sangat kecil, dibandingkan dengan langkah-langkah dan kebijakan yg seharusnya diambil untuk menghentikan dan mencegah bencana yg berkelanjutan dan berulang ini. Sebuah bencana yg berdampak luas dan mematikan bagi kehidupan.

Pernyataan Direktur IAR Indonesia, Karmele L. Sanchez: Kami sangat mengapresiasi upaya dari TANAGUPA untuk menjaga biodiversity dan habitat orangutan. Landscape TANAGUPA dan sungai putri merupakan suatu metapopulasi orangutan yang cukup penting dengan jumlah yang diperkirakan 3,280 (PHVA 2016) dengan viabilitas cukup tinggi. Orangutan ini berasal dari metapopulasi tersebut dari lokasi di pinggir habitat yang sedang dibawah tekanan dari gangguan kebakaran dan konflik. Oleh karena itu tempat yang paling tepat untuk translokasi orangutan ini adalah di TANAGUPA, lokasi yang masih aman dan berada dalam metapopulasi yang sama. Orangutan ini jadi korban kebakaran, tetapi sangat beruntung sekali karena tim dari BKSDA dan IAR bisa menyelamatkan mereka, dan bisa dikembalikan ke hutan yang aman di TANAGUPA. Kami senang sekali karena 3 orangutan ini bisa selamat dan bisa kembali ke alam untuk melanjutkan hidupnya”

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait