Our Wonder Women di Kehidupan Satwa

18 Mei 2022
Ria Utari

Our Wonder Women di Kehidupan Satwa

oleh | Mei 18, 2022

Nggak cuma Amazon yang punya Princess Diana, kami pun di Yayasan IAR Indonesia punya banyak Princess Diana a.k.a Wonder Woman yang selama ini berperan penting dalam merawat dan melatih satwa-satwa yang tengah dititipkan di pusat rehabilitasi kami di Bogor dan Ketapang, supaya di kemudian hari bisa kembali pulang ke habitatnya. Nah, mumpung kita abis merayakan Hari Kartini di 21 April lalu, kami mau ngenalin nih para wonder woman kami yang keren-keren.

Yang pertama tentu saja jajaran dokter hewan perempuan kami. Buat temen-temen yang ngikutin banget perjalanan kami, tentunya kenal dong ya dengan pendiri Yayasan IAR Indonesia, yaitu dokter Karmele Llano Sanchez. Dokter hewan kesayangan kami ini sibuk banget gaes. Maklum, selain mikirin kesehatan para satwa, sebagai direktur program, Dokter Karmele mesti ngerjain banyak hal, dari mikirin program and kegiatan yang bermanfaat buat masyarakat dan tentu saja lingkungan, sampai menjalin kerja sama dengan mitra-mitra pemerintahan maupun swasta. Kemudian ada satu lagi nih dokter hewan senior kami, yaitu drh. Wendi Prameswari, Animal Management Manager yang bertugas di Bogor. Dok Wendi ini gabung ke kami dari tahun 2011, gaes. Nah, waktu perayaan Hari Kartini, kami ngadain IG Live tuh bersama dua dokter hewan senior kami ini, di situ keduanya cerita banyak hal tentang suka duka, tantangan, dan kebahagiaan dalam menjalankan profesinya dan tentu saja sebagai perempuan yang ternyata ngasih banyak advantage dalam tugas mereka merawat satwa liar. Oiya, cuplikan ceritanya bisa dilihat di sini.

Selain kedua dokter senior ini, kami masih punya banyak wonder woman yang tugasnya berdekatan dengan satwa liar. Di Bogor, ada drh. Indri Saptorini dan di Ketapang ada drh. Siti Hajariah, drh. Inggil R Dewanti, drh. Fina Fadiah, dan drh. Andini. Nggak cuma dokter hewan yang tugasnya penting dalam merawat satwa liar. Ada juga babysitter dan paramedis yang kerjanya berat juga gaes. Di Ketapang, kami ada Ibu Siska Mislia, 45 tahun dan sudah bergabung dengan kami dari tahun 2014 sebagai perawat orangutan. Kemudian ada Kak Fitria Agustina, 28 tahun, yang bertugas sebagai paramedis. Kalau di Bogor, ada juga Teteh Julitasari yang menjadi perawat kukang terlama. Dia gabung dengan kami dari tahun 2018 dan sekarang sudah jadi koordinator pengelola satwa terutama khusus untuk kukang dan monyet.

drh. Indri sedang mengambil sampel darah dari monyet ekor panjang kandidat pelepasliaran (Reza Septian | IAR Indonesia)

Tugas-tugas para wonder woman ini nggak bisa dipandang enteng gaes. Nih ya, kami coba ceritain singkat-singkat aja, karena sebenarnya kalau mau diceritain semua, bakalan jadi novel. Pertama tugas perawat satwa nih atau sering disebut animal keeper atau babysitter untuk orangutan yang masih bayik-bayik. Teh Julitasari cerita nih, tugas dia waktu jadi keeper dan satu-satunya keeper perempuan nih, dari bersihin kandang sampai ngasih makan kukang dan monyet. Tugas ini hampir sama dengan Bu Siska. Dari ngasih makan dan minum orangutan, dia juga harus memantau aktivitas mereka dari pagi sampai sore. “Jadi babysitter tidak mudah. Saya harus membuat mereka punya sifat alami seperti di alam bebas. Namun terkadang ada orangutan yang selalu ingin dekat dan sulit untuk jauh dari saya. Sering kali saya harus menghindar dan terpaksa mengusir orangutan ini supaya menjauhi saya dan mau naik ke atas pohon,” cerita Bu Siska nih gaes.

Lain lagi dengan cerita paramedis. Kak Fitri cerita nih kalau dia tuh ngeri-ngeri sedap saat harus menangani orangutan yang agresif. “Mesti pintar-pintar menghindar sambil tetap melakukan tugas sebagai tim medis. Solusinya ketika harus mengambil darah, menimbang, atau memeriksa kesehatan orangutan yang agresif, biasanya didampingi rekan kerja lainnya,” ujar Kak Fitri. Tapi meski serem-serem gimana, Kak Fitri enjoy aja dengan pekerjaannya. Dia merasa banyak hal-hal baru yang didapatinya setelah bekerja, yang jauh beda dengan kuliahnya dulu.

Kak Fitri juga sedang membantu mengambil sampel darah dari orangutan (Rudiansyah | IAR Indonesia)

Kalau drh. Andini, menarik nih pendapatnya soal tantangan kerjaannya gaes. Dokter usia 27 tahun ini justru menilai tantangannya itu ada di manusianya nih. “Memang bekerja dengan satwa liar yang dilindungi tidak bisa dibilang mudah, banyak kendala dalam menghadapai satwa liar, tetapi menurut saya tantangan terberat justru mengedukasi masyarakat bahwa satwa liar adalah hewan liar yang hakikatnya harus berada di alam dan merdeka di hutannya,” katanya. Bener banget nggak sih.

Soal medan pekerjaan yang harus nuntut dokter-dokter hewan perempuan ini masuk keluar hutan, ini memang jadi tantangan berat buat mereka. “Sering kali medan yang harus dilalui di lapangan cukup sulit, misalnya harus berjalan atau bahkan berlarian di tengah rawa gambut yang cukup dalam. Untuk berjalan saja sudah susah. Di sini perlunya kami memaksa diri untuk punya tenaga dan daya tahan yang ekstra,” kata drh. Fina Fadiah. Kebayang tuh, kalau nggak wonder woman, pasti udah pada nyerah tuh.

Orangutan juga perlu diperiksa kesehatannya, oleh karena itu drh. Fina membantu mengeceknya (Rudiansyah | IAR Indonesia)

Dengan berbagai situasi dan kondisi menantang itulah, kami sendiri salut banget sama para wonder woman yang bertahan hingga sekarang seperti misalnya Teh Julita yang seorang ibu tunggal, dulunya bekerja sebagai penjaga mainan anak-anak di minimarket, kemudian sekarang ahlinya dalam mendata perilaku satwa. Perjalanan para perempuan hebat ini tentunya sangat menginspirasi apalagi saat mendengar para Kartini ini cerita bahwa kebahagiaan dan kebanggaan mereka saat merawat satwa liar itu ketika satwa-satwa ini bisa kembali ke alam liar.

Ria Utari/Heribertus Suciadi

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait