Orangutan Lulup Ditranslokasi Ke TNGP

27 Mar 2018
Heribertus Suciadi

Orangutan Lulup Ditranslokasi Ke TNGP

oleh | Mar 27, 2018

KETAPANGNEWS.COM – International Animal Rescue (IAR) Indonesia bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Resort Sukadana dan Balai Taman Nasional Gunung Palung berhasil mentranslokasi satu individu orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dari kebun warga di desa Riam Berasap, Kabupaten Kayong Utara, ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) Kamis (4/1).

Orangutan jantan dewasa ini pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh Supri, salah seorang warga Desa Riam Berasap pada bulan Juli 2017. Lokasi penemuan orang-utan ini berbatasan langsung dengan kawasan TNGP.

Menanggapi laporah tersebut, tim Orangutan Protecting Unit (OPU) IAR Indonesia segera mengirim tim patroli untuk memverifikasi laporan tersebut. Tim patroli pada waktu itu tidak menemukan orangutan yang dilaporkan.

Pada bulan September ada lagi laporan dari warga masyarakat. Tim patroli yang melihat langsung ke lapangan hanya menemukan jejak dan bekas buah-buahan yang dimakan orangutan di kebun masyarakat, tetapi tidak menemukan orangutan ini.

Mendekati musim buah pada akhir tahun, laporan orangutan masuk ke perkebunan warga menjadi lebih sering sehingga tim patroli memutuskan untuk berpatroli secara rutin di lokasi tersebut. Selama melakukan patrol rutin di lokasi tersebut, tim sering menemukan orangutan di daerah tersebut dan mengusirnya ke arah hutan.

Karena orangutan yang datang ini seringkali merusak merusak kebun masyarakat, warga Riam Berasap tidak sabar lagi dan meminta kepada BKSDA untuk segera mentranslokasi orangutan tersebut. Persoalan konflik antara masusia dan orangutan semakin sering terjadi akibat kerusakan hutan yang merupakan habitat alami orangutan.

“Tidak ada solusi yang tepat untuk persoalan ini. Di satu sisi masyarakat merasa dirugikan, di sisi lain, orangutan hanya masuk di kebun akibat kerusakan habitatnya sendiri,” kata Karmele L. Sanchez, Direktur Program IAR Indonesia.

Konflik antara manusia dan orangutan dinyatakan sebagai salah satu alasan terbesar atas perburuan dan pembunuhan orangutan di Kalimantan. Orangutan dan manusia berkonflik untuk mendapatkan sumber daya yang sama.Riam Berasap dan lokasi sekitarnya seperti Kuala Satong, Semanai, Tanjung Gunung adalah lokasi hotspot konflik orangutan. Sejak tahun 2015, IAR sudah menyelamatkan puluhan orangutan dari seluruh lokasi tersebut. Pada Desember dan Januari ini, jumlah konflik semakin bertingkat karena tanaman buah milik warga memasuki masa panen.

Orangutan ini akhirnya bisa ditemukan pada Kamis (4/1) di perkebunan milik warga di dekat Jalan Ketapang-Siduk Km 8. Tim OPU IAR Indonesia segera menghubungi tim rescue dan berkoordinasi dengan pihak TNGP dan BKSDA untuk mentranslokasi orangutan ini ke tempat asalnya di kawasan TNGP yang lebih aman untuk orangutan.

Tim rescue terdiri dokter hewan dan sejumlah animal keeper yang sudah berpengalaman dalam menangani orangutan. Diperlukan waktu 2 jam untuk menangkap orangutan tersebut. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan senjata bius untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan tim rescue dan orangutan sendiri.

Setelah orangutan sudah dalam kondisi tidak sadar, tim medis segera bergerak cepat memeriksa kondisi orangutan.

“Secara umum kondisi orangutan ini bagus, hanya saja ada luka sobek di cheekpad kanan depan dan belakang. Lebar luka di cheekpad depan sekitar 1,5 cm dan di belakang sekitar 2 cm sehingga kita perlu menjahit lukanya terlebih dulu sebelum mentranslokasikannya,” ujar drh. Sulhi Aufa, koordinator tim medis IAR Indonesia.

Berdasarkan formulasi giginya, orangutan yang diberi nama Lulup ini diperkirakan berusia lebih dari 25 tahun. Tim rescue memeriksa dan menjahit luka Lulup selama 1 jam sebelum akhirnya Lulup siap ditranslokasikan.

Kemungkinan luka ini diakibatkan oleh peluru. Kita sering menemukan peluru pada orangutan yang berasa di sekitar kebun milik warga masyarakat,” tambahnya.

Pada tahun 2015 IAR Indonesia pernah menyelamatkan satu orangutan dari kabupaten Kayong Utara bernama Jambu yang mempunyai belasan peluru di dalam tubuhnya.

Perjalanan menuju titik pelepasan di dalam kawasan TNGP melibatkan 4 orang porter dari warga di sekitar kawasan. Perjalanan menuju titik pelepasan ditempuh selama kurang lebih selama 2 jam dan Lulup dilepaskan sekitar pukul 19.15. Setelah bekerja selama satu hari penuh, tim rescue IAR bersama tim BKSDA dan TNGP berhasil merelokasi orangutan ini ke tempat yang lebih aman.

“Meskipun sukses dan berjalan lancar, translokasi bukanlah solusi utama, translokasi hanya solusi sementara atas konflik seperti ini”, ujar Karmele Sanchez.

Menurutnya, Kejadian seperti ini bisa berulang lagi kalau permasalahan terkait dengan landscape belum teratasi. Untuk program konservasi secara landscape, kita perlu kerjasama dengan seluruh stakeholder, bukan hanya warga dan pemerintah, tetapi juga perusahaan yang mempunyai lahan perkebunan di dalam atau di sekitar habitat orangutan. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan BKSDA Kalbar dan Balai TNGP untuk fokus pada solusi jangka panjang terkait dengan permasalahan seperti ini di areal Riam Berasap. Harapannya, kasus seperti ini tidak terjadi lagi di depannya.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung, Dadang Wardhana sangat mengapresiasi kerjsama antara YIARI, BTNGP, BKSDA Kalbar, dan masyarakat yang secara responsif menanggulangi permasalahan konflik satwa liar khususnya orangutan dengan masyarakat yang terjadi di Riam Berasap. Ia menghimbau kepada masyarakat untuk tidak memasang jerat karena orangutan merupakan satwa langka dan dilindungi undang-undang.

“Kami juga menghimbau apabila ada orangutan memasuki kebun agar dilaporkan kepada petugas BTNGP, YIAR atau BKSDA”. Imbaunya.

Senada dengan pernyataan Kabalai TNGP, Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta dalam kegiatan ini.

“Kerja konservasi memang merupakan kerja bersama. Pemerintah dalam hal ini UPT KSDAE tidak akan mampu melaksanakan fungsinya secara optimal jika tidak ada peran serta para pihak seperti IAR dan warga masyarakat.(dra)

 

Sumber : http://ketapangnews.com/2018/01/orangutan-lulup-ditranslokasi-ke-tngp/

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait