Monti dan Anggun: Dua Sosok Keberhasilan

9 Apr 2021
Heribertus Suciadi

Monti dan Anggun: Dua Sosok Keberhasilan

oleh | Apr 9, 2021

Kabut pagi masih mengapung di sela pepohonan ketika Monti dan Anggun mulai berayun di atas batang liana, berpindah dari satu pohon ke pohon di dalam sekolah hutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan IAR Indonesia di Desa Sungai Awan Kiri Kabupaten Ketapang. Sembari menggenggam sebuah ubi dan melipat bibirnya, Anggun tidak berhenti mendekap Monti. Raut mukanya terlihat gugup. Sementara Monti menunjukan air muka yang lebih tenang dan menunjukan gestur melindungi Anggun. Monti dan Anggun adalah sepasang orangutan yang memulai kehidupan baru sebagai ibu dan anak pada pertengahan tahun 2018 lalu.

Kisah Monti dimulai pada November 2009, ketika ia diselamatkan di Desa Sungai Awan Kiri. Saat itu, Monti diketahui baru berusia delapan bulan. Warga yang menemukannya mengisahkan saat itu Monti tengah sendirian di dalam hutan. Tidak jauh berbeda dengan kisah Monti, Anggun juga ditemukan oleh salah satu warga di kebun sawit di daerah Sungai Melayu pada 2018 dan kemudian dipelihara secara ilegal selama tiga bulan. Ketika diselamatkan, Anggun baru berusia satu tahun. Induk mereka diperkirakan sudah mati karena secara alami induk orangutan liar tidak akan melepaskan bayinya dari dekapannya dan meninggalkan sendirian di hutan.

Meskipun diselamatkan dalam rentang waktu yang cukup jauh, keduanya diselamatkan dalam usia yang masih sangat belia. Monti diselamatkan ketika berusia delapan bulan dan Anggun diselamatkan ketika berusia satu tahun. Usia di mana seharusnya mereka masih tinggal bersama induk mereka untuk belajar bertahan hidup sebagai orangutan sejati.

Bayi orangutan biasanya akan hidup bersama induknya pada usia enam hingga delapan tahun, atau sampai bisa mencari makan sendiri. Di alam liar, bayi orangutan akan belajar bertahan hidup, seperti memanjat, mencari makan, dan membuat sarang. Namun sering kali banyak ditemukan kasus di mana bayi terpisah dari induknya akibat perburuan yang berakhir di tangan manusia. Jika fase asuhan ini terputus, besar kemungkinan bayi atau anak orangutan akan mati karena mereka tidak tahu cara bertahan hidup di alam tanpa induknya.

Untuk itulah, bayi-bayi orangutan yang diselamatkan ini harus menjalani rehabilitasi untuk mengembalikan sifat alami mereka sekaligus membuat mereka memiliki kemampuan bertahan hidup di habitat aslinya. Salah satu tantangan terbesar dalam upaya rehabilitasi orangutan adalah tidak adanya buku panduan yang pasti bagaimana cara dan tatalaksana merehabilitasi orangutan dan mengembalikan perilaku serta kemampuan alaminya untuk hidup bertahan di hutan. Proses rehabilitasi ini merupakan proses panjang yang memakan waktu, tenaga dan upaya yang tidak sedikit. Proses ini dapat mencapai delapan hingga sembilan tahun bahkan lebih, tergantung kemampuan masing-masing individu.

Monti sendiri sudah menjalani masa rehabilitasi sembilan tahun ketika dipasangkan dengan Anggun sebagai anak asuhnya. Monti dianggap cocok dipasangkan dengan Anggun sebagai induk asuhnya. Harapannya, Monti bisa mengajari Anggun berbagai kemampuan yang diperlukan untuk bertahan hidup seperti memanjat, mencari makan, dan membuat sarang. Monti juga bisa menjadi pelindung bagi Anggun yang bertubuh mungil. Strategi ini berhasil. Monti menjadi induk yang protektif dan Anggun menjadi lebih percaya diri untuk mempelajari hal-hal baru.

Proses menjalin hubungan induk-anak asuh ini juga tidak sebentar, mereka pertama kali dipertemukan pada 10 Agustus 2018. Setelah dirasa tidak ada penolakan dari keduanya, mereka digabungkan di dalam satu kandang dari 14 Agustus sampai 5 Oktober 2018. Kehidupan bersama selama lebih tujuh minggu di dalam kandang, semakin menguatkan ikatan mereka sebagi ibu dan anak. Setelah menjalani proses ini, keduanya  dilepaskan di dalam sekolah hutan di pusat penyelamatan dan rehabilitasi orangutan IAR Indonesia untuk diobservasi lebih lanjut.

Hasilnya Monti telah memenuhi dan bahkan melampaui semua harapan sebagai ibu asuh. Dia sangat baik, lembut, dan peduli dengan bayi angkatnya, Anggun. Monti juga menunjukkan afeksinya dengan melindungi Monti dari gangguan orangutan lain. Bahkan Monti juga tidak suka ketika Anggun hendak diperiksa oleh animal keeper atau anggota tim medis.

Anggun juga telah berperan dalam membantu rehabilitasi Monti karena Anggun memiliki karakter yang tidak bergantung pada manusia dengan selalu berada di atas pohon. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di kanopi hutan sehingga membuat Monti mengikutinya ke atas pohon.

Kemajuan proses rehabilitasi keduanya ini menjadi tiket kepulangan mereka ke habitat aslinya. Setelah melihat hasil rehabilitasi Monti dan Anggun yang mengalami kemajuan pesat, tim animal management tidak ragu untuk segera memulangkan mereka ke rumah barunya. Taman Nasioanal Bukit baka Bukit Raya kembali dipilih karena berdasarkan hasil survei yang dilakukan IAR Indonesia, jumlah populasi orangutan sangat sedikit sedangkan jumlah dan jenis pakan orangutan berlimpah.

Februari 2020 menjadi titik awal kehidupan baru mereka sebagai orangutan sejati di habitat aslinya. Untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan mereka di dalam kawasan TNBBBR, IAR Indonesia juga menerjunkan tim monitoring untuk memantau keduanya. Hasilnya pengamatan tim monitoring menunjukkan bahwa mereka benar-benar telah menguasai kemampuan hidup di alam liar dan menikmati rumah dan kehidupan baru mereka.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait