Mereka yang Peduli Melindungi Satwa

7 Apr 2021
Admin

Mereka yang Peduli Melindungi Satwa

oleh | Apr 7, 2021

Marka “tidak ada jaringan” nyata terpampang di sudut kanan atas layar gawai milik Iid. Kendati begitu, jarinya tak henti menari di atas papan ketik virtual menyusun laporan mengenai adanya orangutan yang dipelihara warga di Sungai Sebomban, Desa Batu Lapis, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Setelah laporan singkat selesai ditulis, tanpa ragu ditekannya tombol “kirim” sembari berharap nantinya ada sinyal seluler yang singgah ke gawai dan meneruskan pesannya.

Iid sedang berada di salah satu desa terpencil di pelosok Ketapang, yang jauh dari jangkauan sinyal. Kalaupun mau berusaha berkendara sebentar ke luar desa dan menunggu, tak menjamin ada sinyal seluler yang tertangkap. Di siang yang terik itu Iid hendak melakukan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Desa Batu Lapis ketika salah satu warga bernama Elisabet melaporkan adanya pemeliharaan orangutan di kamp peladang di Sungai Sebomban. Awalnya Iid meragukan laporan ini sampai kemudian laporan yang sama sampai juga di telinganya lewat Boni, anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Desa Batu Lapis. Iid makin yakin ketika mantan kepala Desa Batu Lapis, Toton turut serta memberikan laporan yang sama.

Dengan bantuan warga desa yang memberi tumpangan motor air, Iid bisa melakukan verifikasi dan menghubungi tim untuk melakukan penyelamatan. Niko, salah satu warga desa juga membantu dengan meminjamkan perahu ambulan desa untuk mengevakuasi bayi orangutan malang ini. Akhirnya, dengan peran aktif warga desa, orangutan yang diberi nama Bomban ini bisa diselamatkan dan sekarang menjalani masa rehabilitasi di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi KAR Indonesia di Desa Sungai Awan Kiri, Kabupaten Ketapang. Sebelumnya, pada Maret 2020, BKSDA Kalbar bersama IAR Indonesia juga menyelamatkan satu individu orangutan bernama Batis, lagi-lagi lewat peran aktif warga yang melaporkan kasus pemeliharaan ilegal satwa dilindungi ini.

Kesadaran kolektif warga atas nasib satwa liar dilindungi ini tidak muncul dari ruang hampa. Kerja keras tim Edukasi IAR Indonesia pada 2016 silam menjadi titik awal kepedulian warga desa dalam penyelamatan satwa karismatik ini. Kala itu, tim IAR Indonesia melakukan sosialisasi mengenai orangutan di desa-desa sepanjang aliran Sungai Bihak di Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang. Sosialisasi ini dilakukan karena sebelumnya, ada beberapa orangutan peliharaan ilegal yang berasal dari DAS ini.

Salah satu warga yang berperan aktif dalam penyelamatan orangutan adalah Pak Moses. Tercatat sudah tiga kali dia melaporkan kasus pemeliharaan ilegal orangutan di wilayahnya. Bahkan Moses yang juga ketua umat sekaligus tokoh yang dituakan di Desa Batu lapis mengultimatum warganya. “Jangan ada lagi yang memelihara orangutan, kalau masih ada warga yang nekat memelihara orangutan akan benar-benar ditangkap pihak berwenang dan ini peringatan terakhir,” ujarnya kepada warga, tidak lama setelah evakuasi orangutan Bomban dilakukan. Menurutnya, kasus pemeliharaan orangutan ini merupakan aib bagi kampungnya.

Berkat informasi dan kepedulian warga Desa Hulu Sungai, Bomban berhasil diselamatkan dan dibawa ke pusat penyelamatan dan rehabilitasi IAR Indonesia di Desa Sungai Awan Kiri.

Edukasi dan penyadartahuan merupakan salah satu sarana penting untuk mencegah perburuan dan pemeliharaan orangutan, terutama di daerah terpencil yang tidak terjangkau informasi baik dari media sosial maupun media mainstream. Perlu usaha dan pendekatan khusus untuk sampai ke sini dan melakukan penyadartahuan. Untuk itulah pada 2021 ini, IAR Indonesia kembali melakukan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang menyasar anak-anak dan kaum muda di Desa Batu Lapis. Harapannya dengan kegiatan seperti ini, kasus perburuan dan pemeliharaan ilegal satwa liar dilindungi tidak terjadi lagi di sepanjang DAS Bihak.

Penyelamat kukang

Kisah kepedulian warga lainnya terhadap keberlangsungan hidup satwa liar datang dari wilayah Jawa Barat. Dalam pengungkapan kasus penyelundupan 79 individu kukang jawa oleh Mapolres Majalengka, Jawa Barat awal 2019 silam, kedermawanan Juliawaty hadir memberikan dukungannya untuk membantu kukang korban penyelundupan yang ketika itu IAR Indonesia tangani.

Bersamaan saat para perawat dan dokter hewan IAR Indonesia melakukan penanganan terhadap puluhan nyawa kukang yang terjepit oleh kekejaman perdagangan ilegal satwa liar, Ibu Yuli, sapaan akrabnya, tak segan mengambil peran serta memberikan dukungan maksimal dalam penanganan. “Apa yang bisa saya bantu untuk kukang?” tanya Ibu Yuli. Hingga pada akhirnya, perempuan yang tinggal di Cirebon itu mengirimkan dua truk miliknya untuk membantu mengantarkan 70 individu kukang malang tersebut ke habitat baru di Gunung Tampomas dan Gunung Masigit-Kareumbi, Jawa Barat.

Tidak hanya itu, selama sekitar dua minggu masa perawatan sementara kukang yang dilakukan di kantor BKSDA Cirebon, Ibu Yuli menyediakan hampir semua kebutuhan para kukang. Alasan baginya sederhana, agar tim medis tetap fokus merawat kukang dan tidak perlu repot mencari kebutuhannya lainnya. “Saya siap menyediakan apa pun yang dapat membantu kukang,” ujarnya.

Tindakan yang dilakukan Ibu Yuli ini bukan tanpa sebab. Semua itu bermula dari keprihatinannya terhadap kukang yang banyak bernasib tidak beruntung akibat aktivitas kejahatan satwa liar. Pengalamannya mengenal kukang membuatnya merasa memiliki kedekatan hati terhadap primata pemilik mata bulan tersebut.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait