Kilas Balik Kami di 2020!

31 Des 2020
Heribertus Suciadi

Kilas Balik Kami di 2020!

oleh | Des 31, 2020

Tak terasa kita sudah berada di penghujung 2020. Kami yakin semua di antara kita mengalami hal yang sama, yakni perasaan yang serba tidak pasti. Ketidakpastian itu tidak sekadar tentang kita di hari esok, tetapi juga bagaimana lalui hari demi hari. Terlepas dari itu semua kita patut berbangga. Karena pada akhirnya kita mampu melalui tahun ini dengan penuh harapan baik dan suka cita.

Kami juga percaya, di tengah harapan-harapan yang hampir pupus, harapan cerah akan selalu ada pada setiap hati yang tulus. Termasuk, dalam upaya kami untuk mewujudkan kesinambungan ekosistem harmonis bagi lingkungan serta makhluk hidup. Sejak COVID-19 menjangkit ke seluruh belahan dunia, kami telah berkomitmen melalui Pesan Kami untuk menghadapi situasi seperti ini.

Melalui pesan tersebut, kami sangat mendukung upaya Pemerintah Indonesia untuk melakukan langkah-langkah pencegahan guna menekan risiko COVID-19 di lingkup kerja kami, termasuk di beberapa tempat-tempat kami di lapangan. Tidak hanya itu, semua hal sudah kami persiapkan dan antisipasi dengan peningkatan kewaspadaan terhadap aspek keselamatan melalui sejumlah protokol untuk tetap melindungi kesehatan para tim kami dan satwa.

Sejak awal kemunculannya, COVID-19 diduga kuat berasal dari aktivitas eksploitasi satwa liar. Tidak hanya mengancam kesehatan secara global, pandemi COVID-19 juga berdampak pada perekonomian masyarakat. Berawal dari ancaman ekonomi, ancaman bagi sumber daya alam kemudian mencuat karena masyarakat tertekan hingga sulit mendapatkan penghasilan. Tidak sedikit yang kembali melakukan aktivitas yang mengancam sumber daya alam, seperti perburuan, pertambangan ilegal, dan pembalakan liar.

Peningkatan kegiatan masyarakat di dalam hutan terlihat di beberapa daerah. Masyarakat tertekan dan terpaksa mencari hidup dengan aktivitas yang mengancam habitat dan satwa liar. Sejumlah studi ilmiah dan sebagian besar kelompok peneliti di dunia bahkan secara konsensus memperingatkan bahwa COVID-19 sama dengan wabah penyakit lain yang terjadi dalam dekade terakhir. Salah satu faktor penyebabnya adalah tekanan manusia pada sumber daya alam.

Hal itu juga didukung oleh penelitian terkini menyebut sekitar 60% penyakit yang telah diketahui pada manusia berasal dari hewan, serta 75% penyakit baru yang menyerang manusia dalam tiga dekade terakhir juga berasal dari hewan. Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan risiko zoonosis ini adalah keseimbangan alam yang terganggu, hubungan yang tidak sehat antara manusia dan satwa liar terutama aktivitas perburuan dan perdagangan, serta gangguan dan kerusakan pada habitat satwa liar.

Salah satu tindakan yang dapat kita untuk mengantisipasi pandemi lainnya di masa depan adalah tetap menjaga keseimbangan ekosistem dengan tidak memperdagangkan dan memelihara satwa liar, karena kegiatan perburuan yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan kepunahan berbagai spesies. Permasalahan ini menjadi sangat penting sebab hal ini bukan sekadar isu konservasi spesies atau kesejahteraan satwa melainkan isu kesehatan manusia secara global.

Untuk itu, dengan penuh kewaspadaan situasi, kami tetap berupaya mewujudkan komitmen sepanjang tahun ini. Karena kami menyadari potensi dan risiko kehadiran virus apapun dapat terjadi pada waktu yang tidak bisa diprediksi.

Mereka yang terselamatkan

Di tengah wabah COVID-19, kasus pemeliharaan ilegal satwa liar dilindungi tetap ada. Semestinya, kita dapat belajar banyak hal dari wabah yang merebak saat ini. Sebab, selain mengancam kelestarian, perilaku tidak bertanggung jawab seperti itu juga beresiko membahayakan manusia dengan penyakit yang mungkin dibawa oleh satwa liar.

Tidak hanya itu, masih tergambar jelas dalam ingatan, sedikitnya 18 individu orangutan, termasuk sejumlah satwa liar yang bernasib tidak beruntung telah diselamatkan. Melalui hubungan sinergis serta kerja sama strategis yang kuat dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dan Balai Taman Nasional Gunung Palung (TNGP), kami berhasil melakukannya. Hingga Bukit Kubing dan Bukit Raya, menjadi suaka bagi mereka untuk melanjutkan kembali hidupnya.

Di tengah beragam ketidakpastian, kelahiran generasi baru orangutan tetap menjadi keniscayaan. Kabar menggembirakan itu datang dari TNGP. Orangutan hasil rehabilitasi bernama Susi telah melahirkan bayi orangutan dengan selamat pada akhir Maret 2020. Bayi orangutan betina yang diberi nama Sinar oleh Menteri LHK tersebut merupakan bayi orangutan kedua yang lahir di Gunung Tarak yang berbatasan langsung dengan wilayah TNGP.

Tidak hanya itu, orangutan hasil rehabilitasi bernama Laksmi dan Desi juga memberikan generasi baru orangutan di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) pada tahun ini. Bayi orangutan Laksmi diberi nama Lusiana oleh Wakil Menteri LHK dan bayi Desi diberi nama Dara oleh Menteri LHK. Sinar, Lusiana dan Dara memberi gurat senyum penuh harapan pada kami, selain harapan baru bagi jerih payah konservasi orangutan.

Upaya panjang dalam melestarikan spesies kera kharismatik pulau Kalimantan ini terus dimutakhirkan. Dibayangi minimnya panduan pasti bagaimana cara dan tatalaksana merehabilitasi orangutan, kami berhasil mempelopori pola induk asuh untuk mempercepat respon perilaku serta kemampuan alami orangutan untuk hidup bertahan di hutan. Hal ini menunjukkan bukti bahwa orangutan juga bisa menjadi ibu angkat untuk orangutan lainnya.

Sumber semangat kami datang dari beragam kisah. Meli, bayi kukang malang turut menggores senyum kami di tengah situasi ini. Perjuangan Meli untuk dapat mengecap kehidupan di alam bebas begitu luar biasa. Kini kukang betina itu telah tumbuh menjadi kukang dewasa yang sehat dan akan segera pulang kembali ke habitatnya.

Kesehatan Meli dan ratusan kukang lainnya yang berada di bawah perawatan kami menjadi komitmen sejak kami berdiri. Sebagai pusat rehabilitasi kukang pertama dan terbesar di Indonesia, kesehatan satwa merupakan prioritas kami. Dokter hewan dan tim medis kami yang bertugas dilengkapi standar operasional ketat terhadap pemeriksaan satwa dan peralatan penunjang diagnosa. Di samping itu, aspek keamanan kesehatan dalam hal ini biosekuriti dan biosafety bagi staf kami yang bekerja langsung dengan satwa juga tak luput dari perhatian.

Berkat dukungan dan kerja keras dari semua pihak, kami menorehkan penghargaan atas komitmen kami yang inovatif dan holistik dalam penyelamatan satwa liar dan habitatnya, khususnya di Kalimantan Barat. Penghargaan diberikan oleh BBVA Foundation di Spanyol pada Oktober 2020 untuk kategori keanekaragaman hayati atas upaya pendekatan inovatif dan terintegrasi untuk melindungi keanekaragaman hayati di TNBBBR dan beberapa spesies ikonik di dalamnya termasuk orangutan.

Semua torehan ini tidak lepas dari dukungan dan kerja sama yang sangat baik bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) dan Balai TNBBBR, program kami di Kalimantan Barat dapat terwujud dan berjalan dengan baik.

Masih ada banyak hal lain yang telah kita lalui bersama – yang seolah tak akan pernah usai melalui satu halaman ini. Namun begitu, harapan cerah akan senantiasa menyelimuti upaya kita.

Sebagai penutup, di penghujung tahun ini kami berterima kasih atas dukungan dan komitmen atas semua yang telah kita lakukan bersama. Selamat Tahun Baru 2021! Keniscayaan akan lingkungan hidup yang harmonis akan selalu ada. Tetap jaga kesehatan dan keselamatan bersama.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait