Everything you need to know about Rohadi

5 Jul 2021
Heribertus Suciadi

Everything you need to know about Rohadi

oleh | Jul 5, 2021

Jadi siapa yang kita bicarain nih?

Rohadi.

Rohadi? Siapa tuh?

Oke, jadi kali ini kita mau kenalin kamu sama salah satu staf kita. Dia ini koordinator tim patrol, sensus satwa, sama survei fenologi di Hutan Desa Pematang Gadung.  Namanya Rohadi. Kalau sehari-hari sih panggilannya Ketus, katanya itu panggilan dia waktu kecil dari orang-orang di kampungnya. 

Kampung di mana tuh?

Kampungnya di desa Pematang Gadung, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Ketapang, Kalimantan Barat.

Ooh, jadi dia kerja di kampungnya sendiri?

Yak betul. Asyik deh, soalnya kampung Bang Ketus letaknya di dekat hutan, namanya Hutan Desa Pematang Gadung. Luas hutan gede banget cuy, 7000 hektar. Kondisinya juga masih bagus, pohon-pohonnya rapet, dengan berbagai macam jenis, dan satwa-satwanya beragam juga, dari buaya ada, orangutan pun juga ada. Nah, ngelihat kekayaan alam inilah, Bang Ketus yang lahir 36 tahun lalu ini terpanggil untuk bekerja di Yayasan IAR Indonesia, supaya bisa ngejagain kekayaan alam di hutan desa ini gaes.

Got it. Terus kerjaannya Bang Ketus ini ngapain aja?

Banyaaak, lihat aja tuh, nama jabatannya aja panjang, koordinator patroli dan sensus satwa serta survei fenologi IAR Indonesia. Jadi salah satu tanggungjawabnya mengkoordinir tim patroli untuk mengamankan kawasan hutan desa dari pembalakan liar, pemburu, tambang ilegal, dan lain-lain, pokoknya banyak deh ancaman kelestarian hutan desa itu. Selain itu dia juga masih harus bertanggungjawab sama sensus satwa liar dan survei fenologi. Oh iya, total tim dia ada 15 orang.

Okayyy.. Terus kalau sensus satwa gimana tuh? Ngitungin satu-satu warga hutan kayak ngitung penduduk Indonesia?

Yaaa enggak gitu juga kali, kan nggak bisa juga kita ngetuk sarang pohon, keluar bapak burung terus kita nanya-nanya soal keluarganya. Nggak mungkin juga kan kita datengin sarang beruang atau buaya satu-satu. Bukannya kita disuguhi makanan, malah kita nanti yang jadi makannya. Kalau sensus satwa ini, dia sama timnya jalan-jalan di satu jalur yang udah ditentukan sebelumnya. Jalur-jalur ini ada banyak buat meng-cover luasnya hutan desa. Kita sebut jalurnya ini transek, masing-masing panjangnya empat kilo. Bang Ketus ini sama timnya udah harus di titik awal transek dari jam setengah 6 pagi, padahal jarak transek dari kamp tempat tim ini tinggal di tengah hutan ini ada yang jauh lho. Ada yang sampe 7,5 kilometer.

Whooaa, jauh juga yak. Jam berapa tuh Bang Ketus sama timnya berangkat dari kamp biar nggak telat?

Lumayan, kalau ditambah menyusuri transek bolak balik perjalanan pulang ke kamp, ya sehari itu mereka bisa jalan kaki lebih dari 20 kilometer. Dan kalau pas dapet lokasi transek yang jauh mereka udah harus bangun jam 2 pagi. Mulai jalan jam 3 pagi supaya gak telat.

Nggak ngantuk tuh? Pagi amat ya?

Ya pasti awalnya ngantuk, tapi namanya juga tanggungjawab. Kenapa harus pagi-pagi benar, karena jalan di Hutan Desa Pematang Gadung ini enggak gampang. Ini kan hutan gambut, jadi tanahnya itu sering digenangi air, terutama pas pasang. Pas lagi pasang tinggi airnya bisa sampai sepinggang lho. Dan lumpurnya juga lumayan tebal. Susah lah pokoknya perjalanannya. Diceritain aja capek, apalagi jalaninnya.

Terus… terus… kalau udah di transek ngapain aja?

Kalau udah di transek ya mereka nyusurin jalan itu pelan-pelan, perhatikan sekitar, nengok kanan kiri atas bawah, lihat-lihat kalau ada burung, atau reptil, atau orangutan, rusa, beruang, satwa apa aja lah. Semua itu dicatat lho. Nggak cuma kalau ketemu atau lihat hewannya aja, misalnya ketemu jejak rusa di tanah atau bekas cakar beruang di pohon, atau kotoran orangutan itu juga dicatat sebagai perjumpaan jejak.

Hmmm, mesti teliti yak. Kalau survei fenologi apaan lagi tuh?

Iya kudu teliti dan paham ama kondisi hutan dan mempelajari satwa dan jejak-jejaknya. Mana yang jejak rusa, mana yang jejak beruang, sampai jenis-jenis burung yang ada. Kalau survei fenologi lain lagi. Fenologi ini gampangnya survei pohon yang biasa dan bisa jadi pakan orangutan. Dan di sini, Rohadi dan timnya bertanggungjawab untuk memantau perkembangan pohon pakan orangutan setiap bulan. Ini dilakukan  biar tau kapan pohon ini mulai berbunga, kapan muncul buahnya, sampai kapan buah ini mateng. Pohonnya sudah ditentukan di awal sih, jadi Rohadi dan timnya tinggal mantau perkembangan pohon ini tiap akhir bulan. Jadi kalau mau tahu kapan pohon ini itu berbuah dan kapan nggak berbuah tinggal tanya ke Rohadi langsung.

I see… Banyak juga ya kerjaan dan tanggungjawabnya. Awalnya gimana sih Bang Ketus ini bisa kerja dengan IAR?

Jadi awalnya dulu tuh Rohadi kerja jadi petani. Dia punya ladang gitu. Nah tahun 2012, IAR Indonesia masuk ke Desa Pematang Gadung, bantu untuk mengelola Hutan Desanya itu. Dari awal Rohadi ini udah tertarik sama IAR karena dia suka dengan alam. Meskipun kebanyakan orang seusia dia waktu itu kerja di tambang, dia nggak mau sama sekali. Akhirnya tahun 2016, dia gabung ke IAR, awalnya staf biasa, tapi karena kerjanya bagus dan punya jiwa kepemimpinan, jadinya baru setahun kerja, dia udah dipercaya buat jadi koordinator.

Keren juga yaa… Motivasi dia sebenarnya apa sih?

Kalau ditanya ini, dia jawabnya simple aja sih, dia cuma pengen hutan dan lingkungan tempat kelahirannya selalu lestari, jadi anak cucunya nanti bisa juga lihat hutan dan satwa di dalamnya. Dia juga dari awal udah ngenalin anaknya ke hutan. Anaknya sering diajak ke kamp di dalam hutan. Katanya sih supaya dari kecil sudah sadar dan peduli buat lestarikan alam dan lingkungan.

Duh jadi pengen kayak Bang Ketus deh…

Bisa… bisa… mulai aja dengan sering-sering main ke hutan, trekking, dan tentu saja…cintai alam di sekitar kita.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait