Evakuasi Orangutan ke Ketapang Terkendala Kabut Asap

21 Sep 2015
Heribertus Suciadi

Evakuasi Orangutan ke Ketapang Terkendala Kabut Asap

oleh | Sep 21, 2015

Posted By: sutan on: 19 September, 2015 In: Ponti City

Photo: Suara Pemred

PONTIANAK, SP – Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Sustyo mengatakan, bayi Orangutan berusia tujuh bulan yang ditemukan oleh warga di Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, akan segera dievakuasi ke International Animal Rasque (IAR) Ketapang. Hanya saja, evakuasi terkendala oleh kabut asap yang mengakibatkan semua penerbangan tertutup.
Saat ini terangnya, sedang dilakukan perencanaan kapan bayi Orangutan jantan yang diberi nama Otan ini diberangkatkan ke Ketapang. Selain itu, sudah banyak juga yang ingin mengadopsinya.
“Sedang diputuskan kapan akan diberangkatkan ke Ketapang dan bagi yang ingin mengadopsinya harus ke sana (IAR-red) dan tidak boleh dibawa pulang,” katanya.
Diterangkankan Sustyo, secara teoritis, ada beberapa faktor yang menyebabkan individu dengan nama latin Pongo Pygmaeus Pygmaeus ini keluar dari habitat aslinya. Di antaranya karena habitatnya sudah tidak ada lagi, sehingga mereka merasa terancam dan sulit menemukan buah-buahan untuk makanan. Ditambah lagi, musim kemarau yang membuat mereka dehidrasi dan mencari sumber air lalu mereka berimigrasi.
“Banyak faktor, di antaranya ya itu. Mereka terancam karena habitatnya terganggu,” ungkap Sustyo.
Saat berada di tempat rehabilitasi seperti di IAR di Ketapang atau di Kobus di Sintang, individu-individu Orangutan akan seperti masuk rumah sendiri dan disekolahkan. Dan ketika telah sehat kembali, baru kemudian dilepas di alam liar.
“Sudah sehat, masuk sekolah, kemudian baru dilepas liar,” terangnya.
Di tahun 2015 ini, sebutnya, BKSDA Kalbar mencatat ada sebanyak 149 Individu Orangutan di Kalbar. Di Ketapang ada sebanyak 120 individu, di mana 89 individu direhabilitasi dan 31 individu telah dilepasliarkan. Sementara itu, di Sintang terdapat sebanyak 29 individu, 20 individu dirawat di Kobus Sintang, sembilan individu lainnya sekolah di Alam Tembak Sintang.
Kepada Ivan Nurisaputra (23) seorang warga yang menemukannya, BKSDA akan memberikannya penghargaan berupa sertifikat dan ucapan terimakasih karena telah merawat dan melaporkan keberadaan individu yang telah terancam punah tersebut.
“Ivan Nursaputra, telah merawat kemudian melaporkan, kita akan berikan ucapan terimakasih dan serfikat atas ini,” ujarnya.
Sebelumnya, bayi Orangutan bernama Otan ini ditemukan oleh Ivan Nurisaputra seorang pekerja sawit di kawasan perkebunan sawit masyarakat Desa Lingga, Kecamatan Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Ivan mengungkapkan, bayi Orangutan tersebut pertama kali dilihat oleh rekan kerjanya sedang minum air di kanal buatan yang dibikin oleh perusahaan.
Ketika itu, rekannya berusaha memberi Otan makan dan membiarkan Orangutan tersebut pergi. Namun Otan enggan meninggalkan lokasi dan memilih tinggal disekitar pondok yang dibangun di tengah perkebunan.
“Saya sudah usir dia agar masuk lagi ke hutan. Tapi tidak mau,” kata Ivan di rumahnya, Jumat (18/9).
Merasa kasihan, Ivan pun berinisiatif membawa Orangutan mungil tersebut pulang ke rumahnya. Nama Otan pun disandangkan untuk memanggil bayi Orangutan tersebut. Selama berada di rumah, Otan dirawat dengan penuh kasih sayang oleh keluarga Ivan.
“Namun, karena khawatir dengan perawatan yang seadanya, saya berinisaitf melaporkannya kepada kepolisian dengan harapan bisa diteruskan kepada pihak yang berwenang,” katanya.
Setelah satu Minggu dilaporkan, baru ditindaklanjuti oleh BKSDA Kalbar. Di saat yang bersamaan, pihak kepolisian dan kecamatan juga terlihat di rumah Ivan untuk menyaksikan serah terima Otan kepada pihak BKSDA. (yoo/ind/sut)

Alami Amenia dan Dehidrasi
Saat tiba di BKSDA Kalbar, Otan di bawa ke UPT Laboratorium Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, Provinsi Kalimantan Barat untuk menjalani pemeriksaan medis.
Di dalam ruang periksa klinik hewan, bayi orangutan ini diperiksa oleh tim dokter yakni drh Sonny, drh Endra dan drh Arkam. Layaknya seorang bayi manusia. Nama Otan ditulis dalam daftar buku tamu pasien. Dia tercatat sebagai pengunjung urutan ke-40.
“Coba-coba sini lihat matanya,” kata dokter sambil memeriksa mata Otan.
Otan dibaringkan di atas ranjang. Dokter memeriksa dadanya dengan stetoskop untuk mendiagnosa penyakit. Suhu tubuhnya juga diukur dengan thermometer.
“Secara fisik konjungtivanya pucat itu artinya amenia atau kekurangan darah. Kemudian Otan mengalami dehidrasi karena kekurangan minum. Kulitnya tuh liat susah ditarik kan. Kurang minum,” ujar dokter.
Hasil pemeriksaan juga menyebutkan bahwa suhu tubuh Otan normal, yakni 37 derajat celsius, sementara beratnya empat kilogram.
“Pernafasannya bagus, hanya saja tadi saya lihat sedikit ada penyempitan. Ada gangguan sedikit tapi masih ringan. Ada debu-debu sedikit ditenggorokan Otan, dan belum muncul gejala klinisnya. Jika diistilahkan, masih di bawah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan belum sampai ke tingkat ISPA,” jelasnya.
Tim dokter yakin jika Otan dirawat kondisinya akan segera kembali normal. Otan pun kemudian disuruh makan buah dan minum susu formula. (ind/sut)

 

http://suarapemred.co.id/evakuasi-orangutan-ke-ketapang-terkendala-kabut-asap/

 

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait