Dua Orangutan Malang Yang Terluka Akibat Dirantai Besi, Akhirnya Dievakuasi Dari Tangan Warga

3 Mar 2017
Heribertus Suciadi

Dua Orangutan Malang Yang Terluka Akibat Dirantai Besi, Akhirnya Dievakuasi Dari Tangan Warga

oleh | Mar 3, 2017

Ketapang, reportasenews.com – Setelah pembantaian orang utan dan dagingnya disantap di Kalimantan Tengah viral di media sosial. Nasib orangutan di hutan Kalimantan semakin memilukan.
International Animal Rescue dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, Kalimantan Barat kembali menyelamatkan 2 individu orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus).
Satu orangutan betina diselamatkan dari Desa Manis Mata, Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (14/2).
Orangutan betina ini diperkirakan berumur 5-6 tahun dan sudah dipelihara oleh Ari Yanto selama 3 bulan. Sedangkan satu lagi berasal dari Desa Air Hitam Besar, Kecamatan Kendawangan, Ketapang.
Laporan keberadaan orangutan ini berasal dari Yayasan Palung. Menindaklanjuti laporan tersebut, IAR Ketapang menerjunkankan tim Human-Orangutan Conflict Response Team (HOCRT) untuk memverifikasi laporan. Tim HOCRT kemudian memberikan hasil verifikasi ke Ketapang dan IAR Ketapang menerjunkan tim rescue yang berangkat dengan anggota BKSDA SKW I Ketapang.
Pemilik orangutan di Manis Mata, Ari Yanto mengaku mendapatkan orangutan ini dari seseorang di daerah Jambi, Ketapang, Kalimantan Barat.
Dia membeli orangutan ini seharga Rp 1,1 juta dari seseorang di daerah Jambi lantaran kasihan melihat kondisi orangutan.
“Dulunya kurus kondisinya, sekarang sudah agak gemuk selama saya pelihara,” jelasnya.
“Biasanya saya kasih makan pisang dan air gula. Kadang nasi sama kuah asam juga mau,” tambahnya lagi.
Ari Yanto mengatakan dirinya mengeluarkan biaya yang cukup besar selama dia memelihara orangutan ini. “Sehari saya keluar uang Rp 15 ribu untuk kasih makan orangutan ini,” ujarnya.
Pemiliknya memahami bahwa orangutan merupakan satwa dilindungi dan memang berniat untuk menyerahkan orangutan ini kepihak berwenang.
Orangutan yang bernama Ami ini dirantai besi di dalam kandang kayu berukuran 1×1,5 meter dengan tinggi sekitar 1 meter. Tidak banyak ruang gerak di dalam kandang tersebut. Rantai yang melingkar di lehernya sudah sangat ketat dan melukai lehernya.
“Rantai di lehernya menyebabkan luka, kalau tidak segera dievakuasi lukanya akan makin dalam,” ujar drh. Sulhi Aufa yang ikut dalam kegiatan ini.
“Nantinya lukanya akan kita periksa lagi di klinik kita di Sungai Awan,” imbuhnya.
Menurut Ari Yanto orangutan ini baru 1 bulan tinggal di kandang.
“Sebelumnya orangutan ini saya pelihara di dalam dapur rumah, tapi karena kotor dan bau, akhirnya orangutan ini saya buatkan kandang di bekang,” ujarnya.
Dia mengaku menghabiskan uang Rp 500 ribu untuk membuat kandang ini.
Karmele L. Sanchez, Ketua Program IAR Indonesia mengatakan masalah keselamatan satwa yang parah. Banyak orangutan yang dipelihara diperlakukan lebih buruk daripada anjing, dirantai seumur hidupnya, dan hidup dalam kondisi yang menyedihkan.
 “Anda bisa merasakan kesedihan di matanya. Jika orangutan ini tidak kita selamatkan, orangutan ini akan menderita seumur hidupnya, dirantai sampai mati,” pesannya lagi.
Di hari yang sama, satu bayi orangutan betina berusia sekitar 7 bulan juga dievakuasi dari seorang warga di Kampung Hilir Danau Limau, Desa Air Hitam Besar, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten ketapang.
Pemiliknya mengaku sudah memelihara bayi orangutan ini selama 3 bulan. Selama dipelihara, orangutan yang diberi nama Vena ini dirawat seperti anak sendiri.
“Saya merasa orangutan ini sudah seperti  anak saya sendiri,” ungkap Bahiyah, pemilik orangutan.
Dia mengaku mendapatkan orangutan ini dari seseorang.
“Saya teringat pada si Boy orangutan yang sebelumnya pernah saya miliki, dan saya merasa sedih kehilangan si  Boy, saya tidak bisa tidur selalu  dan selalu kepikiran sama Boy, akhirnya ada seseorang yang memberikan bayi orangutan ini kepada saya untuk dipelihara,” jelasnya lagi.
Walaupun pemeliharaan orangutan merupakan pelanggaran hukum, kasus pemeliharaan orangutan memang masih banyak terjadi di Kabupaten Ketapang. Selama tahun 2016 tidak kurang ada 12 individu orangutan yang diselamatkan dari kasus pemeliharaa. Sementara itu, di awal tahun ini saja sudah ada 3 penyelamatan orangutan yang dipelihara oleh warga.
Pada kasus pemeliharaan bayi orangutan, hamper dapat dipastikan bahwa induk orangutan dibunuh untuk mendapatkan anaknya. Normalnya, bayi orangutan akan tinggal bersama induknya sampi usia 6-8 tahun.
Selama anaknya belum berusia cukup untuk hidup mandiri, induk orangutan akan selalu mati-matian menjaga anaknya.
“Proses rehabilitasi dan persiapan untuk dikembalikan ke alam tidak mudah dan cukup lama” jelas drh Adi Irawan selaku Manajer Operasional di IAR di Ketapang.
 “Bayi orangutan masih butuh waktu cukup panjang, sampai bertahun-tahun untuk bisa direhabilitasi dan dikembalikan ke habitat aslinya. Biayanya juga sangat besar. Di tempat rehabilitasi orangutan kami di Ketapang sudah ada 108 orangutan, dan itu adalah tanggung jawab besar bagi kami, ” tuturnya.
Karmele menegaskan, saatnya semua orang yang memelihara orangutan menyadari bahwa jika mereka terus menerus melakukan pelanggaran hukum ini, orangutan akan segera punah. Orang yang menemui orang yang menjual orangutan seharusnya tidak membeli orangutan itu dan segera melaporkannya ke pihak berwajib.
“Jika masyarakat tidak mau bekerja sama menyerahkan orangutan, maka diperlukan penegakan hukum,” pungkasnya. (ds)
http://reportasenews.com/dua-orangutan-malang-terluka-akibat-dirantai-besi-akhirnya-dievakuasi-tangan-warga/

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait