Dirawat Lima Hari, Bonjer Akhirnya Mati AKibat Infeksi Gusi

26 Agu 2010
Admin YIARI

Dirawat Lima Hari, Bonjer Akhirnya Mati AKibat Infeksi Gusi

oleh | Agu 26, 2010

IAR, Bogor — Meski sempat menjalani perawatan intensif di klinik Pusat Rehabilitasi Satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia selama lima hari, Bonjer, Kukang sumatera hasil penyerahan warga di Kebun Jeruk, Jakarta Barat, pada 6 Agustus 2010 lalu, akhirnya mati setelah mengalami infeksi yang cukup parah pada bagian gigi.

Endang Tirtana, tim rescue penjemput Kukang, mengatakan, kondisi kesehatan Bonjer amat kritis saat pertama kali diamati didalam kandang sang pemilik. Hal itu terlihat dari kondisi organ luar seperti pada bagian mata, gigi, dan kaki, yang mengalami infeksi.

“Saat dijemput dirumah pemiliknya, kondisi Bonjer sudah dalam keadaan sakit. Pada bagian mata dan kaki mengeluarkan nanah. Secara keseluruhan, bisa dikatakan kesehatannya memang sudah parah,” kata Endang.

Buruknya kondisi kesehatan Bonjer dibenarkan oleh tim medis IAR, Suli Partono. Suli menjelaskan, penyebab kematian Bonjer sebenarnya berasal dari tindakan ceroboh yang dilakukan pedagang satwa, yang dengan sengaja memotong gigi taring. Namun, jika ditelisik dari tingkat keparahan infeksi, Suli menduga pedagang mencabut paksa dan membiarkan penyebaran infeksi tersebut hingga menjalar ke seluruh tubuh.

“Ada kemungkinan gigi taringnya dicabut dengan perkakas (tank). Ada 12 gigi yang dicabut dalam-dalam. Jadi, infeksi giginya sudah kronis. Gusi berdarah, dan tidak mau makan. Bonjer juga mengidap Pheumoni atau infeksi pernafasan,” kata Suli.

Tim medis kemudian berupaya untuk menstabilkan kondisi tersebut dengan memberikan obat antibiotik Baytril. Obat itu berfungsi untuk melancarkan sumbatan pada saluran pernafasannya. Akan tetapi, jenis obat tersebut rupanya tak mempan menyembuhkan derita yang dialami Bonjer. Obat itu sama sekali tak bereaksi. Akhirnya, tim medis memberikan obat jenis Fortum berdosis tinggi. Hasilnya, Bonjer mengeluarkan cairan dari hidungnya atau yang biasa kita kenal dengan sebutan ingus.

“Kalau sudah mengeluarkan ingus seperti itu, tandanya saluran pernafasannya mulai lancar meski belum sepenuhnya lancar. Tapi karena infeksinya terlalu parah dan terlambat ditangani, akhirnya tidak dapat bertahan dan mati,” ujar Suli.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait