Orangutan, Klempiau, dan Cerita Rakyat Tentang Satwa

16 Des 2021
Admin YIARI

Orangutan, Klempiau, dan Cerita Rakyat Tentang Satwa

oleh | Des 16, 2021

Sobat IAR Indonesia, tahu nggak kalau kita tuh punya banyak dongeng atau cerita rakyat yang memperlihatkan kearifan lokal yang mengajak masyarakat untuk menghargai alam, terutama satwa. Nah, kali ini, kami mau bagiin cerita-cerita rakyat Dayak Ransa yang mengisahkan bagaimana kita sebagai manusia tuh kudu hidup berdampingan dan menghargai nyawa satwa. Cerita-cerita ini nggak asal ngarang lho, ini ceritanya kami dapatkan dari Pak Udat, tokoh adat dan mantan Kepala Kampung Nanga Juoi, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Seperti apa sih cerita-ceritanya? Yuk simak di sini:

 

1. Kisah tentang Orangutan

Orangutan (Rudiansyah | IAR Indonesia)

Jadi nih, menurut kepercayaan masyarakat Dayak Ransa, orangutan itu berasal dari manusia, Sobat IAR Indonesia. Dulu, duluuuu banget, di zaman dahulu, ceritanya ada seseorang yang pergi masuk ke dalam hutan, eh dia tersesat nggak bisa pulang. Ia terus ada di dalam hutan, jalan-jalan terus sampai lama kelamaan banyak rambut tumbuh di seluruh tubuhnya. Karena lama nggak pulang-pulang, orang-orang di kampungnya nyariin dia sampai ke dalam hutan juga. Akhirnya ketemu deh dia dalam kondisi yang penuh rambut menutupi seluruh kulitnya. Saat ketemuan ama orang-orang kampungnya, dia berpesan jangan nyariin dia lagi dan biarkan dia hidup di dalam hutan karena bagi orang ini, sudah takdir dia untuk akhirnya hidup di hutan. Ia juga minta orang-orang kampungnya itu jangan mengganggu hidupnya dan hutan tempat ia hidup. Biarlah mereka hidup berdampingan dengan damai, mereka di kampungnya dan ia di dalam hutan.

Nah, begitulah sobat IAR Indonesia, menurut Pak Udat, dari cerita inilah masyarakat Dayak Ransa percaya bahwa orangutan berasal dari manusia dan oleh karena itu mereka sangat menghormati orangutan dan pantang banget hukumnya untuk membunuh satwa ini, apalagi mengonsumsinya. Supaya masyarakat patuh, maka dibuat peraturan adat nih Sob, yang melarang membunuh orangutan. Buat yang melanggar, baik itu membunuh atau memburunya, akan dikenakan sangsi adat berupa 30 Ulun (1 Ulun = Rp 400.000). Jadi, menurut Pak Udat, sangsi adat ini diambil dari hukum adat “Pati” manusia yaitu hukum adat yang mengatur tentang pembunuhan terhadap manusia, karena dari cerita tadi, orangutan dulunya berasal dari manusia.

 

2. Kisah tentang Klempiau (Owa Kalimantan)

Klempiau (Bornean white-bearded gibbon, (Hylobates albibarbis) – Tanjung Puting National Park – taken during a photo trip to Indonesia in 2018 by Thomas Fuhrmann (CC-BY-SA 4.0)

Nah, cerita kedua ini tentang klempiau (Hylobates albibarbis) yang sering juga disebut Owa Kalimantan. Konon di suatu desa, terdapat satu orang nih yang lagi sakit berat sampai nggak bisa ngapa-ngapain. Dia cuma bisa baringan aja di kasur tapi tetangga-tetangganya pada nggak tahu karena semuanya lagi pada pergi ke ladang. Nah, kondisi orang ini bikin seekor klempiau kasihan dan ia kemudian mengubah wujudnya jadi seorang manusia buat ngerawat orang yang sakit ini. Saat ngerawat ini, klempiau bilang kalau ingin sembuh, orang ini harus makan dua helai daun yang disiapkan si klempiau dan akan ada ritual Belian yang akan dilakukan klempiau bersama teman-temannya pada malam hari. Nah, ritual ini akan dilakukan di hutan dekat rumah yang sakit dan saat proses berjalan, si sakit nggak boleh lihat prosesnya tuh.

Syarat ini pun disanggupi oleh orang yang sakit ini. Begitu dia sudah setuju, sim salabim, klempiau ini pun mengungkapkan jati diri sebenarnya ke orang ini sambil berpesan kalau dia udah sembuh, jangan pernah membunuh klempiau karena para klempiau kan nggak pernah mengganggu manusia di desa itu, baik di kebun atau ladang manusia. Terus….jadilah pas malam itu, para klempiau mulai ngadain ritual Belian dengan suara saling sahut-sahutan sepanjang malam sampai pagi. Setelah proses ritual ini kelar, beneran lho si manusia yang sakit ini sembuh. Nggak cuma itu, manusia ini juga dapat berkah umur panjang.

Ada lanjutannya nih, Sob. Melalui cerita tersebut, masyarakat Dayak Ransa percaya bahwa setiap keturunan orang yang sakit tersebut memiliki pantangan untuk tidak boleh membunuh klempiau dan mengkonsumsinya. Selain itu, konon keturunan dari orang yang sakit tersebut juga dianugerahi kemampuan untuk menjadi seorang Belian, yaitu dukun yang bisa mengobati orang yang sakit. Larangan memburu klempiau ini juga ternyata kemudian berlaku di daerah Juoi. Kalau ada yang melanggarnya, maka daerah tersebut akan kena musibah hujan angin ribut dan pohon-pohon di sekitar sungai bertumbangan.

 

3. Kisah tentang Burung Ruai

Burung Ruai (Heribertus Suciadi | IAR Indonesia)

Kalau tentang burung Ruai ini, masyarakat Dayak Ransa punya semacam kepercayaan yang berkaitan dengan boleh atau nggak-nya burung ini diburu, Sob. Jadi, burung Ruai ini baru boleh diburu kalau burung Ruai keluar dari daerah hutan ke daerah rawa. Jika dilanggar, orang yang memburunya akan kena musibah.

Konon, dulu ada kejadian ada dua pemburu yang melanggar pantangan ini. Mereka berburu burung Ruai di dalam hutan dan mereka bisa dapat nih burung. Setelah mereka dapat burung ini dan membawa hasil buruannya ke sebuah pondok di ladang mereka, nggak lama kemudian mereka kena musibah dan ditemukan meninggal di pondok tersebut.

 

4. Kisah tentang Rusa

Rusa sambar (Tim Biodiversitas | IAR Indonesia)

Masyarakat Dayak Ransa punya pantangan untuk mengkonsumsi daging rusa nih Sobat IAR Indonesia. Ceritanya tuh gini. Dulu, ada sepasang suami istri yang pekerjaannya berladang. Suatu hari, si istri pergi ke ladang lebih awal dan kemudian suaminya nyusul ke ladang. Di tengah perjalanan menuju ladang, suami ini mendengar suara rusa yang terdengar begitu dekat dengannya. Ia pun berhenti. Nggak lama kemudian, rusa ini lewat menyeberang jalan tepat di depannya. Si suami terkejut dan mulai merasa sesuatu yang nggak enak nih. Akhirnya ia melanjutkan perjalanan dan di ladang ia menemukan istrinya meninggal. Saat itulah ia merasa bahwa rusa yang melintas di depannya tadi adalah pertanda tentang istrinya. Sejak itu, keturunan suami istri ini memiliki pantangan makan daging rusa, jika melanggarnya akan kena musibah seperti sakit atau bahkan kematian.

Cerita tentang rusa ini juga ada versi lainnya nih, Sob. Jadi pada zaman dahulu, ada seorang lelaki yang berburu ke hutan dan mendapatkan rusa. Ia pun memotong kepala rusa dan membawanya ke rumahnya. Di perjalanan, tiba-tiba ia mendengar ada yang bicara kepadanya. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, bahkan ke belakang juga. Tapi ia nggak lihat siapa pun. Sambil kebingungan, ia lanjutkan tuh perjalanannya. Nggak lama, dia mulai denger ada yang bicara lagi tuh. Suara ini seakan-akan ngajak dia bicara dan nyeritain suasana hidup di lokasi tempat dia tadi berburu. Yaitu suasana yang ramai penduduknya dan menyenangkan.

Makin bingung deh pemburu ini dengernya. Sementara ia menyadari bahwa ternyata yang ada bersama dia cuma kepala rusa hasil buruannya. Si kepala rusa ini kemudian melanjutkan ceritanya, bilang bahwa dulunya di aitu seorang manusia dan bereinkarnasi jadi seekor rusa. Mendengar hal ini, si pemburu langsung berlari meninggalkan hasil buruannya dan berlari pulang ke kampung dengan rasa takut. Sejak itulah, ia meminta orang-orang di kampungnya dan keturunannya untuk tidak lagi makan daging rusa.

 

So, itu tadi Sobat IAR Indonesia, sebagian cerita-cerita rakyat tentang satwa yang beredar di masyarakat Dayak Ransa. Tentu saja masih banyak cerita-cerita rakyat lainnya yang memperlihatkan kearifan lokal yang bertujuan supaya manusia bisa menjaga dan mencintai hutan dan satwa-satwa yang hidup di dalamnya.

 

Dewi Ria Utari

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait