Cerita Pelepasliaran Orangutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya

11 Apr 2016
Heribertus Suciadi

Cerita Pelepasliaran Orangutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya

oleh | Apr 11, 2016

Melawi, thetanjungpuratimes.com – International Animal Rescue (IAR) Indonesia bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar dan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (BTNBBBR) untuk pertamakalinya melepaskan dua invidu orangutan di TNBBBR, tepatnya di Resort Mentatai, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalbar, pada Selasa (8/3).

Resort Mentatai yang berada di dalam pengelolaan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I TNBBBR ini dipilih karena keanekaragaman jenis dan jumlah pohon pakan untuk orangutan cukup tinggi serta populasi alami orangutannya rendah. Hal ini diketahui berdasarkan survey yang dilakukan oleh IAR sejaktahun 2013 lalu.

Dokter Hewan Karmele Sanchez selaku Direktur Program IAR Indonesia menyatakan, bahwa survey lokasi sudah dilakukan dengan melibatkan orang yang kompeten di bidangnya. “Kita sudah survey lokasinya, mengidentifikasi tumbuhannya, serta menghitung kepadatan orangutan disana. Hasilnya kita mendapatkan fakta bahwa populasi orangutan di TNBBBR sudah terlalu rendah. Dengan adanya progam pelepasan orangutan ini, kita berharap populasi orangutan di TNBBBR meningkat dan menjauhi kepunahan,” kata Karmele Sanchez.

Selain survey kondisi hutan, IAR juga melakukan survey sosial kemasyarakatan untuk mengetahui pendapat masyarakat sekitar mengenai program pelepasan orangutan. Survey ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar kawasan pelepasan.

Setelah melakukan beberapa studi kelayakan lokasi pelepasan orangutan, IAR menyimpulkan TNBBBR adalah lokasi yang paling memungkinkan dari sisi habitat dan dari sisi perlindungannya. Masyarakat di sekitar TNBBBR setuju dengan program pelepasan ini dan berkomitmen untuk berperan aktif dalam pemeliharaan habitat orangutan. Hal ini diperkuat dengan adanya penandatanganan antara Balai TNBBBR dan masyarakat Desa Mawang Mentatai dan Desa Nusa Poring.

Menandai terjalinnya kerjasama masyarakat adat Desa Mawang Mentatai dan Nusa Poring bersama pihak TNBBBR mengadakan upacara adat di Desa Mawang Mentatai. Upacara adat itu juga sekaligus untuk mendukung pelepasliaran Mynah dan Mata. Mata merupakan orangutan jantan dewasa korban kebakaran hutan yang diselamatkan oleh tim IAR dan BKSDA pada bulan Desember lalu di Sei Mata-mata, KabupatenKayong Utara. Sedangkan Mynah adalah orangutan betina yang diselamatkan dari perkebunan milik warga di Tanjungpura, Ketapang.

Karena kondisi hutan yang telah habis terbakar, mereka dibawa ke IAR untuk menjalani perawatan sembari menunggu tim menemukan hutan yang cocok untuk mengembalikan mereka ke habitatnya.

Tim medis IAR sudah memastikan bahwa Mata dan Mynah sudah dalam kondisi yang sehat dan siap untuk dikembalikan ke habitatnya. “Orangutan ini sudah melalui prosedur karantina dan dilakukan beberapa macam test untuk memastikan bahwa dari sisi kesehatan orangutan ini siap untuk kembali ke habitatnya,” jelas Dokter Hewan Ayu Budi, Animal Care Manager IAR.

Tim pelepasan bersama dengan orangutan berangkat dari Yayasan IAR Indonesia Ketapang sejak hari minggu sore. Total sampai 52 jam perjalanan melalui darat dan sungai sampai ke lokasi pelepasan di TNBBBR. Sebelum sampai di titik pelepasan, tim disambut oleh Ketua DPRD Kabupaten Melawi serta jajaran pimpinan daerah Kabupaten Melawai, seperti Kepala Dinas Kehutanan, Mulyadi, anggota DPRD asal Mengkilau yang menjadi Ketua Panitia, Camat Menukung serta perwakilan BKSDA Kalbar. Ketua DPRD Melawi juga melakukan pelepasan secara simbolis di tepi sungai Mentatai, Dusun Mengkilau.

Selepas dari Dusun Mengkilau, masyarakat adat di Dusun Juoi menerima tim pelepasan dengan melakukan upacara adat suku Dayak Ransa. Upacara ini merupakan penghormatan kepada roh leluhur serta ucapan syukur atas kegiatan pelepasan orangutan dan kesepakatan yang telah ditandatangani antara masyarakat adat dan TNBBBR. Dalam kesempatan ini, Kudang, tokoh masyarakat Dusun Juoi, menyatakan kegembiraannya bisa berperan dalam kegiatan pelepasan ini. “Kami turut senang bisa membantu kegiatan pelepasan ini. Harapannya, kegiatan ini berjalan dengan lancar dan kelestarian alam ikut terjaga,” ujar Kudang. Dalam upacara di Dusun Juoi, tim disambut dengan tari-tarian untuk menyambut tamu.

Perjalanan sungai menuju titik pelepasan ditempuh selama sekitar 60 menit. Perjalanan dengan perahu dilakukan sembari melawan arus sungai dan melewati beberapa jeram. Tim sampai di titik pelepasan sekitar pukul 5 sore. Dibantu dengan delapan porter, dua kandang diangkut masuk ke dalam hutan. Dokter Hewan Ayu Budi Handayani selaku Manager Animal Care dari IAR Indonesia dan Purwanto, Kepala Seksi I TNBBBR melakukan pembukaan pintu kandang Mata, sedangkan pelepasan Mynah dilakukan oleh Ketua Umum IAR Indonesia, Tantyo Bangun, dan Yoga Budi staf BKSDA SKW I Ketapang. Kedua orangutan yang dilepaskan bergegas naik ke pohon dan segera pergi menjauh. Kedua orangutan terlihat beradaptasi dengan baik dan dengan cepat dapat menemukan pohon buah untuk dikonsumsi.

Menurut Kepala Balai TNBBBR, Bambang Sukendro, dalam zonasi TNBBBR, terdapat zona tradisional di Resort Mentatai yang difungsikan untuk pemanfaatan potensi tertentu taman nasional oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup masyarakat setempat. Dengan adanya kerjasama pengelolaan zona tradisional di Resort Mentatai ini, permasalahan tenurial yang selama lebih dari 10 tahun terjadi dapat diselesaikan.

Pemberian akses kepada masyarakat setempat dalam pemanfaatan zona tradisional dimungkinkan dan dilakukan melalui mekanisme kerjasama sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011, junto atau dengan pengganti, Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

“Nantinya Balai TNBBBR juga akan melakukan pengembangan pemanfaatan zona tradisional di Resort Mentatai ini. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan keberlangsungan hidup masyarakat setempat dapat terjamin dan juga meningkat kesejahteraannya dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya yang ada di Zona Tradisional TNBBBR. Disamping itu juga kegiatan pengelolaan Taman Nasional dapat berjalan seperti misalnya program pelepasliaran Orangutan oleh IAR selaku mitra TNBBBR,” jelas Kepala Balai TNBBBR, Bambang Sukendro.

Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Melawi, Abang Tajudin, yang menyaksikan kesempatan penandatanganan kesepakatan pengelolaan zona tradisional tersebut juga menyatakan dukungannya. “Kami siap untuk membantu melakukan sosialisasi dalam rangka pelestarian lingkungan di Kabupaten Melawi ini. Bahkan bila perlu kami akan mendorong terbentuknya Peraturan Daerah untuk konservasi di daerah penyangga TNBBBR,” kata Abang Tajudin.

Tantyo Bangun, Ketua Umum IAR Indonesia mendukung upaya taman nasional tersebut. “Program pelepasliaran orangutan ini dapat menjadi salahsatu program untuk mengisi kesepakatan pengelolaan zona tradisional tersebut, karena kami akan melibatkan warga secara partisipatif sebagai pelaku utama dalam kegiatan ini, baik dari sisi monitoring, survey, penelitian dan lain-lain. Kami ingin menempatkan Orangutan sebagai satwa yang dilindungi dapat memberikan manfaat langsung ke masyarakat di sekitar habitatnya,” ungkapa Tantyo Bangun.

Lenyapnya habitat orangutan secara besar-besaran akibat kebakaran hutan, terutama di Ketapang menyebabkan banyak orangutan yang harus diselamatkan. Selama tahun 2015, tidak kurang dari 44 individu orangutan telah diselamatkan oleh IAR Indonesia. Hal ini menimbulkan permasalahan baru, yaitu menemukan tempat yang tepat untuk mengembalikan orangutan yang telah diselamatkan ke habitatnya. Masalah ini semakin dipersulit dengan makin sempitnya hutan yang aman bagi orangutan.

Munculnya kesepakatan pengelolaan TNBBBR bersama masyarakat menimbulkan harapan baru bagi kelangsungan populasi orangutan. Keberhasilan pelepasan orangutan pertama di TNBBBR merupakan langkah penting dalam upaya pelestarian orangutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Harapan ke depannya kegiatan seperti ini akan tetap berlanjut dan memberikan kontribusi kepada orangutan dan masyarakat.

Sumber: http://thetanjungpuratimes.com/2016/03/14/cerita-pelepasliaran-orangutan-di-taman-nasional-bukit-baka-bukit-raya/

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait