Bijak Berwisata dan Berinteraksi dengan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Masih ingatkah Sobat KonservasYIARI dengan kasus serangan monyet ekor panjang yang bernama monpai di salah satu objek wisata? Selain dalam bentuk serangan, interaksi negatif dengan monpai dapat mengakibatkan penularan penyakit (zoonosis). Jadi penyakit ini menular dari satwa vertebrata ke manusia atau sebaliknya melalui infeksi patogen seperti bakteri, virus, fungi dan parasit secara alami. Semua hal itu bisa terjadi jika Sobat KonservasYIARI tidak bijak dalam berwisata. Bukannya menghilangkan kepenatan, justru malah mendatangkan petaka!

Lalu bagaimana sih cara agar kita bisa berwisata dengan bijak dan aman?

1. Hindari memberi makan kepada monpai

Monpai memiliki makanan alaminya sendiri yang disesuaikan dengan anatomi tubuhnya. Pemberian makan sembarangan dapat menimbulkan masalah bagi monpai, pengunjung wisata, maupun masyarakat sekitar. Insting alami monpai akan tumpul akibat ketergantungan pada sumber makanan dari pengunjung dan mendorong perilaku memalak. Lebih parahnya lagi ketika wisata sepi, monpai bisa saja mencari makanan ke pemukiman warga atau warung di tempat wisata.

Monyet ekor panjang memakan pisang di Suaka Margasatwa Muara Angke. Apabila makaka semakin sering diberi makanan oleh manusia, maka ia akan semakin ketergantungan dengan kita (Denny Setiawan | Yayasan IAR Indonesia)

2. Hindari kerumunan kelompok monyet

Baik di alam maupun di tempat penangkaran ex-situ, monpai hidup dalam kelompok besar. Induk monpai selalu melindungi anak-anaknya, mereka tidak segan-segan untuk menyerang secara tiba-tiba apabila merasa terganggu. Wah alih-alih berwisata justru bisa berujung pada celaka. Jadi sebisa mungkin untuk menghindari kerumunan kelompok monyet ekor panjang saat berwisata.

Sekelompok monyet ekor panjang atau monpai di hutan (Denny Setiawan | Yayasan IAR Indonesia)

3. Hindari berswafoto dengan monpai

Jika ingin mengambil foto satwa liar, kita dapat mengambilnya dari jarak yang aman dan lakukan tanpa harus menyentuh serta mengganggu monpai. Kemudian abadikanlah monpai dengan tingkah laku dan ekspresi alaminya. Tindakan berswafoto yang tidak bijak dapat menggiring persepsi yang bertentangan dengan tujuan konservasi. Selain itu interaksi yang terlalu dekat dengan monpai saat swafoto dapat menularkan penyakit (zoonosis).

Konflik antara monyet ekor panjang dan manusia akan semakin mudah terjadi seiring berkurangnya jarak antara manusia dan MEP (Fakultas Kehutanan UGM)

4. Bawa kembali sampahmu

Tempat sampah atau sampah yang dibuang sembarangan, rentan menjadi tempat yang dikunjungi monpai untuk mengais sisa-sisa makanan. Jika Sobat KonservasYIARI ingin membuang sampah di tempat wisata, pastikan tempat sampah tersebut memiliki penutup yang tidak mudah dibuka oleh monpai. Selain itu tindakan membuang sampah sembarang dapat merusak habitat dari monpai.

Tempat sampah atau sampah yang dibuang sembarangan, rentan menjadi tempat yang dikunjungi monpai untuk mengais sisa-sisa makanan. Jika Sobat KonservasYIARI ingin membuang sampah di tempat wisata, pastikan tempat sampah tersebut memiliki penutup yang tidak mudah dibuka oleh monpai. Selain itu tindakan membuang sampah sembarang dapat merusak habitat dari monpai.

Penyediaan tempat sampah yang cukup di lokasi wisata sangat penting dilakukan untuk mengurangi konflik antara manusia dan monpai (Tim HMC | Yayasan IAR Indonesia)

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Referensi :

Nanda IMAP. 2020. Analisis risiko penularan zoonosis dari serangga konsumsi. Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Indonesia. 2(2): 132-155.

Rahman H, Sartika. 2022. Upaya pencegahan travel disease dalam persepsi travel agent. Jurnal penelitian kesehatan suara forikes.

Elif Ivana Hendastari & Cahya Riza Haromaen

Share:

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Event

Kabar Kukang

Kabar Orangutan

Tentang Kami

Yayasan IAR Indonesia merupakan lembaga non-profit yang bergerak di bidang pelestarian primata di Indonesia dengan berbasis pada upaya penyelamatan, pemulihan, pelepasliaran dan pemantauan pascalepasliar. IAR Indonesia juga berkomitmen memberikan perlindungan primata dan habitatnya dengan pendekatan holistik melalui kerja sama multipihak untuk mewujudkan ekosistem harmonis antara lingkungan, satwa dan manusia.

Ikuti kami

Dapatkan yang terbaru dari kami

Tanpa spam dan hal yang mengganggu lainnya

Lainnya

Kabar Lainnya

Dapatkan kabar terbaru kami

Penyelamatan

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit

Pemulihan

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit

Pelepasliaran

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit