Biarlah yang Panjang Ekornya Saja

1 Feb 2022
Admin YIARI

Biarlah yang Panjang Ekornya Saja

oleh | Feb 1, 2022

Hayo… nyindir siapa nih?

Ini bukan nyindir kok, ini kita lagi mau cerita soal si ekor panjang

 

Siapa tuh?

Ini nih, si Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

 

Oh, kenapa dengan mereka?

Jadi gini, waktu 9 Desember 2021 lalu, ada FGD nih di Ruang Rapat Komodo Ditjen KSDAE (Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem) tentang mengurai konflik monyet ekor panjang di Bogor dan sekitarnya. Nah, ternyata dari acara itu, baru ketahuan nih kalau yang panjang ternyata ga cuma ekornya aja. Konflik yang muncul ternyata panjang juga gaes.

 

I see, pantesan ngadain FGD ya. Siapa aja yang datang tuh?

Ada dari Pemadam Kebakaran Kota Bogor, Pemadam Kebakaran Kabupaten Bogor, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Depok, Perhutani KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Bogor, Dinas Kehutanan Provinsi Jabar, Balai Karantina Pertanian Tanjung Priok, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan, Balai TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak), Balai Besar TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango), BBKSDA Jabar Bidang Wilayah I Bogor, Pusat Studi Satwa Primata, dan kemudian tentu saja kami dari IAR Indonesia.

Pembukaan FGD Mengurai Konflik MEP di Bogor (Fattreza Ihsan | IAR Indonesia)

Jadi kenapa sih FGD ini diadain?

Kalian tahu kan kalau akhir-akhir ini di daerah Bogor dan sekitarnya, Monyet Ekor Panjang (MEP) itu suka banget berkeliaran di sekitaran manusia, apalagi di daerah yang berbatasan dengan hutan tempat tinggal mereka. Ketika mereka ketemu manusia, kadang-kadang MEP ini suka gangguin manusia yang pada akhirnya berujung konflik. Mungkin sebagian dari kalian pernah merasakannya, seperti hasil panen buah kalian dibawa kabur oleh MEP, atau mereka masuk ke rumah dan mengganggu orang di rumah dengan keberadaannya, atau bahkan terkadang MEP juga suka mengganggu anak-anak yang sedang bermain di depan rumahnya. Kalau konflik antara manusia dengan MEP ini dibiarkan saja dan tidak segera ditangani, maka masalah ini bisa berbuntut panjang seperti ekor MEP.

 

Dari kejadian-kejadian itulah maka lembaga-lembaga ini ngumpul untuk brainstorming gimana cari solusinya. Seru juga sih karena kami jadinya paham situasi-situasi yang dihadapi lembaga-lembaga ini terkait Monyet Ekor Panjang (MEP). Misalnya dari cerita Pak Andi Irawan dari BBKSDA Jabar, penyebab konflik MEP ini bervariasi. Ada yang karena tangkapan, kemudian ada juga karena pemeliharaan yang kemudian diserahkan ke BBKSDA karena pemiliknya bosan, dan juga karena habitatnya berkurang karena ada pembangunan di kawasan tempat habitat MEP ini berada. Lain lagi dengan cerita dari pihak TNGHS yang cerita kalau konflik di tempatnya biasanya terjadi di kawasan wisata. Kemudian dari Dinas Pertanian di Depok, sempet cerita kalau mereka sudah pernah mencoba melakukan penanganan MEP dengan kendang jebak, tapi tidak banyak kemajuan yang terjadi gaes, sehingga memang ada baiknya banyak sosialisasi nih sebagai upaya pencegahan. Wah banyak deh sebenarnya cerita-cerita yang terkumpul di acara tersebut. Yang pasti bermanfaat banget buat kita semua untuk sama-sama mikirin solusinya.

Masih ingat dengan Mas Huda, Manajer Resiliensi Habitat IAR Indonesia? Kali ini beliau memimpin diskusi lanjutan bersama peserta (Fattreza Ihsan | IAR Indonesia)

Terus apa dong solusinya?

Sebenarnya lebih tepatnya rekomendasi. Jadi dari acara itu, kita semua sepakat perlu adanya pemahaman dan sosialisasi peraturan terkait penanganan konflik satwa, khususnya monyet ekor kepada instansi/lembaga terkait sehingga penanganan konflik MEP dapat berjalan sinergis. Terus kita juga mikir perlu adanya koordinasi dan komunikasi antar instansi, lembaga, hingga komunitas setidaknya di Bogor dan sekitarnya untuk menindaklanjuti laporan konflik MEP dalam bentuk whatsapp grup. Nah kalau sudah ada WA Group kan enak nih komunikasinya, juga bisa share panduan-panduannya, karena itu perlu ada panduan penanganan konflik monyet ekor panjang biar jadi acuan mereka-mereka yang bekerja dalam menangani MEP. Kaitannya untuk pencegahan, FGD ini juga sepakat untuk perlunya diadain lebih banyak penyuluhan dan edukasi nih terutama buat kalian-kalian yang udah melihara MEP dan masyarakat yang ada di sekitar habitat MEP liar.

 

Wah looks good! Semoga hasilnya bener-bener bisa dijalankan ya…

Amin!! Biarlah yang panjang cukup ekornya si MEP aja ya, konfliknya pendek-pendek aja. Sukur-sukur nggak ada.

 

Ria Utari/Fattreza Ihsan

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait