Aktif Mengurangi Sampah Plastik dan Berdaur Ulang Bagi Masa Depan Bumi

9 Apr 2021
Heribertus Suciadi

Aktif Mengurangi Sampah Plastik dan Berdaur Ulang Bagi Masa Depan Bumi

oleh | Apr 9, 2021

Tangan-tangan mungil itu tampak terampil memungut sampah plastik yang bertebaran di atas pasir. Debu dan sinar matahari yang masih terik di sore itu, 21 Maret  tidak menyurutkan anak-anak anggota Taman Baca Sir Michael Uren Ketapang melakukan aksi bersih sampah di Pantai Tanjung Belandang, Kabupaten Ketapang. Ditemani tim edukasi kami, puluhan anak-anak usia sekolah dasar ini mampu mengumpulkan lebih dari 80 kilogram sampah plastik hanya dalam waktu satu jam.

Tidak hanya melibatkan anak-anak, aksi bersih pantai yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan ini juga melibatkan beberapa pihak antara lain Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang, Polres Ketapang, Dandim 1203 Ketapang, Polsek Muara Pawan, Komunitas Arcapada Center, Komunitas Webe Advanture, Masyarakat Sadar Wisaya (Masata), serta Putri Wisata Kalimantan Barat, Elisabeth Asri.

Selain membersihkan kawasan Pantai Tanjung Belandang dari sampah, mereka juga aktif melakukan kampanye untuk mengajak pengunjung mengurangi sampah plastik dan membuang sampah pada tempatnya. Hasilnya ratusan tandatangan komitmen dari para pengunjung berhasil didapatkan dan setelah kegiatan ini berjalan tiga kali sampai bulan Maret 2021 ini, jumlah sampah di Pantai Tanjung Belandang mulai berkurang. Bahkan para pedagang di sekitar pantai turut serta berkomitmen untuk melakukan pengawasan dan bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan.

Kegiatan yang dimulai pertama kali pada Januari 2021 ini merupakan aksi nyata dari komitmen kami untuk mengurangi permasalahan terkait sampah. Dilansir dari situs Global Recycle Day, dalam waktu setengah abad, manusia telah membebani bumi dengan 6,3 miliar ton sampah plastik. Dengan adanya aksi bersih sampah dan street campaign ini, diharapkan pengunjung pantai lebih peduli dengan permasalahan sampah.

Anak-anak memungut sampan-sampah plastik di Pantai Tanjung Beladang, Ketapang, Kalimantan Barat. Foto: Heribertus Suciadi.

Langkah lain yang kami lakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah dengan menggunaan ecopolybag untuk penyemaian bibit tanaman hutan yang akan ditanam kembali di lahan yang hancur karena kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 dan 2019 silam. Ecopolybag yang digunakan oleh tim restorasi kami ini menggunakan daun nipah dan daun pandan sebagai bahan bakunya. Pembuatan ecopolybag ini dilakukan dengan mengajak ibu-ibu di Desa Pematang Gadung dan Desa Sungai Putri di Kabupaten Ketapang, serta Desa Mawang Mentatai dan Desa Nusa Poring di Kabupaten Melawi. Total ada 110 ibu-ibu dan remaja perempuan yang mendapatkan penghasilan tambahan dalam pembuatan ecopolybag ini.

Selain berhasil mengurangi potensi belasan ribu sampah plastik dari polybag regular, program pembuatan dan penggunaan ecopolybag ini juga memberikan mata pencaharian alternatif bagi kaum perempuan di desa-desa ini. Di awal tahun ini, kami menargetkan penggunaan 13 ribu ecopolybag yang akan digunakan untuk melakukan restorasi di Hutan Desa Pematang Gadung, Hutan Lindung Gunung Tarak, serta lahan di Desa Sungai Awan Kiri di Kabupaten Ketapang.

Di lingkungan internal kami sendiri, upaya untuk menekan jumlah sampah yang dihasilkan  dilakukan dengan melakukan pengurangan dan pemilahan sampah organik dan anorganik. Pengurangan sampah plastik dilakukan dengan mengganti semua botol minuman sekali pakai dengan menyediakan galon dan gelas serta mengggunakan tumbler dalam setiap kegiatan lapangan. Sampah organik yang terkumpul kemudian diolah menjadi biogas dengan biodigester yang berada di dalam Pusat Pembelajaran Sir Michael Uren. Sisa hasil biogas menjadi bioslurry padat dan cair yang bisa dipakai sebagai pupuk organik untuk tanaman hias dan budidaya.

Tidak hanya di dalam lingkungan internal kami saja, tim pertanian organik IAR Indonesia juga mengajak warga di lima desa di sekitar Pusat Penyelamatan Orangutan kami di Desa Sungai Awan Kiri untuk memanfaatkan limbah organik dari rumah dan kebun untuk membuat kompos. Selain Desa Sungai Awan Kiri, kami mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos dan cair di Desa Tempurukan, Tanjung Baik Budi, Sukamaju, dan Sungai Putri. Total peserta pelatihan yang berlangsung selama 10 hari di lima desa ini mencapai 162 orang yang terdiri dari 78 laki-laki dan 84 perempuan. Harapannya, warga masyarakat di dua desa ini menyadari pentingnya pemanfaatan limbah organik dan mampu memanfaatkan limbah menjadi pupuk untuk pertanian organik yang ramah lingkungan.

Melalui kegiatan-kegiatan ini, diharapkan masyarakat yang terutama berada di kawasan-kawasan konservasi, memiliki inisiatif dan pengetahuan tentang cara-cara merawat dan melestarikan alam, baik itu dengan meminimalisir penggunaan bahan-bahan yang sulit didaurulang oleh bumi, juga mengetahui cara-cara memilah sampah, mengolah sampah organik dan cara-cara daurulang lainnya.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait