YIARI dan BKSDA Kalbar Lepasliarkan Orangutan di Gunung Tarak

23 Mei 2016
Heribertus Suciadi

YIARI dan BKSDA Kalbar Lepasliarkan Orangutan di Gunung Tarak

oleh | Mei 23, 2016

Ketapang, Kalbar – International Animal Rescue Indonesia/ Yayasan IAR Indonesia (YIARI) bersama dengan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Seksi Konservasi Wilayah I (BKSDA SKW I) Ketapang dan Dinas Kehutanan kembali melakukan pelepasan dua individu orangutan (Pongo Pygmaeus) hasil rehabilitasi di Hutan Lindung Gunung Tarak, Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat (20/5)

Dua orangutan betina yang dilepaskan ini bernama Susi dan Desi dan telah menghuni Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi YIARI selama lebih dari 4 tahun. Selama lebih dari 4 tahun itulah mereka menjalani proses rehabilitasi.

Sama seperti orangutan rehabilitasi lainnya, Desi dan Susi menjalani rehabilitasi di “sekolah hutan” di mana mereka akan belajar untuk memanjat, mencari makan, membuat sarang, serta mempelajari berbagai kemampuan bertahan hidup lainnya. Setelah dirasa mereka sudah menguasi kemampuan bertahan hidup, mereka akan dipindahkan ke pulau pre-release untuk dimonitoring.

Susi adalah orangutan yang diselamatkan oleh YIARI pada tahun 2011 silam. Ketika itu, Susi sudah bertahun tahun menjadi peliharaan warga di Pontianak, Kalimantan Barat.

IMG_3847Kondisi Susi memprihatinkan ketika diselamatkan. Lehernya mempunyai luka bernanah melingkar yang berbau busuk. Luka ini disebabkan oleh rantai yang mengikat kencang lehernya selama dipelihara. Bahkan ketika diperiksa, ada karet yang tertanam di dalam kulit lehernya yang terluka sehingga tim medis YIARI perlu melakukan operasi untuk mengeluarkannya. Tidak hanya itu, akibat rantai itu, ada bagian dalam organ tenggorokan Susi yang terluka sehingga dia sempat susah bernapas dan mengeluarkan suara yang aneh dari tenggorokannya.

Selama menjalani perawatan dan rehabilitasi, kondisi Susi makin bagus. Tidak hanya kesehatan fisiknya saja yang membaik, tapi kondisi kesehatan mentalnya pun menunjukkan perkembangan yang signifikan. Kemajuannya membuat tim medis di IAR Indonesia tidak ragu untuk menempatkannya di pulau pre-rilis pada tahun 2013 untuk menjalani tahap monitoring sebelum dilepasliarkan.

Selain Susi, YIARI juga akan melepasliarkan Desi, orangutan betina berusia sekitar 10 tahun yang berasal dari Pemangkat, Kecamatan, Simpang Hilir, Ketapang, Maret 2012 silam. Sama seperti Susi, Desi juga merupakan satwa peliharaan warga saat itu. Menurut pemiliknya saat itu, dia membeli Desi seharga Rp. 50.000 pada tahun 2010 dari salah seorang temannya yang menemukan bayi orangutan di daerah hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit.

Hasil monitoring Susi dan Desi selama di pulau pre-release YIARI Ketapang menunjukkan perkembangan positif. Susi dan Desi yang dulunya hidup di kandang dan dirantai, kini sudah mampu memanjat, mencari makan, dan membuat sarang sendiri. “Kondisi Susi bagus, dia sudah mampu mencari makan sendiri dan membuat sarang. Kami yakin dia akan senang berada di rumah barunya,” jelas Christine Nelson, dokter hewan asal Amerika yang telah bekerja di YIARI sejak 2012.

“Proses rehabilitasi ini berlangsung cukup lama, mencapai sekitar 7-8 tahun,” ujar Karmele Llano Sanchez, Ketua program YIARI. “Susi, telah bertahun-tahun menjadi hewan peliharaan dan dirantai secara kejam sehingga memberikan efek yang buruk pada kesehatannya. Beruntung dia sempat diselamatkan sebelum terlambat. Ada beberapa orangutan yang kami selamatkan, tapi sudah terlalu terlambat untuk direhabilitasi sehingga mereka akan tetap tinggal di dalam pusat rehabilitasi seumur hidupnya.”

_MG_2089Perjalanan panjang Susi dan Desi dimulai pukul 00.00 dari Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi YIARI di Sungai Awan. Perjalanan menuju Gunung Tarak ditempuh selama 5 jam. Setelah itu, tim melanjutkan perjalanan dengan berjalan kali. Selain tim dari YIARI dan BKSDA, kegiatan pelepasliaran Susi dan Desi ini melibatkan 16 porter untuk mengangkut kandang berisi orangutan sejauh 8 kilometer. Perjalanan ini ditempuh selama 4 jam. Ketika dilepas, Susi dan Desi tampak agak sedikit kebingungan, namun kemudian langsung berjalan dan memanjat pohon._MG_2220

Karena Susi dan Desi adalah orangutan hasil rehabilitasi, YIARI menerjunkan tim monitoring untuk memantau perkembangannya di alam bebas. Tim ini bertugas untuk mencatat pergerakan, aktifitas, serta jenis makanan yang dimakan oleh Susi dan Desi. Tim ini akan bekerja sejak sebelum orangutan bangun sampai orangutan kembali tidur lagi di sarangnya.

Selain Susi, di Hutan Lindung Gurung Tarak juga sudah ada Helen, Prima, dan Peni yang juga dipantau oleh tim monitoring YIARI. Mereka sudah dipantau sejak 2 tahun lalu dan proses monitoring mereka akan dihentikan karena hasil pantauan menunjukkan hasil yang positif.

_MG_2414“Tim monitoring orangutan melakukan pekerjaan yang luar biasa,” jelas drh. Adi Irawan, Manager Operasional YIARI. Mereka tinggal di pondok di tengah hutan, bangun pada dini hari dan kembali ke pondok ketika matahari sudah terbenam. Mereka mengikuti orangutan selama hampir 14 jam. “Kami sangat senang melihat semangat dan kepedulian mereka terhadap keberlangsungan hidup orangutan. Kami yakin kehadiran mereka akan memastikan keberhasilan orangutan yang dilepasliarkan akan hidup sebagaiman mestinya,” tambahnya lagi

 

Saat ini YIARI menampung lebih dari 100 individu orangutan dan diperkirakan jumlahnya akan terus bertambah sejalan dengan hilangnya habitat mereka akibat pembukaan hutan untuk perkebunan. Hal ini juga menyebabkan YIARI semakin kesulitan menemukan hutan yang aman untuk melakukan pelepasliaran.

“Kami tidak bisa membayangkan masa depan yang cerah untuk orangutan kalau habitatnya hilang secepat ini. Mereka terancam oleh pembukaan hutan, kebakaran, juga ancaman jual beli dan pemeliharaan seperti Susi dan Desi,” tambah, Karmele Llano Sanchez, Direktur Program YIARI. “Hanya kalau orang semakin peduli dengan orangutan, mereka akan selamat, meskipun mungkin sekarang ini sudah sedikit terlambat,” pungkasnya_MG_2355

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait