Kehilangan Rumah Habitatnya, Berat Ditranslokasi ke Hutan Sentap Kancang

13 Nov 2019
Heribertus Suciadi

Kehilangan Rumah Habitatnya, Berat Ditranslokasi ke Hutan Sentap Kancang

oleh | Nov 13, 2019

Pasca kebakaran hutan dan lahan di daerah Ketapang, Kalimantan Barat, pekerjaan untuk memulihkan kembali kondisi kerusakan alam ini ternyata masih terus berlanjut. Terutama dalam hal menyelamatkan satwa-satwa yang kehilangan ruang hidupnya. Pekerjaan terbaru adalah menyelamatkan Berat, orangutan jantan berbobot lebih dari 80 kg. Pada akhir pekan lalu, tepatnya Jumat, 8 November 2019, tim Orangutan Protection Unit (OPU) dari IAR Indonesia menerima laporan  warga tentang keberadaan orangutan ini di lahan konsesi sawit di Desa Mayak, Kecamatan Muara Pawan, Kalimantan Barat.

Menindaklanjuti laporan ini, tim OPU IAR Indonesia segera menuju lokasi dan menemukan keberadaan orangutan ini yang beraktivitas di tanah karena tidak ada lagi pohon tinggi. Kondisi hutan di sekitar kebun sawit itu sudah terbakar dan tidak ada lagi tempat hidup yang layak bagi orangutan ini sehingga ia memasuki lahan kebun dan memakan umbut-umbut sawit untuk bertahan hidup. Melihat kondisi di lokasi yang tak memungkinkan orangutan ini bisa melanjutkan hidup,  tim OPU memutuskan untuk mentranslokasi orangutan ini yang kemudian dinama “Berat” ke hutan yang lebih baik. Kegiatan penyelamatan ini dilakukan bersama BKSDA Kalbar pada hari Minggu 10 November 2019.

Setelah menjalani proses pemeriksaan medis oleh tim dokter IAR Indonesia, Berat yang diperkirakan berusia lebih dari 20 tahun, kemudian ditranslokasi ke hutan Sentap Kancang, yang dinilai lebih sesuai sebagai habitat barunya karena hutan tersebut masih menyediakan pepohonan dan tanaman yang cukup sebagai pakannya. Selain itu kepadatan populasi orangutan di hutan ini belum terlalu tinggi sehingga ia masih memiliki ruang hidup yang sesuai bagi karakter orangutan sebagai satwa yang soliter.

Sebelumnya, hanya dalam jangka waktu 2 bulan, IAR Indonesia telah menyelamatkan 6 individu orangutan korban kebakaran di Ketapang. “Berat adalah korban kebakaran 2019 yang ke 7 hanya di areal sekitar ketapang saja. Ancaman kebakaran sudah menjadi ancaman terbesar bagi kehidupan orangutan dan juga menjadi salah satu faktor terbesar yang mendorong efek rumah kaca dan perubahan iklim,” ujar Karmele L. Sanchez, Direktur Program IAR Indonesia. “Selain kerugian lingkungan kita harus memperhitungkan Kerugian ekonomi bagi pemerintah, bagi masyarakat dan bagi seluruh dunia akibat kebakaran juga karena kebakaran adalah permasalahan kita Bersama,” tambahnya.

Penyelamatan dan translokasi Berat ini memperlihatkan bahwa bencana kebakaran hutan dan lahan sejak pertengahan tahun ini, memerlukan kerja sama semua pihak dalam memulihkan kembali kondisi hutan. Kesadaran warga yang semakin meningkat terhadap penyelamatan satwa juga turut mendukung pekerjaan-pekerjaan petugas penyelamat satwa di lapangan, dengan cara segera melaporkan keberadaan satwa dilindungi yang kehilangan hutan sebagai rumah hidupnya. Namun yang terutama, ke depannya, upaya masyarakat juga sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kembali kebakaran hutan dan lahan serta praktik-praktik yang merusak ekosistem dan keseimbangan alam.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

Artikel Terkait