Tiga Individu Orangutan Dikembalikan ke Habitatnya di Taman Nasional Gunung Palung

7 Mar 2017
Heribertus Suciadi

Tiga Individu Orangutan Dikembalikan ke Habitatnya di Taman Nasional Gunung Palung

oleh | Mar 7, 2017

Ketapang, thetanjungpuratimes.com – International Animal Rescue  (IAR) Indonesia  bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat melakukan pelepasan tiga individu orangutan (Pongopygmaeus) di resort Riam Berasap, kawasan Taman Nasional Gunung Palung pada Rabu (22/02).

Tiga orangutan ini bernama Brown, Kokom, dan Zola. Ketiga orangutan ini sebelumnya telah diselamatkan oleh IAR Ketapang dan BKSDA Kalbar beberapa waktu lalu. Brown diselamatkan dari Desa Sungai Awan Kiri padatanggal 27 Desember 2017 dan Kokom diselamatkan dari kebun karet milik warga di Sumber Priangan, Kecamatan Nanga Tayap pada tanggal 30 November 2016 silam.

Dari ketiga orangutan itu Zola merupakan orangutan liar terakhir yang diselamatkan oleh IAR Indonesia. Dia diselamatkan dari perkebunan nanas milik warga di Desa Sungai Awan, Kecamatan Muara Pawan, Ketapang, pada 30 Januari 2017 lalu. Orangutan jantan dewasa dengan berat sekitar 60 kilogram ini dievakuasi lantaran merusak ratusan tanaman nanas milik warga.

Lokasi kebun yang dirusak orangutan ini berdekatan dengan area pembukaan lahan oleh PT Mohairson Pawan Khatulistiwa (PT MPK). Diduga orangutan ini lapar dan terusir dari habitatnya karena pembukaan lahan dan masuk ke kebun nanas milik warga untuk mencari makan.

Penyelamatan ketiga orangutan ini mengindikasikan kondisi orangutan yang makin terhimpit oleh masifnya pembukaan hutan untuk tanaman industri.

Ketua IAR Indonesia, Tantyo Bangun sendiri mengungkapkan kekhawatirannya mengenai habitat orangutan yang kian sempit.

“Kami mengkhawatirkan masa depan orangutan, terlebih setelah perusahaan dengan ekspansi lahan yang massif seperti PT MPK masuk,” ujarnya.

“Jika hal ini dibiarkan, populasi orangutan akan berkurang drastis dan akan punah diluar area kawasan lindung. Padahal lebih dari 70 persen populasi orangutan berada di luar kawasan lindung. Untuk itulah perlu adanya komitmen yang jelas dari perusahaan, masyarakat, pemerintah dan LSM untuk menjaga populasi tersebut,” imbuhnya.

Saat ini hutan gambut tempat salah satu populasi terbesar orangutan Kalimantan terancam keberadaannya. Hutan Kubah Gambut Sungai Putri di utara Kota Ketapang saat ini sedang dalam proses pembuatan kanal yang dipercaya akan mengeringkannya untuk ditebang habis menjadi hutan tanaman industri.

Berdasarkan hasil survey populasi tahun 2012-2013, ada lebih dari seribu individu orangutan di sana.

Dengan terbukanya hutan Sungai Putri, orangutan akan terdesak ke kebun-kebun penduduk yang berada di sekeliling hutan gambut dalam Sungai Putri. Pada tahun-tahun sebelum dilakukan upaya pengusahaan hutan di kawasan itu saja, tak kurang dari 38 orangutan harus diselamatkan karena berkonflik dengan kepentingan perkebunan penduduk.

“Dengan dimulainya proses pengusahaan hutan dengan pola tebang habis penanaman buatan, ancaman konflik missal manusia dengan orangutan menjadi nyata,” ungkapTantyo.

Proses Pelepasan

Proses pembiusan dan pemeriksaan kesehatan terakhir dilakukan kandang karatina IAR di Sungai Awan sejak pukul satu dinihari. Semua orangutan dibius, diperiksa kesehatannya dan dimasukkan ke dalam kandang transport.

“Kami sudah memeriksa semua orangutan yang akan dilepasakan dan sudah kami pastikan mereka siap untuk pulang ke habitatnya,” ujar drh Ayu.

Setelah orangutan sadar dari pengaruh obat bius, tim mulai melakukan perjalanan dengan tiga mobil untuk menuju batas kawasan TNGP. Kegiatan pelepasan ketiga orangutan ini pun berjalan lancar.

Perjalanan dari tepi hutan hingga sampai ke titik pelepasan ditempuh dengan tiga jam berjalan kaki. Sebanyak 12 porter ikut terlibat membantu membawa kandang berisi orangutan sampai ke titik pelepasan.

Ketiga orangutan ini dilepaskan di titik yang berdekatan. Ketika pintu kandang dibuka, ketiga orangutan ini langsung melesat keluardan segera memanjat pohon.

Resort Riam berasap dipilih sebagai tempat pelepasan karena status kawasannya yang berada di Taman Nasional akan menjaga keamanan satwa ini dari konflik dengan manusia. Selain itu hasil survey pakan di sana juga menunjukan jumlah dan jenis pakan orangutan yang berlimpah. Hal ini diperlukan untuk menjamin orangutan yang dilepaskan mendapat cukup makanan di tempat barunya dan tidak menambah persaingan dengan populasi orangutan asli di TNGP.

Kepala Balai TNGP, Dadang Wardana sendiri menyambut baik kegiatan pelepasan ini.

“Semoga kegiatan pelepasliaran orangutan ini dapat meningkatkan kesadaran semua pihak untuk melestarikan orang utan, dan menyadari pentingnya melindungi kawasan Taman Nasional Gunung Palung dan hutan di sekitarnya,” ujarnya.

“Pada saat ini hutan-hutan tempat hidup satwa liar sudah sangat terdesak oleh berbagai kepentingan manusia. TNGP pun yang statusnya dilindungi tidak lepas dari berbagai gangguan. Oleh karena diharapkan dukungan semua pihak untuk melindungi TNGP dan hutan di sekitarnya sebagai habitat dan koridor satwa liar khususnya orangutan,” tambahnya lagi.

 

Sumber, http://thetanjungpuratimes.com/2017/02/25/tiga-individu-orangutan-dikembalikan-ke-habitatnya-di-taman-nasional-gunung-palung/

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait