Suherman: Menjaga Satwa untuk Melepasnya di Kemudian Hari

29 Nov 2019
Heribertus Suciadi

Suherman: Menjaga Satwa untuk Melepasnya di Kemudian Hari

oleh | Nov 29, 2019

Kebahagiaan orangtua yang hakiki adalah melepas anak yang diasuhnya untuk hidup secara mandiri. Meski tak sama persis, kebahagiaan seperti inilah yang dimiliki Suherman, Supervisor Animal Keeper IAR Indonesia. Ia bergabung dengan IAR Indonesia di Ketapang pada 2010, dan bekerja sebagai satuan pengamanan selama enam bulan. Kemudian pria yang akrab dipanggil Ogah ini beralih divisi sebagai koordinator animal keeper pada 1 Januari 2011. Ketika itu, jumlah stafnya hanya delapan orang, terdiri dari dua animal keeper dan enam baby sitter. Mereka bertugas untuk menjaga dan melatih orangutan yang pada saat itu baru berjumlah 20 individu dengan luas area rehabilitasi yang masih sangat terbatas.

Seiring meningkatnya jumlah babysitter dan animal keeper serta jumlah orangutan, pada 2017, Suherman dipromosikan menjadi Supervisor Animal Keeper, membawahi 41 animal keeper dan babysitter. “Sebelumnya sudah pernah ada orang yang diberi tanggungjawab sebagai supervisor animal keeper tetapi tidak bertahan lama, dan mungkin ada penilaian khusus ke saya daria manajemen sehingga saya kemudian dipercaya untuk menjadi supervisor,” ungkapnya

Sebagai Supervisor Animal Keeper, pria kelahiran Ketapang, 31 tahun silam ini tidak hanya bertanggungjawab mengatur jadwal, membuat daftar aktifitas yang harus dilakukan serta memastikan semua aktivitas yang berkaitan dengan satwa berjalan dengan baik, Suherman juga bertanggungjawab untuk mengatur animal keper dan babby sitter untuk tugas di luar pusat rehabilitasi seperti kegiatan penyelamatan dan pelepasliaran. Bahkan tidak jarang Suherman terjun langsung dalam kegiatan penyelamatan dan pelepasliaran.

Salah satu pengalaman yang paling diingatnya adalah pengalaman melakukan penyelamatan di kebun sawit, di mana orangutan harus dievakuasi menggunakan ekskavator karena di lokasi penyelamatan, kondisi hutan sudah rusak sehingga tidak bisa dilalui oleh kendaraan apapun. “Jadi waktu itu orangutan sudah dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Cuma tersisa satu batang pohon, cuaca juga sangat panas. Ada kebanggaan tersendiri karena pada akhirnya kita berhasil menyelamatkan orangutan itu,” kenangnya.

Sembilan tahun bekerja dengan satwa dan manusia bukanlah waktu yang singkat pun dari sisi tantangan. Menurutnya, tantangan terbesar menjadi Supervisor Animal Keeper justru pada bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kinerja animal keeper dan babysitter. “Kita tidak mungkin kan hanya begini-begini saja, kinerja kita harus selalu meningkat dari waktu ke waktu, meskipun dipandang sudah bagus, kita harus cari cara lagi untuk mempertahankan dan mengingkatkan kinerja supaya bisa lebih baik lagi,” jelasnya. Memasuki satu dekade pengabdiannya di IAR Indonesia, dia berharap tahun depan tim animal keeper dan babysitter makin solid dan kinerjanya lebih baik lagi.

Ketika ditanya mengenai hal apa yang paling menyenangkan menjadi seorang animal keeper, Suherman dengan tegas menjawab bahwa hal yang paling membahagiakan menjadi seorang animal keeper adalah bisa melihat orangutan yang diasuhnya sejak kecil bisa kembali ke habitat aslinya. “Senang sekali melihat mereka bisa kembali ke habitat aslinya, dulu waktu kita rescue mereka tidak tahu memanjat dan memilih apa-apa yang bisa dimakan. Sekarang mereka sudah bisa semuanya dan bisa pulang ke tempat di mana seharusnya mereka berada,” ujarnya sambil tersenyum.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait