Jakarta – Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Yayasan Inisiasi Rehabilitasi Indonesia (YIARI) melalui Program Mitigasi Konflik Monyet Ekor Panjang (MEP) mengajak masyarakat sekitar kawasan Hutan Angke Kapuk Jakarta berhenti memberi makan monyet yang muncul di area komplek perumahan.
Koordinator Program Mitigasi Konflik Monyet Ekor Panjang YIARI Merryana Elmita mengatakan, maraknya pemberian makan kepada monyet yang keluar dari kawasan hutan mangrove ke area perumahan di sekitarnya dapat menyebabkan primata itu menjadi agresif dan berpotensi menyebabkan kematian.
“Perilaku pemberian makan kepada monyet ekor panjang akan membuat mereka kehilangan keterampilan untuk bertahan hidup mencari makan di alam. Monyet juga cenderung agresif kepada manusia dengan merebut makanan dan mencari makan di pemukiman,” kata Merry saat kegiatan kampanye ‘Stop Memberi Makan Monyet’ di kawasan Hutan Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara, Sabtu, 19 Maret 2016.
Dia mengatakan, berdasarkan informasi dari pihak manajemen perumahan yang berdampingan dengan kawasan Hutan Mangrove Muara Angke ada beberapa laporan warga yang menyebutkan bahwa MEP masuk ke dalam rumah atau merusak fasilitas umum.
“Dari hasil kajian yang dilakukan oleh YIARI terhadap vegetasi potensi habitat, tidak ditemukan gangguan terhadap kondisi hutan Mangrove yang mendorong MEP untuk keluar dari habitatnya. Daya dukung hutan sebagai sumber pakan dan habitat monyet masih mencukupi,” ujarnya.
Menurut Merry, perubahan perilaku MEP yang membuat monyet ekor panjang masuk ke dalam kawasan perumahan ditenggarai oleh aktivitas interaksi pemberian makan oleh masyarakat. MEP yang terbiasa diberi makan memicu mereka keluar dari habitat dan mencari makanan di area perumahan, misalnya mencari makan di tempat sampah atau merebut makanan.
“Jika perubahan perilaku ini berlangsung terus menerus, MEP cenderung menjadi agresif dan menganggu bagi warga di kemudian hari. Bahkan juga bisa berdampak kematian monyet ekor panjang,” tambahnya.
Staf Edukasi dan Penyadartahuan YIARI Ismail Agung mengatakan, kampanye “Stop Memberi Makan Monyet” merupakan sebuah gerakan pencegahan terhadap konflik antara manusia dan MEP. Kegiatan kampanye ini berkaitan dengan “International Macaques Day” atau Hari Monyet Makaka yang jatuh pada tanggal 16 Maret lalu. Hari Makaka merupakan hari kepedulian untuk semua jenis monyet makaka yang tersebar di seluruh dunia.
“Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat mendapatkan informasi terkait dampak perubahan perilaku MEP dan menghentikan segala aktivitas pemberian makan terhadap MEP di Muara Angke. Selain itu munculnya rasa kepedulian untuk menjaga lingkungan di sekitarnya,” kata Agung.
Agung menambahkan, kegiatan kampanye diisi dengan edukasi kepada masyarakat, pembagian stiker dan brosur, juga pemasangan media kampanye seperti poster dan spanduk di titik-titik lokasi potensi konflik manusia dengan monyet ekor panjang. “Ada juga aksi teatrikal jangan memberi makan monyet,” kata dia.