Mengikuti Jejak Tim Patroli Kawasan Hutan

29 Nov 2019
Heribertus Suciadi

Mengikuti Jejak Tim Patroli Kawasan Hutan

oleh | Nov 29, 2019

Siang itu, suara langkah kaki manusia terdengar meningkahi beragam suara penghuni hutan. Langkah mereka berkecipak saat rombongan ini melintasi genangan rawa gambut di Hutan Desa Pematang Gadung. Rombongan yang terdiri dari tim patroli IAR Indonesia ini berjalan sambil sesekali menebar pandangannya ke sekeliling, berusaha menemukan satwa yang mungkin bersembunyi di rimbun pepohonan. Setiap ada temuan satwa atau jejak satwa, jemari mereka sibuk menyentuh layar gawai yang dipegangnya. Bukan untuk memperbarui status, tapi mencatat temuan mereka ke dalam aplikasi SMART Patrol.

SMART (Spasial Monitoring and reporting Tools) merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menyimpan data kegiatan patrol/pengelolaan kawasan konservasi atau jenis kawasan lainnya, sekaligus sebagai penyimpan data/database. SMART juga memiliki kemampuan untuk merencanakan, mendokumentasikan, menganalisis, dan mengeluarkan laporan sehingga data-data dalam suatau kawasan, baik itu data potensi, ancaman maupun kenaekaragaman hayati dapat dikelola sesuai kebutuhan penggunanya. Yang jauh lebih penting dari kemudahan penggunaannya adalah SMART dapat membantu pihak manajemen dalam membuat strategi dan perencanaan berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan.

Sejak awal 2017, IAR memanfaatkan (SMART) untuk kegiatan patroli perlindungan kawasan dan keanekaragaman hayati. Dengan menggunakan metode ini, peralatan yang dibawa lebih ringkas, waktu yang digunakan untuk memasukkan dan mengolah data juga lebih singkat. Data yang dimasukkan juga lebih akurat dengan cacatan waktu dan titik koordinat lokasi pengambilan data dapat dipertanggungjawabkan.

Sebelumnya, tim patroli IAR Indonesia perlu membawa meteran, kertas data, jam, kamera, dan GPS. Setiap ada temuan berupa satwa atau ada ancaman kerhadap keamanan hutan seperti penebangan liar, kebakaran, pertambangan maupun perburuan, tim patroli harus mencatat temuannya secara manual, memasukkan jam pengambilan gambar, serta memasukkan titik GPS lokasi pengambil data. Kemudian kertas data diserahkan kepada tim pengolah data, yang harus memasukan data dari kertas data ke dalam komputer secara manual. Ketika diperlukan, pencarian data yang sudah masuk ke komputer pun harus dilakukan secara manual.

Dengan pemanfaatan SMART, tim patroli hanya perlu mengambil data menggunakan smartphone. Sekali mengetik data temuan, informasi waktu dan lokasi secara otomatis langsung ditambahkan di dalam data temuan. Memindahkan data kekomputer pun tidak lagi dilakukan secara manual. Data yang masuk bisa dikelompokan berdasarkan query sehingga penarikan data pun lebih mudah karena data sudah terklasifikasi.

Sampai saat ini IAR Indonesia mengimplementasikan SMART Patrol di dua kabupaten yaitu Ketapang dan Melawi. Penggunaan SMART Patrol di Ketapang meliputi Hutan Desa Pematang Gadung, Hutan Desa Sungai Besar, Hutan Desa Sungai Pelang, dan Hutan Lindung Gunung Tarak. Selain itu tim Orangutan Protection Unit (OPU) juga memanfaatkan SMART Patrol untuk melakukan patroli dan verifikasi konflik manusia-orangutan. Sedangkan di Kabupaten Melawi, SMART Patrol diterapkan dalam program perlindungan kawasan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

Hasil monitoring lapangan menggunakan SMART Patrol sejak Januari sampai November 2019 berhasil mendata puluhan kegiatan ilegal yang dilakukan di dalam kawasan Hutan Desa Pematang Gadung dan Hutan Desa Sungai Besar. “Rinciannya ada 2 perburuan, 97 penebangan liar, dan 44 pertambangan illegal di dalam kawasan. SMART Patrol ini juga berhasil mendata adanya 309 ancaman berupa kebakaran di dua hutan desa tersebut,” ujar Muhadi, Supervisor Tim Orangutan Protection Unit yang bertanggungjawab mengelola data SMART di IAR Indonesia.

Selain kegiatan ilegal yang bisa mengancam eksistensi hutan,  tim patroli di Hutan Desa ini juga mencatatkan 2602 perjumpaan dengan burung, reptil dan mamalia termasuk orangutan. Perjumpaan ini termasuk perjumpaan individu satwa, jejak, sarang, kotoran, bekas cakaran, kubangan dan bangkai satwa.  Data yang ada juga menunjukkan total jarak yang ditempuh oleh tim patroli lebih dari 4.000 km dengan durasi patroli mencapai 2720 jam.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait