BOGOR – Pohon jambu biji dan pohon nangka tumbuh menjulang di dalam kandang satwa Pusat Rehabilitasi Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), Ciapus, Bogor, Jawa Barat, Kamis, 17 September 2015 lalu. Dua ekor kukang jawa (Nycticebus javanicus) bernama Mama dan Dede tampak sedang tidur menggulung tubuhnya di pohon jambu. Kepalanya ditekuk dan disembunyikan pada bagian lutut.
Mama dan Dede adalah satwa hasil operasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat di Tasikmalaya pada tahun 2013. Kedua primata nokturnal itu dititiprawatkan di pusat rehabilitasi YIARI untuk dipulihkan sifat liarnya supaya bisa dikembalikan ke habitat alaminya.
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan medis, proses karantina, dan tahapan rehabilitasi seperti pengenalan pakan alami, akhirnya mereka bisa pulang ke rumah sebenarnya di alam bebas. Oktober 2015 ini, primata yang dikenal pemalu itu lolos seleksi untuk dilepasliar atau ditranslokasi (dipindahkan) ke habitatnya di Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat.
Sebelum ditranslokasi atau dipindahkan ke kandang habituasi di Gunung Sawal, Ciamis, Mama dan Dede menjalani pemeriksaan kesehatan dan pemasangan radio collar terlebih dahulu. “Dari hasil pemeriksaan medis, kondisi kesehatan Mama dan Dede sehat, tidak membawa penyakit dan kondisi tulangnya bagus,” ujar Koordinator Manajemen Satwa YIARI, drh. Wendi Prameswari.
Pertimbangan kesehatan dan perilaku tersebut merupakan beberapa indikator setiap kukang bisa menjadi kandidat release atau siap lepasliar. “Saat permata masuk klinik YIARI, kondisi fisik keduanya memang cukup sehat, gigi Mama pun masih lengkap sehingga bisa cepat dilepasliar setelah menjalani rehabilitasi,” kata Wendi.
Setelah kondisi kesehatan dan perilaku kukang terpantau sudah kembali liar barulah kukang dipasang radio collar. Sore itu, seorang Perawat Satwa (Keeper) dan anggota tim Survey Release Monitoting (SRM) bertugas untuk memasang radio collar atau radio monitoring di leher Mama dan Dede. Sebelumnya, mereka melakukan penangkapan di dalam kandang rehabilitasi kemudian melingkarkan radio collar itu di leher kukang.
“Radio collar berfungsi sebagai pengirim sinyal yang nantinya ditangkap oleh antenna dan menimbulkan bunyi di receiver (penerima sinyal),” kata anggota tim SRM YIARI, Itang. Dia menambahkan, bahwa radio collar itu memudahkan tim monitoring saat melakukan pemantauan perilaku kukang di alam.
“Bunyi yang dikeluarkan oleh receiver (penerima sinyal) membantu tim monitoring untuk menemukan keberdaan kukang juga memudahkan penilaian perilakunya di alam. Hingga sampai akhirnya kukang-
kukang tersebut benar-benar dilepas radio collar-nya,” kata Itang. Setelah dipasang radio collar, Mama-Dede siap ditranslokasi ke habitatnya di Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat.