Sepasang Kukang Sitaan Kembali ke Habitatnya

22 Jan 2016
Risanti

Sepasang Kukang Sitaan Kembali ke Habitatnya

oleh | Jan 22, 2016

Ciamis – Mengawali tahun 2016 Pusat Rehabilitasi Primata Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) bersama Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Ciamis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat kembali melepas liarkan dua individu kukang jawa (Nycticebus javanicus) ke habitat Suaka Margasatwa Gunung Sawal (SMGS), Ciamis, Jawa Barat, Rabu, 20 Januari 2016. Kedua primata nokturnal berjenis kelamin jantan dan betina itu merupakan barang bukti hasil sitaan BBKSDA Jabar serta Kepolisian Tasikmalaya pada tahun 2013 yang dititiprawatkan di Pusat Rehabilitasi YIARI Ciapus, Bogor, Jawa Barat.

“Sebelumnya mereka sudah pernah dilepasliarkan di SMGS dan terpantau sakit oleh tim monitoring sehingga dibawa kembali ke Pusat Rehabilitasi YIARI. Kini kukang sudah selesai menjalani proses pemulihan serta rehabilitasi dan siap dilepas kembali ke habitat alaminya,“ ujar Manajer Operasional YIARI Aris Hidayat.

Aris menambahkan, selama proses rehabilitasi kukang dikenalkan dengan berbagai jenis pakan hutan dan ditempatkan dalam kandang besar menyerupai habitatnya di alam. “Dari hasil pemeriksaan tim medis dan observasi perawat satwa selama masa rehabilitasi, kondisi kesehatan kukang sudah membaik, sehat, tidak membawa penyakit, tulangnya bagus dan perilakunya liar sehingga bisa lolos seleksi untuk dilepasliarkan kembali,” ujar dia.

Kukang merupakan primata endemik Indonesia yang dilindungi oleh Undang-undang No. 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999.  Kukang jawa dilindungi oleh peraturan internasional dalam Apendiks I oleh CITES (Convention International on Trade of Endangered Species) yang artinya dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Ancaman utama yang dihadapi kukang adalah perburuan dan perdagangan ilegal.

Perdagangan terus terjadi karena tingginya permintaan kukang untuk dipelihara. Pengiriman dari pemburu ke pedagang menyebabkan kukang mengalami stress. Di perdagangan, gigi taring kukang dipotong dan itu bisa menyebabkan infeksi pada mulut sehingga nafsu makan berkurang. Hal tersebut membuat kukang lemas, sakit dan berujung kematian. Dengan begitu, jumlah kukang yang yang mati akibat pemeliharaan kian bertambah dan populasi kukang di alam semakin berkurang.

Aris menjelaskan, kukang korban perdagangan dan pemeliharaan yang masuk Pusat Rehabilitasi YIARI belum tentu bisa langsung dilepasliarkan. Kukang harus terlebih dahulu menjalani proses pemeriksaan medis, masa karantina dan rehabilitasi dalam jangka waktu tertentu. “Setelah lolos seleksi untuk dilepasliar baik dari sisi perilaku dan kesehatan barulah kukang ditranslokasi (dipindahkan) ke habitat alaminya untuk menjalani masa habituasi dan pelepasliaran. Setelah dilepas kukang juga tetap di pantau oleh tim untuk mengetahui perkembangan perilakunya di alam,” kata Aris.

Supervisor Survey Release Monitoring YIARI Robithotul Huda mengatakan, proses translokasi kukang ke kandang habituasi  merupakan tahapan pra-lepasliar kukang sebelum benar-benar dilepas ke habitat liarnya. Kandang habituasi atau bisa disebut sebagai rumah sementara kukang berada di habitat Gunung Sawal, Ciamis. Bentuknya lahan bundar terbuka dikelilingi fiber plastik, di dalamnya tumbuh berbagai jenis pepohonan hijau untuk pakan dan tempat tidur kukang. Selama sekitar satu bulan, kukang dibiarkan beradaptasi dengan habitat dan pakan alaminya.

“Di dalam kandang habituasi, aktivitas kukang dipantau oleh tim monitoring sehingga bisa mengetahui perkembangan perubahan perilakunya. Apabila kondisinya bagus dan perilakunya sudah kembali liar barulah kukang itu bisa dilepas ke habitatnya di kawasan hutan Suaka Margasatwa Gunung Sawal,” ujar Huda panggilan akrab Robithotul Huda.

Gunung Sawal merupakan bagian dari wilayah konservasi Bidang KSDA wilayah III Ciamis dianggap cocok untuk lokasi lepasliar kukang jawa karena kelayakan habitat dan kecocokan pakan kukang. Kawasan hutan gunung seluas 5400 ha itu memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem yang masih terjaga. Banyak flora dan fauna yang masih bisa ditemukan di dalam Suaka Margasatwa tersebut diantaranya: macan tutul, babi hutan, surili, lutung, kukang jawa, dan beberapa elang pegunungan. “Sebelumnya tim YIARI sudah melakukan survey kecocokan habitat kukang di Gunung Sawal seperti survei perjumpaan kukang liar, ketersediaan pakan, dan keamanan habitat bagi kukang,” tambah Huda.

Translokasi kukang di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal merupakan kerjasama YIARI dengan BBKSDA Jawa Barat untuk pelepasliaran dan menjaga populasi kukang jawa sebagai satwa endemik Indonesia yang kini jumlahnya semakin berkurang di alam. “Pelepasliaran kukang ke habitatnya diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi satwa dan ekosistem. Populasi kukang bisa terjaga dan memberi manfaat bagi ekosistem Gunung Sawal,” kata Huda.

 

 

 

 

 

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait