Ratu dan Tiga Temannya Siap Kembali ke Habitat

26 Okt 2016
Risanti

Ratu dan Tiga Temannya Siap Kembali ke Habitat

oleh | Okt 26, 2016

Bogor – Matahari sudah terbenam. Dua orang perawat satwa dan dokter hewan satwa berseragam lengkap masuk ke kandang besar rehabilitasi kukang (Nycticebus sp) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa International Animal Rescue (IAR) Indonesia, Selasa, 25 Oktober 2016. Senter dengan sinar lampu merah menempel di kepala mereka. Di kandang, perawat satwa itu bersama-sama mencari primata nokturnal itu di semak-semak rumpun bambu. “Kami senang bisa memberi kesempatan kepada kukang ini untuk dikembalikan ke alam,” ujar Jakaria, Koordinator Perawat Satwa sambil menangkap kukang yang akan dimasukin dalam kandang transport menuju lokasi pelepasan.

Jakaria yang sudah bekerja di rehabilitasi kukang sejak tahun 2008, menangkap primata beracun itu tanpa ragu. Dengan terampil dia menangkap empat kukang jawa yang siap ditranslokasi ke hutan di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal untuk dilepasliar. Pusat Rehabilitasi Primata IAR Indonesia yang terletak di kaki Gunung salak, telah beroperasi sejak tahun 2008 dan sudah menyelamatkan lebih dari 500 individu kukang.“Ratu dan Ninja merupakan hasil laporan dan serahan masyarakat tahun 2015, sementara Srandil dan Priangan adalah korban perdagangan yang berhasil diamankan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) pada tahun 2013,” kata Jakaria.

2016_10_25-translokasi-pemeriksaan-4Dia menambahkan, keempat primata itu telah selesai menjalani proses rehabilitasi yang sangat panjang. Mulai dari pemeriksaan medis, karantina hingga rehabilitasi untuk mengembalikan perilaku liar dan membiasakan mereka dengan pakan alami. “Setiap malam kukang yang sedang dalam proses rehabilitasi, harus dimonitoring perilaku dan aktivitas untuk bisa memastikan apakah kukang sudah siap untuk dilepas kembali ke alam” ujarnya.

Empat kukang kandidat lepasliar itu pun berhasil ditangkap. Sebelum dimasukkan ke dalam kandang transport, mereka terlebih dahulu diberi obat cacing dan diperiksa kondisi fisiknya oleh tim medis.

Dokter Hewan IAR Indonesia drh. Nur Purba Priambada mengatakan, syarat utama pelepasliaran adalah kukang sehat secara fisik dan mental. “Dari hasil pemeriksaan medis, kondisi fisik empat kukang dinyatakan sehat dan layak untuk dilepasliarkan,” kata drh. Purbo, sapaan akrab Purba. Purbo menjelaskan bahwa proses pemulihan fisik dan mental kukang berbeda untuk setiap individu sesuai dengan kondisi awal kukang datang. “Seperti Srandil dan Priangan yang merupakan kukang korban perdagangan, gigi mereka dipotong oleh pedagang sehingga harus mengalami perawatan medis khusus, yaitu penambalan gigi,” kata Purbo.

Kukang merupakan primata yang memiliki racun. Pedagang seringkali memotong gigi kukang supaya tidak mengigit atau melukai pemilik. Akibatnya, hampir 80 persen dari kukang yang diselamatkan oleh IAR Indonesia tidak bisa dikembalikan ke alam. “Tidak semua kukang yang dipotong giginya oleh pedagang bisa ditambal, banyak juga kukang lain yang tidak bisa mendapat kesempatan untuk dilepas,” katanya.

Survey Release Monitoring Supervisor IAR Indonesia, Robithotul Huda, mengatakan bahwa Suaka Margasatwa Gunung Sawal dinilai sebagai kawasan ideal untuk pelepasliaran primata jenis kukang jawa sebab memiliki potensi pakan melimpah dan ketersediaan ruang. “Hasil kajian yang dilakukan tim IAR menunjukkan keanekaragaman dan ketersediaan pohon pakan kukang di wilayah itu cukup tinggi sehingga aman untuk pelepasliaran,” kata Huda.

Menurut Huda, sejak tahun 2014 sebanyak 19 kukang hasil rehabilitasi IAR Indonesia sudah dilepasliar di Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Beberapa diantaranya berhasil berkembang biak secara alami di habitat. “Dari hasil monitoring tim di lapangan, terpantau kukang hasil rehabilitasi IAR Indonesia melahirkan anak di alam,” katanya. Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa proses pelepasliaran tidak berhenti hingga translokasi satwa ke habitat. Tetapi juga dilanjutkan dengan pemantauan satwa pasca pelepasliaran. Pemantauan dilakukan dengan menggunakan metode radio-tracking dimana kukang terlebih dahulu dipasang radio-collar pada bagian leher.

Kukang menjalani pemeriksaan fisik dan pemberian obat sebelum dipindahkan ke habitatnya di Suaka Margasatwa Gunung Sawal.

“Data perilaku dan pakan kukang dicatat oleh tim monitoring dalam jangka waktu tertentu. Hasil data pemantauan itu nantinya akan berguna untuk memastikan keberhasilan kukang di alam setelah rehabilitasi dan pelepasliaran dan untuk menambah pengetahuan dan perkembangan proses rehabilitasi kukang” ujarnya.

Pelepasliaran kukang di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal merupakan kerjasama IAR Indonesia dengan Balai Besar KSDA Jawa Barat untuk pelestarian dan menjaga populasi kukang jawa sebagai satwa endemik yang kini jumlahnya semakin berkurang di alam. Luas Suaka Margasatwa Gunung Sawal sekitar 5.400 hektar yang berfungsi sebagai perlindungan dan pelestarian kelangsungan hidup satwa tertentu agar tidak punah. Fungsi penting lainnya sebagai penyangga kehidupan berupa sumber air untuk masyarakat.

Sementara itu, Direktur Program IAR Indonesia, Karmele Llano Sanchez mengatakan bahwa jumlah kukang di alam berkurang karena banyak diburu dan diperjualbelikan untuk dijadikan peliharaan. Menurutnya, pemeliharaan kukang memegang peran besar dalam mendorong kepunahan kukang karena pembelian kukang untuk peliharaan membuat perdagangan tetap berlangsung. “Itu akan menjadi contoh dan daya tarik bagi orang sekitarnya untuk melakukan hal yang sama. Bahkan dampak buruknya akan bertambah jika kukang peliharaan dipamerkan di media sosial, membuat orang yang melihat ingin memelihara,” ujarnya.

Karmele menjelaskan, berdasarkan data IAR Indonesia, sekurangnya 200-250 individu kukang ditawarkan pada tujuh pasar di empat kota besar di Indonesia setiap tahun. Sementara hasil pemantauan online tahun 2015, sebanyak 400 individu kukang dipelihara oleh pemilik media sosial. Dari hasil penelusuran tersebut, minimal 30 persen individu kukang mati di siklus perdagangan. “Pengiriman dari pemburu ke pedagang menyebabkan kukang mengalami stres. Di perdagangan, gigi taring kukang dipotong dan menyebabkan infeksi yang sering kali berujung kematian. Dengan begitu jumlah kukang yang mati akibat pemeliharaan kian bertambah dan populasi kukang di alam semakin berkurang,” tambahnya.

Kukang korban perdagangan yang dipotong giginya

Kukang korban perdagangan yang dipotong giginya. Foto: IAR Indonesia

Kukang (Nycticebus sp) atau yang dikenal dengan nama lokal malu-malu merupakan primata yang dilindungi oleh Undang-undang No. 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999. Kukang juga dilindungi oleh peraturan internasional dan termasuk dalam Apendiks I CITES (Convention International on Trade of Endangered Species) yang artinya dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Ada tiga jenis kukang di Indonesia, kukang jawa (Nycticebus javanicus), kukang sumatera (Nycticebus coucang) dan kukang kalimantan (Nycticebus menagensis). Berdasarkan data Red List IUCN (International Union for Conservation of Nature) kukang jawa termasuk dalam kategori kritis dan juga termasuk di antara 20 jenis primata di dunia yang paling terancam punah.

“Kita harus menyelamatkan kukang jawa sekarang. Jika kita diam saja, kukang jawa yang hanya tinggal di pulau Jawa ini akan punah dari seluruh dunia. Sudah waktunya untuk bertidak sebelum terlambat,” ujar Karmele.

Informasi: IAR Indonesia Jalan Curug Nangka RT03 RW05 Kp.Sinarwangi Kel.Sukajadi Kec. Tamansari, Ciapus, Bogor | Phone/ Fax: 0251 – 8389232 Mobile: 0822-1894- 2121 (Risanti – Media)

Email: informasi@internationalanimalrescue.org

Website : www.internationalanimalrescue.or.id

Fanpage : Yayasan IAR Indonesia

Instagram : @iar_indonesia

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait