Setelah informasi diterima tim gabungan dari Badan Nature Conservancy dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Indonesia (BKSDA Kalimantan Barat) di Ketapang dan Yayasan IAR Indonesia
segera menyelamatkan bayi orangutan tersebut di pagi hari pada tanggal 16 Februari 2013. Setelah sampai di pusat rehabilitasi Orangutan langsung dibawa ke fasilitas Yayasan IA Indonesia untuk diperiksa oleh tim medis dan memasuki proses rehabilitasi setelah menjalani masa karantina. Menurut tim medis Yayasan IAR Indonesia bayi orangutan tersebut, kira-kira berumur satu setengah tahun, berada dalam kondisi kesehatan yang baik meskipun terlihat kurus.Bayi orangutan ini diberi nama “Tribun” terinspirasi oleh usulan salah satu media cetak dan elektronik yang salah satu reporternya ikut bergabung dengan Tim Penyelamat, sampai pagi ini Tribun termonitor dari kesehatan juga mental terus membaik terlihat makan lebih banyak dan mulai menggunakan pengayaan atau mainan (enrichment) dikandang yang disediakan oleh perawat satwa.
Dr. Rondang Siregar, seorang Spesialis Reintroduksi Orangutan dan Penasihat Ilmiah Yayasan IAR Indonesia yang ambil bagian dalam proses evakuasi, mengatakan, “Perilaku Tribun adalah tidak liar, dia tampaknya tidak takut orang dan ini menunjukkan bahwa ia telah disimpan di penangkaran untuk beberapa periode waktu. Bahkan ada kemungkinan Tribun ini sengaja disimpan oleh pekerja perkebunan karena laporan yang diberikan oleh warga desa setempat pernah melihat bayi orangutan ini disekitar lingkungan dari tempat penampungan staf PT.KAL. “
Dr
. Rondang melanjutkan “Kita perlu membuat beberapa pengamatan lebih lanjut dan melakukan tes medis untuk mengevaluasi kesehatan Tribun sebelum dia pindah ke sekolah hutan dan bergabung dengan proses rehabilitasi bersama dengan bayi orangutan lainnya”. Menurut Dr.Rondang proses ini cukup panjang tergantung pada kemampuan orangutan adaptasi dan terampil secara perilaku yang diperlukan untuk bertahan hidup di alam liar, tapi biasanya itu akan waktu bertahun-tahun. “Bayi Orangutan hidup dengan induk mereka sampai usia 5-7 tahun dan harus mempelajari semua keterampilan bertahan hidup dari sang induk. Bisa dipastikan Tribun tidak memiliki induk, kemungkinan besar untuk mendapatkan bayi Orangutan harus memisahkan dari mereka induknya dibunuh, kita harus mengajari bayi Orangutan ini keterampilan untuk bertahan hidup di alam liar sebelum ia dapat dilepaskan kembali ke sana “.Ini penyelamatan terbaru oleh Yayasan
IAR Indonesia setelah setahun yang lalu ketika Orangutan bernama Pelansi diselamatkan dari perkebunan yang sama di Kuala Satong Desa (sebelumnya desa tersebut bernama Pelansi). Pelansi kemudian dilepaskan kembali ke alam liar oleh BKSDA dan Yayasan IAR Indonesia. Tribun adalah bayi Orangutan terbaru yang keenam yang diselamatkan dari daerah perkebunan PT.KAL.PT. Kayong Agro Lestari konsesi milik PT. Austindo Nusantara Jaya (ANJ), induk perusahaan dari Grup Austindo, yang dimiliki oleh keluarga Tahija. The real KAL berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Palung dan Sungai Putri dan lanskap terdiri dari sisa-sisa terfragmentasi hutan alam dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, populasi orangutan dan terutama hutan gambut rawa. PT.ANJ adalah anggota RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil) sejak tahun 2007.
– Dr Rondang Siregar: +62 (0) 81288150177 Email: rse.siregar @ cantab.net
– Karmele L. Sanchez MSc: +62 (0) 81318887263 Email: karmele@internationalanimalrescue.org
Gambar
Oleh: Alejo SabugoTel: +62 (0)251 8389232