Penyelamatan Orangutan Induk Anak di Semanai

28 Mei 2019
Heribertus Suciadi

Penyelamatan Orangutan Induk Anak di Semanai

oleh | Mei 28, 2019

Tim gabungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi (SKW) I Ketapang Resort Sukadana, Balai Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA) dan IAR Indonesia kembali menyelamatkan dua individu orangutan induk anak di Dusun Semanai, Desa Simpang Tiga, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Jumat (24/5).

Penyelamatan orangutan ini bermula dari adanya laporan warga pada awal bulan Mei yang menginformasikan keberadaan orangutan di sekitar pemukiman mereka. Setelah menerima laporan warga, tim Orangutan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia berkoordinasi dengan BKSDA Kalbar Resort Sukadana dan Balai TNGP untuk kemudian melakukan verifikasi.

Tim verifikasi menemukan orangutan induk anak ini berada di lahan sempit berukuran 13 hektar. Berdasarkan pengamatan oleh tim rescue dengan menggunakan drone, area hutan sempit ini sudah terkepung oleh jalan, pemukiman dan ladang milik warga.

Menindaklanjuti temuan tim verifikasi di lapangan, IAR Indonesia bersama BKSDA dan Balai TANAGUPA membentuk tim rescue untuk mengevakuasi orangutan ini dari kebun warga untuk nantinya dikembalikan ke habitat aslinya. Tidak ingin membuang waktu, tim rescue ini bergerak dari kantor IAR Indonesia sejak pukul 4 pagi. Karena orangutan ini adalah orangutan liar, tim rescue harus menembak orangutan ini dengan peluru bius untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Proses pembiusan ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan harus dilakukan oleh ahlinya. Situasi semakin sulit mengingat anak orangutan ini sudah lepas dari induknya dan harus ditembak bius secara terpisah. Tim harus ekstra hati-hati menembak anak orangutan ini. Satu kesalahan kecil bisa berakibat fatal bagi bayi orangutan ini.

Setelah berjibaku di dalam hutan selama lebih dari 6 jam, tim akhirnya bisa mengevakuasi induk anak ini. Dari hasil pemeriksaan oleh tim medis, induk anak ini dalam kondisi baik dan siap untuk langsung ditranslokasikan

 Berdasarkan kesepakatan awal, kedua orangutan ini langsung ditranslokasikan ke dalam kawasan TANAGUPA Resort Kubang, Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. Selain kedua induk anak ini, orangutan Riam yang disematkan pada awal bulan ini juga turut dilepaskan di kawasan yang sama.

Permasalahan terkait hutan dan lahan menjadi penyebab utama masuknya orangutan ke dalam kebun milik warga. Kebakaran pada tahun 2015 menghanguskan sebagian besar hutan di wilayah ini membuat orangutan keluar dari habitat aslinya untuk mencari  makan. Habitat tempatnya tinggal dan mencari makan musnah sehingga Mama Nam dan bayinya harus turun ke ladang warga untuk mencari penghidupan. Alih fungsi hutan menjadi ladang dan pemukiman turut menyumbang meningkatnya jumlah orangutan yang mencari makan di luar habitat aslinya.

Pernyataan Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor: Konflik satwa dan manusia akan selalu terjadi bila manusia tidak bijaksana dalam memperlakukan alam. Ke depan mestinya perlu dibuat kebijakan yang lebih komprehensif, khususnya terkait dengan pemanfaatan lahan. Namun demikian, kerja konservasi memang tidak berujung. Manusia sebagai makhluk yg dianggap paling cerdas di bumi, memiliki tanggung jawab terbesar untuk menjaganya.

Pernyataan Kepala Balai TANAGUPA, Ari M. Wibawanto: Rescue dan translokasi sebenarnya merupakan solusi terakhir dalam upaya penyelamatan orangutan. Tidak ada rumus yang baku dalam penanganan konflik orangutan. Yang paling penting orangutan selamat dan masyarakat tidak dirugikan. Oleh karena itu perlu dilakukan diskusi mendalam terkait upaya-upaya pencegahan konflik yang dilakukan oleh kita bersama baik pemerintah, NGO, maupun sektor privat mengingat sepanjang tahun ini terjadi beberapa konflik orangutan dan masyarakat. Saya berharap setelah ini kita semua tidak hanya bergerak setelah ada laporan terjadi konflik, tetapi bagaimana kita mencegah agar konflik itu tidak terjadi.

Pernyataan Direktur IAR Indonesia, Karmele L. Sanchez: Orangutan yang telah diselamatkan ini masih menderita akibat kebakaran hutan mengerikan yang menghancurkan Kalimantan pada tahun 2015. Kebakaran hutan merupakan salah satu ancaman terbesar untuk kehidupan orangutan. Kami terus bekerja bersama semua pemangku kepentingan, termasuk dari BKSDA, Balai TANAGUPA, TNI, Polisi, Pemda dan masyarakat setempat untuk menjaga habitat orangutan dari kebakaran. Jika kebakaran hutan 2015 terulang, orangutan akan mengalami nasib yang mengkhawatirkan.

 

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait