TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG – Pembelian orangutan yang dilakukan pemelihara akan membuat perburuan dan perdagangan di Ketapang tetap berlangsung.
Mengingat prinsip ekonomi supply and demand maka pemeliharaan bersifat mentenagai perdagangan.
Ia mengungkapkan bahkan fakta di lapangan lebih mengerikan. Sebab pada kasus pemeliharaan bayi orangutan hampir dapat dipastikan induknya mati. Lantaran untuk mendapatkan anaknya maka biasanya induknya ditembak atau dibunuh dahulu.
Sebab normalnya bayi orangutan akan tinggal bersama induknya sampi usia enam hingga delapan tahun. Selama anaknya belum berusia cukup untuk hidup mandiri maka induk orangutan akan selalu mati-matian menjaga anaknya.
“Jadi besar kemungkinan induk Joy juga dibunuh oleh pemburu. Lantaran bayi orangutan akan tinggal bersama induknya sampai usia segitu. Jika ada bayi orangutan berusia dibawah 6 tahun sendirian juga bisa dipastikan induknya mati,” ungkap Adi.
Direktur Program IARI, Karmele L Sanchez mengatakan proses rehabilitasi. Serta persiapan untuk mengembalikan orangutan ke habitatnya bukan perkara mudah dan murah. “Prosesnya membutuhkan waktu dan biaya tidak sedikit,” tegas Karmele.
“Bayi orangutan masih butuh waktu cukup panjang hingga bertahun untuk bisa direhabilitasi dan dikembalikan ke habitat aslinya. Biayanya juga sangat besar,” lanjutnya.
“Resiko terburuknya adalah mereka sudah terlalu tua untuk direhabilitasi. sehingga akan selamanya tidak bisa pulang ke habitat aslinya,” sambung Karmele.
Sumber : http://pontianak.tribunnews.com/2018/03/21/pemeliharan-orangutan-picu-perdagangan-dan-perburuan-tetap-berlangsung