Kesempatan Kedua Lewat Translokasi

1 Okt 2015
Heribertus Suciadi

Kesempatan Kedua Lewat Translokasi

oleh | Okt 1, 2015

Mobil pick up double cabin milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam Ketapang dan Yayayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang melesat dalam gelap, menembus kabut asap pekat menuju Desa Pelangsi, Rabu (23/09). Mereka bergegas menuju hutan masyarakat di Dusun Fajar Harapan, Desa Kuala Satong untuk menyelamatkan dua individu orangutan yang terjebak di hutan yang telah terbakar selama 5 hari. Hutan ini terletak di daerah yang sama di mana tahun lalu YIARI menyelamatkan orangutan yang kemudian diberi nama Pelansi. Selain ekspansi perkebunan kelapa sawit, kebakaran menjadi menjadi ancaman besar bagi kehidupan orangutan yang sering mati terbakar hidup-hidup atau karena kelaparan. Orangutan ini merupakan orangutan betina dewasa yang diberi nama Mama Kasih dan anaknya yang berusia sekitar 7 tahun (bernama Kasih).

IMG_0457

Ini bukan pertama kalinya tim penyelamat YIARI menyelamatkan orangutan dari kebakaran. Tahun lalu tim YIARI juga menyelamatkan enam orangutan liar dari konsesi kelapa sawit yang telah membakar hutan sebagai habitat sejumlah besar orangutan.

Kali ini situasinya tidak jauh berbeda. Untungnya laporan tentang orangutan tersebut telah diterima cukup cepat oleh tim, sehingga mereka dapat menghindarkan ibu dan anak ini dari resiko yang lebih tinggi.

            Menurut laporan tim yang terdiri dari orang YIARI dan BKSDA yang ditugaskan untuk mengawasi orangutan tersebut, kondisi hutan yang terbakar memang sudah sangat parah, menyisakan dominasi warna hitam dan kuning di segala arah. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengancam kelangsungan hidup orangutan yang ada di sana. Laporan dari tim lapangan ini segera ditindaklanjuti dengan mengadakan rapat dengan BKSDA Seksi 1 Ketapang untuk menyelamatkan orangutan tersebut.IMG_0478

            Rencananya dua individu ini akan ditranslokasikan secara langsung ke Hutan konservasi PT. Kayung Agro Lestari. Tim penyelamatan dari YIARI Ketapang menggunakan senapan bius karena orangutan ini merupakan orangutan liar. Tim memutuskan untuk mengambil sang induk terlebih dulu baru kemudian megambil anaknya.

            Butuh waktu sekitar satu jam sebelum tim bisa menembakkan peluru bius ke orangutan dewasa ini. “Untuk menembak bius dengan aman kita perlu memperhatikan beberapa hal, salah satunya posisi orangutan dan posisi ranting-ranting pohon. Orangutan yang mau ditembak tidak boleh terlalu tinggi dari tanah karena akan berbahaya kalau nanti jatuh. Ranting-ranting pohon juga harus diperhatikan supaya tidak menghalangi peluru bius dan tidak menyebabkan orangutan yang dibius tersangkut,” ujar Argito selaku koordinator lapangan YIARI. IMG_0517

            “Depp..,” satu peluru bius ditembakkan. Tim rescue pontang panting berlari sambil membuka jaring, siap menyambut jatuhnya orangutan. Tampaknya satu peluru bius tidak banyak bereaksi. Dia masih bisa berayun lincah dari satu pohon ke pohon lain. Setelah menunggu selama 15 menit dan tidak ada reaksi, drh. Ayu menyiapkan 1 dosis peluru bius untuk melumpuhkan Mama Kasih. Tembakan kedua menancap di pantat orangutan dan tidak menunggu lama, Mama Kasih mulai terkantuk kantuk sebelum terjatuh lima menit kemudian. Tangan sang Ibu sempat tersangkut di ranting sehingga salah seorang anggota tim harus memanjat setinggi 18 meter untuk melepaskan tangan Mama Kasih dari ranting. Di bawah tim penyelamat dengan jaring yang terbentang sigap menyambut jatuhnya Mama Kasih.

            IMG_0548Tim medis yang terdiri dari drh Karmele dan drh Ayu segera memeriksa kondisi orangutan tersebut. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa Mama Kasih mengalami dehidrasi sehingga tim medis memutuskan untuk memberinya cairan infus. “Dia mungkin telah kelaparan selama beberapa hari terakhir, mungkin belum makan atau minum sejak kebakaran mulai,” kata drh Ayu selaku koordinator tim medis YIARI. “Untungnya kami telah menyelamatkannya tepat waktu, kalau saja kita sedikit terlambat, kondisinya bisa lebih kritis,” sambungnya. IMG_0545

Setelah pemeriksaan selesai Mama Kasih diletakkan di dalam kandang transport untuk kemudian dibawa ke hutan konservasi PT. KAL. Selain karena dekat, hutan konservasi PT. KAL ini dipilih karena hutan ini menyediakan cukap ruang gerak dan pakan bagi orangutan. Tim satuan tugas PT KAL berkomitmen untuk terus memantau orangutan tersebut.

Release Kasih 4“Kami berharap kedua orangutan tersebut akan mendapatkan kesempatan yang lebih baik di lokasi baru ini,” kata Karmele Llano Sanchez, Direktur Program dari YIARI. “Kami berterimakasih kepada PT KAL atas komitmennya untuk membantu memberikan tempat baru bagi orangutan ini, meskipun sayangnya ancaman terhadap kehidupan mereka tidak bisa benar-benar hilang”. Habitat orangutan dengan cepat menghilang karena konversi hutan di Kalimantan. Setiap hutan yang tersisa layak untuk diselamatkan. Keterlibatan industri kelapa sawit dalam melindungi habitat orangutan sangat penting untuk kelangsungan hidup spesies.

“Untuk menyelamatkan orangutan, kita tidak bisa bersandar pada kawasan konservasi semata, karena 70% lebih populasi orangutan berada di luar kawasan konservasi. Untuk itu pihak swasta –baik itu perkebunan sawit, HTI dan logging–, pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus lebih meningkatkan kerjasama,” jelas Tantyo Bangun, ketua umum YIARI.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait