Kehilangan Habitat, Bayi Orangutan Ditemukan di Perkebunan Kelapa Sawit

21 Sep 2015
Heribertus Suciadi

Kehilangan Habitat, Bayi Orangutan Ditemukan di Perkebunan Kelapa Sawit

oleh | Sep 21, 2015

PONTIANAK, KOMPAS.com — Sekitar dua pekan lalu para pekerja kayu menemukan seekor bayi orangutan berusia sekitar enam bulan sedang minum di sebuah kanal buatan di atas lahan bakal perkebunan kelapa sawit.

Bayi orangutan yang kemudian dinamai Otan itu ditemukan sendirian tanpa ditemani induknya. Hewan malang itu kemudian dibawa pulang Ivan Nurisaputra (23), seorang pekerja asal Desa Lingga, Kecamatan Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Kepada Kompas.com, Jumat (18/9/2015), Ivan menuturkan penemuan Otan. Saat itu dia bersama beberapa rekannya tengah mengolah kayu yang sudah ditebang dalam proses land clearing lahan perkebunan milik PT Graha Agro Nusantara (GAN).

Perkebunan milik PT GAN itu terdapat di tiga wilayah desa yaitu Desa Teluk Bakung, Desa Pasak Pinang dan Desa Lingga. Akibat lokasi perkebunan yang jauh dari permukiman maka Ivan dan rekan-rekannya tinggal di sebuah pondok yang dibangun perusahaan.

Ivan mengatakan, Otan pertama kali terlihat oleh seorang temannya sedang minum di kanal buatan di atas lahan itu. Sang teman, lanjut Ivan, memberi Otan makan dan membiarkan hewan itu pergi.

Namun, Otan tak mau pergi dan memilih tinggal di sekitar pondok yang dihuni Ivan dan para pekerja perkebunan lainnya. “Hampir sepekan orang utan itu berkeliaran di lokasi kerja kami. Pergi sebentar lalu datang lagi bahkan dia ikut menginap di pondok pekerja. Kami beri dia makan nasi campur gula karena tidak ada buah-buahan di lokasi kerja,” ujar Ivan.

Lapor

Merasa iba melihat orangutan cilik itu, Ivan kemudian memutuskan membawa hewan itu pulang. Di kediamannya, Ivan dan keluarganya merawat serta memmberi makan orangutan itu dengan penuh kasih sayang. Bahkan, keluarga Ivan juga yang menamai bayi orangutan itu Otan.

Meski menyayangi Otan, Ivan kemudian khawatir akan kondisi hewan itu karena perawatan yang diberikan keluarganya sangat terbatas. Ahirnya, Ivan memilih melaporkan temuannya itu ke polisi.

“Otan saya bawa ke rumah persis sepekan lalu. Begitu sampai saya lapor ke polsek karena tak tahu harus lapor kemana lagi. Ada saudara coba cari informasi soal ke mana orangutan ini harus diserahkan. Kasihan kalau terlalu lama di rumah kami tak tahu cara merawat dia,” ujar Ivan.

Sepekan berlalu setelah laporan Ivan ke Polsek Ambawang, barulah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bergerak. Itupun setelah kisah Otan dimuat di halaman satu salah satu media lokal, Tribun Pontianak.

Aparat polisi membawa sejumlah wartawan datang ke kediaman Ivan untuk menyaksikan serah terima Otan kepada BKSDA. “Kemarin ada paman yang bekerja di kepolisian menelepon wartawan untuk datang ke sini. Hanya satu wartawan yang datang dari Tribun Pontianak,” kata Ivan.

Haru

Suasana haru tercipta saat Ivan menyerahkan Otan kepada BKSDA. Bayi orangutan itu mencengkeram erat Ayu, istri Ivan, seorang tak mau dipisahkan dari orang yang merawatnya.

Setelah berbagai cara untuk membujuk Otan tak berhasil, akhirnya petugas BKSDA harus sedikit memaksa Otan agar lepas dari gendongan Ayu untuk dimasukkan ke dalam kandang yang sudah disiapkan di atas mobil milik Polisi Kehutanan.

“Selama di rumah dia nggak pernah di kandang. Otan bebas berkeliaran di dalam rumah. Kami makan dia ikut makan, kalau terlambat diberi makan dia menangis. Kalau lihat kami nonton televisi, dia juga berbaring ikut menonton,” kenang Ayu.

Terlepas dari induk

Koordinator Komunikasi WWF Indonesia Program Kalimantan Barat, Syahirsyah mengatakan pihaknya belum bisa memastikan jenis individu Otan. Namun, ujar Syahirsyah, jika dilihat dari persebarannya, bayi orangutan itu kemungkinan adalah jenis Pongo pygmaeus wrumbi.

“Secara visual belum bisa dipastikan jenis detailnyanya apakah Pongo pygmaeus pygmaues atau Pongo pygmaeus wrumbi, karena harus dilakukan tes DNA terlebih dahulu. Tapi jika dilihat dari persebarannya, kemungkinan individu orangutan ini jenis wrumbi” ujar Syahirsyah.

Dia menambahkan, bayi orangutan berumur kurang dari satu tahun biasanya tidak akan pernah lepas dari induknya karena masih menyusui. “Seharusnya dia bersama induknya, karena sang induk tak mungkin melepas anaknya dalam usia semuda itu,” tambah dia. YOHANES KURNIA IRAWAN

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait