IAR Indonesia Raih Penghargaan Suaka Satwa Terbaik Sedunia

2 Jul 2018
Heribertus Suciadi

IAR Indonesia Raih Penghargaan Suaka Satwa Terbaik Sedunia

oleh | Jul 2, 2018

Penghargaan suaka satwa terbaik dunia menambah optimisme di bidang konservasi alam

IAR Indonesia mendapatkan penghargaan prestisius tingkat internasional yaitu The GFAS (Global Federation of Animal Sanctuaries) Carole Noon Award untuk kategori Sanctuary Excellence di 2018. Penghargaan tahunan ini diberikan bagi Dr. Karmele Llano Sanchez atas prestasi dan dedikasinya dalam menjadikan IAR Indonesia sebagai pusat rehabilitasi satwa orangutan dan kukang dengan standar dan reputasi internasional.

“Raihan penghargaan ini menambah berita baik yang akan meningkatkan optimisme kita bersama di bidang konservasi alam dan ekosistem. Saya ikut bangga dan menyampaikan selamat!” demikian disampaikan Dirjen KSDAE, Kementerian KLHK, Wiratno, saat Dr. Karmele menghadap dan menyampaikan capaian ini.

Tantyo Bangun, Ketua Umum IAR Indonesia menambahkan, “Bukan hal yang mengejutkan bagi kami semua bahwa Dr. Karmele meraih penghargaan ini. Pelaksanaan program di bawah kepemimpinannya, menjadikan tim IAR di Indonesia menjaga standar tingi atas dedikasi, profesionalisme, dan perawatan satwa.”

Atas penghargaan ini, Dr. Karmele menyatakan, “Penghargaan ini didedikasikan untuk seluruh tim di IAR Indonesia, sebuah tim yang sangat berdedikasi yang berhasil mewujudkan bagi kita semua untuk meraih penghargaan ini. Saya berterima kasih kepada seluruh tim bahwa IAR dengan bangga bisa meraih pengakuan internasional ini.”

Penghargaan Carole Noon Award untuk Sanctuary Excellence diberikan setiap tahun kepada individu yang mewujudkan dan menerapkan filosofi GFAS dalam hal visi, dedikasi, dan keunggulan pada perawatan satwa yang berada di suaka rehabilitasi. Nama penghargaan ini diambil dari sosok Carole Noon, pendiri Save the Chimps di Fort Pierce, Florida, Amerika Serikat, yang merupakan suaka simpanse terbesar di dunia.

Pemberian penghargaan tahun ini menandai usia kesepuluh dari GFAS Award. Selain Karmele Llano Sanchez, penghargaan tahun ini juga diberikan kepada Patti Ragan dari Center for Great Apes. Atas penganugerahan ini, Jackie Bennett, Direktur Program GFAS untuk Afrika dan Asia menyatakan: “Mengenal Karmele selama beberapa tahun dan menyaksikan sendiri kinerja dan dedikasinya yang mengagumkan, saya tidak memikirkan pihak lain yang lebih pantas dari Karmele.”

Seperti yang telah disampaikan Karmele Llano Sanchez, penghargaan ini merupakan kerja keras semua tim, di mana mayoritas pekerja yang ada di IAR Indonesia adalah masyarakat setempat. Baik di Ketapang, Kalimantan Barat dan di Ciapus, Bogor, Jawa Barat, IAR Indonesia selalu melibatkan masyarakat setempat tidak hanya sebagai tenaga kerja, namun juga sebagai mitra yang setara dalam program-program lingkungan hidup yang diinisiasi.

Sejumlah kegiatan-kegiatan yang selama ini telah berhasil dikembangkan IAR Indonesia di antaranya adalah konservasi dalam agama dan suku yang melibatkan masyarakat dan pemuka agama di beberapa kecamatan, peningkatan kapasitas guru dalam integrasi materi lingkungan hidup serta pembangunan program ekstrakurikuler afterschool di tiga sekolah SMP dan pemberdayaan pemuda lokal. IAR indonesia juga memfasilitasi pembentukan komunitas lingkungan hidup pertama di Ketapang yang diberi nama Pongo Ranger. Tidak hanya berkontribusi dalam penyadartahuan lingkungan dan konservasi, anggota Pongo ranger juga berhasil ditingkatkan kapasitasnya sehingga beberapa anggota sukses mendapatkan beberapa kesempatan sebagai penerima beasiswa Bornean Orangutan Caring Scholarship (BOCS) untuk melanjutkan pendidikan jenjang strata-1 hingga menjadi delegasi Indonesia dalam pertukaran budaya pelajar ke Amerika Serikat.

Selain itu, IAR Indonesia juga mempunyai program pendampingan dan pengembangan masyarakat lokal di beberapa desa di Ketapang, Ciamis, Melawi, dan Lampung. Total ada 12 desa yang menjadi binaan IAR Indonesia. Di antaranya Desa Pematang Gadung, Sungai Besar dan Ulak Medang di Kabupaten Ketapang, Desa Nasol dan Tanjung Sari di Ciamis, Desa Nusa Poring dan Mawang Mentatai di Kabupaten Melawi, Desa Datar Lebuay,  Air Naningan,  Lingga Pura dan Sumber Bandung di kawasan Batutegi, Lampung.

Dalam program ini, IAR berusaha mengembangkan kemampuan masyarakat lokal dengan memberikan beberapa pelatihan seperti pertanian organik, pengembangan ekowisata, pemetaan partisipatif, survey biodiversitas, pertanian organik hingga pembuatan instalasi biogas.

Hingga saat ini, IAR Indonesia didukung oleh 189 karyawan lokal dari total karyawan yang berjumlah 228 baik di Ketapang dan Ciapus, maupun di site pelepasliaran orangutan di Kabupaten Melawi. Dari 132 orang yang berkerja di pusat rehabilitasi IAR Indonesia di Ketapang, 114 orang di antaranya adalah warga asli Kabupaten ketapang.

Dengan keberadaan dukungan masyarakat setempat dan mitra-mitra lokal di daerah-daerah tempat di mana IAR Indonesia beraktivitas, yayasan ini berhasil menjadi institusi yang tidak hanya melestarikan lingkungan hidup, namun juga memberikan kontribusi sosial bagi masyarakat.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait