IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar Lepasliarkan Dua Individu Orangutan di Hutan Lindung Gunung Tarak

20 Jul 2018
Heribertus Suciadi

IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar Lepasliarkan Dua Individu Orangutan di Hutan Lindung Gunung Tarak

oleh | Jul 20, 2018

IAR Indonesia bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat dan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat melepasliarkan dua individu orangutan (Pongo pygmaeus) di hutan Lindung Gunung Tarak, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Selasa (10/7).

Kedua individu betina ini merupakan induk dan anak bernama Maili yang berusia lebih dari 10 tahun dan Osin yang berusia 14 bulan. Maili merupakan orangutan hasil rehabiltasi IAR Indonesia yang diselamatkan dari kasus pemeliharaan satwa dilindungi di Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya pada 2015.

Setelah diselamatkan dari tangan pemeliharanya, Maili menjalani masa rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Orangutan IAR Indonesia di Desa Sungai Awan Kiri, Delta Pawan, Ketapang. Selama proses rehabilitasi tersebut, kedua individu ini ditempatkan bersama orangutan rehabilitasi lainnya di dalam pulau-pulau buatan dan dibiarkan bebas mengeksplorasi pulau untuk mensimulasikan kondisi alami seperti di habitat aslinya. Rehabilitasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan sifat alami orangutan. Dalam masa rehabilitasi ini orangutan diajarkan untuk memiliki kemampuan dasar bertahan hidup di alam seperti memanjat, mencari makan, dan membuat sarang.

Osin merupakan anak Maili hasil dari perkawinannya dengan salah satu orangutan jantan di dalam pulau buatan yang digunakan sebagai tempat rehabilitasi.

Sebelum dilepasliarkan, kandidat orangutan yang akan dilepasliarkan wajib menjalani pengambilan data perilaku terlebih dulu. Mereka ditempatkan di area khusus di mana animal keeper mencatat dan mengambil data perilaku masing-masing individu orangutan. Hal ini dilakukan untuk memastikan orangutan yang akan dilepasliarkan memenuhi syarat dan mampu untuk hidup di habitat aslinya.

Tim animal keeper sudah memonitoring dan mengambil data perilaku Maili untuk persiapan pelepasliaran sejak awal tahun lalu. Ketika dilakukan pemeriksaan medis, Maili diketahui sedang hamil sehingga pelepasliarannya ditunda. Setelah Maili melahirkan, tim terus memantau perkembangan perilakunya dan mendapati bahwa perilaku alami Maiki semakin baik seiring dengan perkembangan anaknya.

Perjalanan Maili dari Pusat Rehabilitasi di Sungai Awan ditempuh selama empat jam perjalanan menggunakan mobil dan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama empat setengah jam menuju titik pelepasan. Pelepasliaran ini melibatkan 12 warga sekitar sebagai porter untuk mengangkut logistik tim dan kandang menuju titik pelepasliaran.

Sesampainya di titik pelepasan, pembukaan kandang orangutan dilakukan Karmele Sanchez selaku Direktur Program IAR Indonesia. Karena Maili merupakan orangutan hasil rehabilitasi, IAR Indonesia akan menugaskan tim monitoring untuk

memantau perkembangan orangutan ini di alam bebas selama 1-2 tahun. Anggota tim monitoring yang berasal dari dusun di sekitar Hutan Lindung Gunung Tarak ini akan mengikuti dan mengambil data perilaku orangutan dari bangun tidur sampai tidur lagi. Selain Maili, tim monitoring juga memantau beberapa orangutan yang sudah dilepaskan di HL Gunung Tarak sebelumnya.

“Kegiatan monitoring ini dilakukan untuk memastikan kondisi mereka di alam bebas. Tim juga akan memastikan mereka mampu bertahan hidup di alam dan akan melibatkan tim medis bila kondisi satwa di sana dirasa kurang bagus,” ujar Argitoe Ranting, Manager Survey Release and Monitoring IAR Indonesia.

“Menyaksikan Maili dan Osin memanjat pohon di habitat alaminya adalah hal yang paling menyenangkan,” ujar Karmele L. Sanchez, Direktur Program IAR Indonesia. “Saya sangat gembira mereka berdua bisa pulang ke tempat semestinya mereka berada. Bisa melepaskan mereka bedua hari ini adalah hadiah ulangtahun yang paling indah bagi saya,” tambahnya lagi.

Sementara itu, Sadtata Noor, Kepala BKSDA Kalimantan Barat mengapresiaki kegiatan pelepasaliaran ini. “Terima kasih dan apresiasi setinggi tingginya kepada para mitra, khususnya YIARI dan masyarakat, yang telah memberikan kontribusinya bagi kerja-kerja konservasi. Tantangan ke depan jelas tidak makin mudah, untuk itu komitmen dan loyalitas perlu selalu dijaga dan ditingkatkan. Bravo konservasi”

 

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait