BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia Kembali Selamatkan Orangutan Korban Kebakaran

2 Okt 2019
Heribertus Suciadi

BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia Kembali Selamatkan Orangutan Korban Kebakaran

oleh | Okt 2, 2019

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) 1 Ketapang bersama IAR Indonesia kembali menyelamatkan satu individu orangutan di Desa Tanjungpura, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Sabtu (28/9). Orangutan yang diberi nama Junai ini berjenis kelamin jantan dan diperkirakan berusia lebih dari 20 tahun.

Kebakaran habitat orangutan adalah salah satu ancaman terbesar bagi kehidupan orangutan. Orangutan yang kehilangan habitat membuatnya sukar mencari makan, sehingga orangután sering kali masuk di areal kebun atau pemukiman masyarakat dan akibatnya akan menjadi konflik antara manusia dan orangutan. Kerjasama dari masyarakat untuk melaporkan keberadaan orangutan sangat penting untuk proses penyelamatannya.

Kegiatan penyelamatan orangutan di Tanjung Pura ini berawal dari laporan masyarakat kepada Tim Mitra di Desa Tanjungpura. Menindaklanjuti laporan ini, tim Orangutan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia melakukan verifikasi pada hari Selasa (24/9). Orangutan jantan dewasa berada di sepetak hutan yang telah terfragmentasi karena sebagian sudah terbakar. Karena dari hasil pengamatan Tim OPU serta analisis vegetasi dan pemetaan melalui drone yang dilakukan oleh tim OPU dinyatakan bahwa orangutan ini tidak bisa digiring kembali ke habitatnya karena hutan yang ada sudah terfragmentasi akibat kebakaran sehingga ditranslokasi terpaksa dilakukan sebagai satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya.

Ketika diselamatkan, Junai ditemukan sedang berada di salah satu pohon tinggi dan dia tidak bisa berpindah ke pohon lain. Karena orangutan ini merupakan orangutan liar, maka tim penyelamat menggunakan senapan bius untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Tim medis melakukan perawatan dan pengobatan yang diperlukan untuk memastikan kondisi kesehatannya sudah pulih total sebelum orangutan ini dilepas kembali ke alam.

Proses pembiusan berjalan lancar. Pada saat dilakukan pemeriksaan medis, diketahui bahwa mata kanan orangutan ini mengalami kebutaan. Saat ini Junai sudah berada di dalam penanganan tim medis IAR Indonesia. Mereka melakukan perawatan dan pengobatan yang diperlukan dan akan memastikan kondisi kesehatannya sudah pulih total sebelum orangutan ini dilepas kembali ke alam.

Dalam kurun waktu kurang dari dua minggu IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar sudah menyelamatkan empat individu orangután karena rumahnya musnah terbakar. Banyaknya orangutan yang perlu diselamatkan dalam watu sesingkat ini menjadi bukti bahwa gelombang besar penyelamatan orangután seperti pada kasus kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 sangat mungkin terulang kembali.

Yayasan IAR Indonesia telah bekerjasama dengan BKSDA selama lebih dari 6 tahun dan membentuk tim Orangutan Protection Unit (OPU) yang bekerjasama dengan Tim Mitra Desa yang beranggotakan masyarakat desa di beberapa desa di Ketapang dan Kayong Utara di mana konflik manusia-orangutan sering terjadi. Saat ini IAR sudah mempunyai belasan orang tim mitra di 5 desa. Salah satu desa yang mempunyai tim mitra konflik orangutan adalah Desa Tanjung Pura, Ketapang.

Tim OPU dan Tim Mitra dibekali dengan kemampuan untuk melakukan mitigasi konflik orangutan dan punya pengalaman untuk mengusir/mengiring orangutan yang berada di kebun masyarakat atau di lokasi konflik kembali ke habitatnya. “Kami mempunyai tim mitra desa yang memang berasal dan bekerja di desa-desa dengan tingkat konflik manusia-orangutan yang tinggi” ujar Argitoe Ranting, Manager Lapangan IAR Indonesia. “Dengan kemitraan seperti ini, orangutan masih bisa diselamatkan, dan tidak diapa-apakan oleh para masyarakat di sini. Tetapi karena hutan di sekitar kebun sudah terbakar semua, kita tidak ada alternatif lain, dan orangutan ini harus ditangkap dan ditranslokasikan ke hutan yang aman,” tambahnya. Jika kondisi lahan tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan mitigasi, tim penyelamat orangután harus diterjunkan untuk melakukan proses evakuasi dan translokasi.

Tidak hanya manusia yang menjadi korban langsung dari karhutla, rumah dan habitat orangutan di lahan gambut juga turut terbakar di seluruh Kalimantan. Akibatnya, sejumlah orangutan menjadi korban. Kehilangan rumah bagi orangutan mengakibatkan orangutan juga kehilangan ruang gerak dan makanan. Jika orangutan tidak diselamatkan, mereka bisa mati kelaparan. Seringkali orangutan yang kehilangan tempat tinggal ini terpaksa masuk ke kebun warga untuk mencari makan, di sinilah orangutan menghadapi satu ancaman lagi: konflik dengan manusia.

Tidak hanya manusia yang menjadi korban, karhutla yang menghabiskan habitat orangutan juga terus menjadi ancaman nyata kelangsungan hidup kera kharismatik itu.

Pernyataan Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor, S.Hut., M.T.

“Penyelesaian konflik satwa dan manusia memerlukan kebijakan dan langkah-lamgkah yang lebih bersifat komprehensif dan berjangka panjang. Penyelamatan dalam bentuk rescue atau pun relokasi tidak menjawab kebutuhan jangka panjang penyelamatan satwa liar. Untuk itu, pemerintah bersama para mitra dan masyarakat harus lebih berani berdialog merumuskan langkah-langkah nyata di lapangan yg mampu menjawab permasalahan konflik satwa dan manusia. Ayo kita mulai!”

Pernyataan Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L. Sanchez,

“Kami sangat membutuhkan kolaborasi dan kerjasama dari masyarakat untuk memastikan bahwa orangutan yang masuk di kebun atau di areal manusia, tidak diganggu, tidak disakiti dan tidak diburuh. Bukan hanya karena ada undang-undangnya, tetapi karena kita juga harus memahami bahwa orangutan sedang mengalami ancaman yang cukup besar, dan habitatnya semakin berkurang. Kami sangat apresiasi kerjasama dari Tim Mitra serta masyarakat setempat yang segera melaporkan keberadaan orangutan ini, karena dengan adanya Tim Rescue dari BKSDA dan IAR Indonesia, orangutan masih bisa berlansung hidup dan kebun masyarakat bisa aman dari kerusakan.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait