BKSDA Cirebon dan IAR Indonesia Selamatkan Bayi Kukang Tanpa Induk di Kebun Warga

23 Des 2019
Reza Septian

BKSDA Cirebon dan IAR Indonesia Selamatkan Bayi Kukang Tanpa Induk di Kebun Warga

oleh | Des 23, 2019

Resort Konservasi Wilayah XXII Cirebon, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bersama IAR Indonesia telah menyelamatkan satu individu bayi kukang jawa (Nycitebus javanicus) yang ditemukan di kebun milik warga Desa Padabeunghar, Kecamatan Pesawahan, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (17/12) kemarin.

Kepala Resort Konservasi Wilayah XXII Cirebon Slamet Priambada mengatakan, keberadaan bayi kukang yang diberi nama Meli itu pertama kali dilaporkan oleh seorang warga bernama Meliyana pada Senin (16/12). Meliyana menemukannya dalam keadaan tergeletak dengan kondisi lemah di tengah kebun tanpa ada induknya.

“Mengetahui bahwa kukang merupakan satwa dilindungi, Meliyana kemudian melaporkan temuannya dan menyerahkan bayi kukang yatim itu ke pihak kami untuk mendapat penanganan lebih lanjut,” ungkap Slamet.

Diperkirakan, bayi kukang dengan jenis kelamin betina yang terpisah dari induknya itu berusia kurang dari satu bulan. Selanjutnya kata Slamet, bayi kukang malang itu dievakuasi dan dibawa oleh tim medis IAR Indonesia untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan lebih mendalam di Pusat Rehabilitasi IAR Indonesia, Bogor, Jawa Barat.

“Kukang itu akan dirawat oleh IAR Indonesia karena usianya masih bayi dan belum mampu mencari makan sendiri. Nantinya setelah sehat dan mampu bertahan hidup, bayi kukang tersebut akan segera dilepasliarkan ke beberapa tempat pilihan, yakni Gunung Sawal Kabupaten Ciamis, Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan, dan Gunung Masigit Kareumbi Kabupaten Sumedang yang merupakan habitat kukang jawa,” tambahnya.

Meli tengah menjalani perawatan intensif di Pusat Rehabilitasi IAR Indonesia.

Indri Saptorini, dokter hewan IAR Indonesia yang memeriksa Meli menjelaskan, dari hasil pemeriksaan pertama kali kondisi Meli terlihat lemah. Hal itu dikarenakan bayi kukang tidak mendapat perawatan alami dari induknya. Selain itu ditemukan juga luka kecil di bagian punggung yang kemungkinan besar karena terjatuh dan terlepas dari pelukan induknya.

“Bayi kukang umumnya akan bergantung pada induknya hingga berumur 6 bulan. Karenanya saat ini Meli akan dirawat secara intensif dengan mengamati kondisinya secara berkala setiap 2 jam. Tim medis juga menempatkannya di tempat khusus yang hangat agar kondisinya terus membaik,” jelas Indri.

Indri melanjutkan, proses perawatan terhadap bayi kukang itu akan panjang. Setelah kondisinya membaik, Meli akan dipindahkan ke kandang khusus dan diberi pengayaan (enrichment) untuk menstimulasi perilaku alamiahnya agar siap dilepasliarkan kembali ke habitatnya. Di samping itu, selama masa rehabilitasi, Meli juga akan dipantau perilaku hariannya oleh perawat satwa guna memastikan dia sehat dan mampu bertahan hidup di alam.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait