5,5 Tahun Mimi Jalani Rehabilitasi, Kini Kembali Ke Habitatnya

20 Jun 2017
Heribertus Suciadi

5,5 Tahun Mimi Jalani Rehabilitasi, Kini Kembali Ke Habitatnya

oleh | Jun 20, 2017

KETAPANGNEWS.COM – International Animal Rescue Indonesia bekerjasama dengan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat dan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya kembali melakukan pelepasanliaran satu individu orangutan (Pongo Pygmaeus) hasil rehabilitasi di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), yang termasuk di wilayah Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Rabu (29/3).

Dalam Press Realase yang diterima Redaksi,orangutan yang dilepaskan ini merupakan orangutan betina berusia 10 tahun. Orangutan yang diberi nama Mimi ini merupakan berasal dari Sintang diserahkan oleh BKSDA Kalbar pada bulan Mei 2011 silam. Selama 5,5 tahun Mimi menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi dan Penyelamatan Orangutan IAR Indonesia di Ketapang. Selama itulah Mimi belajar memanjat, mencari makan, dan membuat sarang layaknya orangutan.

Mimi telah menghuni Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi IAR Indonesia sama seperti orangutan rehabilitasi lainnya, Mimi menjalani rehabilitasi di “sekolah hutan” di mana dia akan belajar untuk memanjat, mencari makan, membuat sarang, serta mempelajari berbagai kemampuan bertahan hidup lainnya. Setelah dirasa mereka sudah menguasai kemampuan bertahan hidup, mereka akan dipindahkan ke pulau pre-release untuk dimonitoring.

Hasil monitoring Mimi selama di pulau pre-release IAR Indonesia Ketapang menunjukkan perkembangan positif. Mimi yang dulunya hidup di kandang kini sudah mampu memanjat, mencari makan, dan membuat sarang sendiri.

“Mimi sudah layak dilepasliarkan, catatan perilakunya selama ini menunjukkan perkembangan yang positif. Dia juga sudah dipasang transponder sehingga tim monitoring bisa melacak lokasi Mimi. Kami yakin dia akan senang berada di rumah barunya,” ujar drh. Sulhi Aufa, koordinator tim medis IAR Indonesia.

Karmele Llano Sanchez, Ketua program IAR Indonesia menjelaskan, proses rehabilitasi ini memakan biaya yang besar dan berlangsung cukup lama, bisa mencapai sekitar 7-8 tahun. Orangutan telah bertahun-tahun menjadi hewan peliharaan dan diperlakukan secara tidak benar, sehingga memberikan efek yang buruk pada kesehatannya.

“Beruntung orangutan sempat diselamatkan sebelum terlambat. Ada beberapa orangutan yang kami selamatkan, tapi sudah terlalu terlambat untuk direhabilitasi, sehingga mereka akan tetap tinggal di dalam pusat rehabilitasi seumur hidupnya.” ungkapnya.

Mimi diberangkatkan dari Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Orangutan IAR Indonesia di Sungai Awan, Ketapang pada tanggal 27 Maret. Perjalanan menuju TNBBBR ditempuh dengan menggunakan mobil selama lebih dari 40 jam. Setelah itu, tim melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu selama sekitar 1,5 jam dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Perjalanan ini ditempuh selama 6 jam menembus lebatnya hutan di TNBBBR. Perjalanan berjalan dengan lancar. Untuk mengurangi stres akibat perjalanan jauh, Mimi diistirahatkan dulu di kandang habituasi selama 1 malam. Ketika dilepas Mimi langsung memanjat pohon dan mencari makan.

Karena Mimi adalah orangutan hasil rehabilitasi, IAR Indonesia menerjunkan tim monitoring untuk memantau perkembangannya di alam bebas. Tim monitoring ini melibatkan beberapa warga di dusun-dusun sekitar titik pelepasan. Sebelumnya mereka telah mendapatkan peningkatan kapasitas melalui pelatihan monitoring dan observasi perilaku orangutan oleh IAR Indonesia. Tim ini akan bekerja sejak sebelum orangutan bangun sampai orangutan kembali tidur lagi di sarangnya. Mereka bertugas untuk mencatat pergerakan, aktifitas, serta jenis makanan yang dimakan oleh Johny dan Desi.

Hal ini dilakukan untuk memastikan kedua orangutan ini benar-benar mampu bertahan hidup di hutan yang sebenarnya. Sampai saat ini IAR Indonesia telah melepaskan 11 individu orangutan di TNBBBR.

“Tim monitoring orangutan melakukan pekerjaan yang luar biasa,” timpal drh. Adi Irawan, Manager Operasional IAR Indonesia.

Mereka tinggal di camp di tengah hutan, bangun pada dini hari dan kembali ke pondok ketika matahari sudah terbenam. Mereka mengikuti orangutan selama hampir 14 jam.

“Kami sangat senang melihat semangat dan kepedulian mereka terhadap keberlangsungan hidup orangutan. Kami yakin kehadiran mereka akan memastikan keberhasilan orangutan yang dilepasliarkan akan hidup sebagaimana mestinya,” ujarnya. (dra).

 

Sumber : http://ketapangnews.com/2017/04/55-tahun-mimi-jalani-rehabilitasi-kini-kembali-ke-habitatnya/

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait