13 ekor Monyet Ekor Panjang Menikmati Kebebasan Hidup di Alam

15 Des 2011
Admin YIARI

13 ekor Monyet Ekor Panjang Menikmati Kebebasan Hidup di Alam

oleh | Des 15, 2011


Pemeriksaan kesehatan Macaca

Pusat rehabilitasi primata IAR Indonesia telah berhasil merehabilitasi dan melepasliarkan dua kelompok monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Panaitan-Taman Nasional Ujung Kulon pada tanggal 27 November 2011. Dua kelompok ini terdiri dari 6 ekor Kelompok Boy dan 7 ekor Kelompok Aquino. Mereka datang ke pusat rehabilitasi dengan berbagai kisah yang berbeda. Macaca bernama Api-Gunung-dan Jogja misalnya, mereka ialah korban evakuasi letusan gunung Merapi yang terjadi Oktober satu tahun silam. Macaca ini peliharaan yang ditinggalkan pemiliknya dengan kondisi dirantai saat peristiwa letusan Merapi. Setelah melalui proses rehabilitasi meliputi observasi tingkah laku, pengenalan makanan alami, pembentukan kelompok, pemberian enrichment untuk memicu perilaku alami, serta dinyatakan sehat, kemudian bisa dapat dilepasliarkan ke alam.
Lokasi pelepasliaran Legon Haji – Pulau Panaitan
Macaca secara alami hidup berkelompok dengan jantan dominan sebagai pemimpin. Kelompok macaca yang dirilis kali ini, satu kelompok dipimpin oleh Boy, Evita sebagai betina dewasa, Api, Ariel, Liong, dan Veron. Kelompok lainnya Aquino sebagai pemimpin kelompok, Annisa betina dewasa, Rita, Reni, Naeva, Gunung, dan Jogja. Lokasi pelepasliaran kali ini berbeda, sebelumnya Legon Kadam, dan rilis-site kali ini dipilih Legon Haji. Satu minggu sebelum satwa dibawa, tim advance dikirim untuk melakukan persiapan mengeksplorasi lokasi pelepasan dan membangun kandang habituasi.
Tim satwa YIARI
Kemudian pada 23 November pukul 14.00 mulai dilakukan prosedur medis yang meliputi pembiusan, pemeriksaan kesehatan umum, penimbangan, dan pemasangan microchip untuk identifikasi dimasa depan, setelah itu setiap ekor dimasukan dalam kandang transport. Pukul 21.00 WIB tim satwa berangkat dari Bogor menuju pelabuhan kecil di Sumur-Pandeglang Banten, selama diperjalanan diberikan air minum elektrolit dan pakan. Keesokan harinya kami sampai pukul 06.00 dan segera naik ke kapal yang akan mengangkut kami ke Pulau Panaitan, kami ditemani oleh dua polhut selama proses rilis ini. Lama perjalanan dengan kapal sekitar 3 jam. Selama diperjalanan ini kami sangat menikmati hijau-birunya laut, ombak yang tenang, dan burung laut terbang diatas kami. Kemudian kami mendekat ke sebuah pulau dengan pasir putih, dan pindah ke perahu jukung untuk bisa mendekat ke daratan. Kelompok Boy dan Aquino dilepas satu per satu ke dalam kandang habituasi. Mereka menghabiskan waktu selama dua hari di kandang habituasi untuk bisa mengenal kondisi lingkungan, suara, dan pakan alami yang ada disana.
Ariel makan buah Lampeni
Selama dua hari ini tim satwa melakukan observasi tingkah laku dari kejauhan. Terkadang macaca ‘Api’ memperlihatkan stereotypic bila ia mengetahui ada manusia dedekat area itu, sehingga selain observasi kami harus sejauh mungkin dari kandang habituasi. Di sekitar lokasi ini diperkirakan dihuni juga oleh 3 kelompok macaca liar. 1 kelompok didekat camp, 2 kelompok lain didekat kandang habituasi. Selama di kandang habituasi kami memperkenalkan pakan alami yang ada disana seperti daun waru laut dan daun-buah lampeni (Ardisia humilis), dan mayoritas mereka menyukai itu. Pada 27 November kami membuka atap kandang dan satu persatu dari mereka berlarian keluar dari kandang. Moment ini sungguh sangat membahagiakan bagi kami. Mereka semua berlari menjauhi manusia, dan inilah yang kami harapkan: tidak adanya ketergantungan macaca hasil rehabilitasi dengan manusia.
Monyet ekor panjang, satwa yang sering dipandang sebelah mata karena terkenal sebagai ‘hama’, ‘overpopulasi’, ‘tidak dilindungi’, namun hakikatnya mereka memiliki hak hidup dan kekebasan yang sama dengan satwa terancam punah sekalipun. Biarkan Mereka Hidup Bebas Di alam. Salam Lestari! (Intan Citraningputri-IAR Indonesia).

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait